——————-

Anna melihat jam yang di gantung di dinding. Pukul 7 lewat 15 menit, baru beberapa jam sejak Diana mengetahui keberadaannya. Dan sejak itu pula Anna serasa di perlakukan bak putri manja di sebuah kerajaan. Tapi entah kenapa, bukan merasa senang atau bahagia yang Anna rasakan malah perasaan takut.

Kamarnya sudah penuh dengan barang-barang. Mulai dari baju, tas, sepatu, alat make up dan juga segala bentuk produk perawatan wajah, semua ada di sini. Membuat kamar yang mula nya lapang kini serasa sesak.

Semua terjadi secara tiba-tiba, dan ini malah membuat Anna merasa takut sekaligus overthingking. Takut kalau ini hanya semacam tipuan takdir yang sedang mempermainkannya. Membuatnya merasa senang, membiarkan dirinya tenggelam dalam situasi ini lalu kembali memberinya cobaan perih hingga membuatnya tak dapat bangkit lagi.

Walaupun memang tak bisa dibohongi kalau dia merasa sedikit nyaman, karena ini adalah pertama kalinya setelah belasan tahun dia merasakan begitu di perhatikan dengan sangat seperti ini. Diana begitu menyayanginya, tutur kata dan juga sikapnya yang lembut membuat Anna langsung mendapat kenyamanan.

Tapi biar begitu, Anna tetap dengan keputusannya. Pergi dari sini dan memulai hidup bebas di luar sana. Melakukan hal-hal yang sedari dulu ingin ia lakukan. Walaupun Anna akan merasakan sakit, sulitnya hidup sendiri dan juga mungkin kesepian, tapi ia ingin merasakan hidup seperti wanita normal lainnya. Bekerja, sehabis itu kuliah dan sisa waktunya bisa ia habiskan untuk menyenangkan diri. Mungkin dia juga akan mulai memikirkan pasangan dan setelah itu menikah. Wahh... sungguh itu adalah mimpi yang selalu ia idam-idamkan.

Hidup dengan keluarga Bail adalah jalan yang tak pernah Anna pikirkan. Dia juga bukan wanita tak tahu diri yang mengharapkan untuk terus menumpang hidup di sini. Apalagi dengan majikan iblis seperti Armand. Sekali melihat, bukan hanya Anna mungkin orang lain juga akan merasakannya, Armand terlihat memiliki dendam pribadi dengannya. Iblis itu, maksudnya Armand, dia terus menyuruhnya pergi dari sini.

Pintu kamar Anna diketuk, membuatnya menoleh, melihat bibi Emily di sana. Kepala mya melongo masuk, "Nona, makan malam sudah siap. Ma'am sudah menunggu di bawah."

Anna terkesiap, lalu tangannya menepuk keningnya pelan. Bagaimana dirinya bisa begitu bodoh, kenapa dia tidak turun sedari tadi untuk membantu. Sekarang dia bukan terlihat seperti putri manja melainkan putri durhaka.

"Anna."

Anna tersenyum kecil menanggapi panggilan Diana yang baru melihatnya turun dari tangga. Kenapa wanita itu bisa sampai seceria itu?

"Malam tante."

"Malam sayang, kemarilah, mari kita makan." ucap Diana lalu menarik satu bangku di sebelahnya, membiarkan Anna duduk di sana.

Anna mengamati sekelilingnya, ada beberapa pelayan yang sibuk mondar-mandir dengan piring berisikan lauk pauk. Seketika meja makan sudah penuh terisi dengan makanan dengan berbagai menu. Mulai dari sayur mayur, ada juga berbagai macam protein, dan buah-buahan serta cake.

Anna yang melihat makanan sebanyak ini pun heran. Apa mereka, orang-orang kaya selalu makan dengan banyak lauk seperti ini, bahkan hanya untuk
sekali makan? Jauh sekali dengan dirinya yang selalu memasak satu lauk tapi bisa untuk makan dua hari.

"Dimana Armand?"

Mendengar Diana bertanya begitu, reflek kepala Anna langsung ikut memutar, ikut mencari keberadaan lelaki itu.

The Billionaire PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang