Chapter 43 - Said the heart itself

58 6 13
                                    

"Ikuti kata hati mu!"

"?! Lila?.."

Riddle terkejut menyadari kehadiran Lila disitu padahal dia merasa hanya dia sendiri yang ada disitu.

Lila berjalan perlahan mendekati Riddle, "Ayo duduk! Kali berdiri nanti kamu capek." Ucapnya dengan tatapan seolah ada sesuatu.

Riddle dan Lila memposisikan duduk mereka disitu. Suasananya canggung, Riddle tidak berani mengatakan apapun soal masa lalunya karena Lila sudah melihat semuanya. Dia menatap ke arah Lila yang wajahnya sangat sendu.

"Aku udah liat. Aku memberikanmu izin untuk melihatnya." Ucap Lila mengeluarkan bola yang bersinar.

Mata Riddle penuh penasaran, "Apa itu?"

"Bola ingatan. Ingatanku sendiri, akan kutunjukkan padamu kenapa kau sangat mirip padaku." Lila memberikannya pada Riddle dan menekan bagian atasnya.

Riddle dibuat kaget lagi karena bola itu bisa menampilkan ingatan Lila seperti layar monitor.

Riddle melihat semua masa lalu Lila.

"Soal orang tuamu yang hubungan kurang baik.. orang tuaku juga. Bertengkar soal kasih sayangku, keuangan, ibuku yang bekerja diluar kota pulang selama seminggu sekali, ayah ku yang bekerja sebagai guru di desa dan tinggal bersamaku tanpa aku tahu apa saja yang ibu lakukan dikota. Apakah kota itu enak untuk menikmati sesuatu? Didesa tak kalah itu. Mereka bahkan sampai mempeributkan soal hal-hal itu. Dan baiknya.. pertengkaran itu tidak sampai orang tua ku bercerai."

Raut Riddle tambah kaget.

Lila bercerita lagi, "Makanya aku iri padamu karena ibu mu ada dirumah setiap hari sedangkan aku enggak, dan kau iri padaku karena walaupun orang tua ku berdebat soal pengurusan asuh ku tapi mereka bisa berdamai. Kau mikir gitu, kan?"

"Kau tidak bohong. Aku memang iri padamu, kau iri padaku. Aku juga jarang melihat ayah ku, kau jarang melihat ibu mu. Kurasa kita sependapat soal orang tua kita." Jelas Riddle.

Riddle. kembali melihat ingatan Lila yang selanjutnya.

Lila menjelaskan lagi, "Kau yang belajar setiap hari tanpa bermain dengan teman, aku juga. Ayahku maunya aku belajar terus dari kecil, gak boleh main lama-lama, waktunya juga dibatas. Aku kan sukanya main bukan belajar. Tanpa main akan membosankan, makanya sampai sekarang aku gak suka belajar soal sekolah. Sekolah didunia ku aneh. Kau harus mengusai 5 pelajaran dalam sehari. Belum lagi PR, hafalan, ulangan, ujian, dan sebagainya. Merugikan anak-anak manusia. Mereka, guru-guru itu terlalu sinting. Anak-anak kan jadi kesulitan menentukan minat dan bakat."

"Seperah itu sekolah dinegara mu?" Tanya Riddle. ""Untuk anak-anak yang kurang mampu bagi mereka berguna, tapi disisi lain itu terlalu berlebih-lebihan." Ucap Lila.

"Tapi sekarang bagaimana? Kau tidak diseperti itukan lagi kan?" Tanya Riddle.

"Ayahku sekarang ngebolehin aku main setelah kelulusan ku kelas 4 Sd, jadi aku bisa main sepuasnya walaupun kelas 6 aku berhenti sementara karena ujian try out dan ujian nasional atau ujian sekolah." Jelas Lila.

"Aku iri... Aku juga ingin main sepuasnya." Suara Riddle menjadi sendu.

Lila segera memegang bahu Riddle, "Hei, kamu kan masih ada kesempatan sekarang. Jadi belum terlambat. Kau dan aku juga sedang mencari jati diri kita masing-masing."

"Jati diri? Maksudmu?"

Lila bilang, "Begini, kau mencari jati diri mu kau mau jadi apa? Apa yang ingin kau lakukan yang belum pernah terwujud saat dulu kan?"

Riddle hanya mengangguk.

"Sedangkan aku, karena aku berasal dari dunia manusia normal tanpa sihir jadi aku harus mencari jati diri ku yang dimana, apa saja yang ingin aku lakukan setelah aku mendapatkan sihir sesuai imajinasi ku saat aku kecil dulu." Jelas Lila.

Riddle terkejut, "Sihirmu ini bukan berasal dari tongkat seperti murid lain atau bukan dari lahir?"

"Benar. Aku dari dulu berimajinasi kalo aku punya sihir yang bisa mengubah ku. Dan aku mendapatkannya sekarang ini, impian ku terwujud tinggal mencari apa yang aku harus lakukan dengan sihir ini." Jelas Lila lalu dia melanjutkan lagi.

"Sihirku tidak berasal dari tongkat kuas ku ini, tapi sebenarnya sihir itu berasal dari tubuh ku sendiri dan titik intinya ada di tanda bintang kejora yang dikepala ku ini. Itu inti sihirnya."

Riddle tidak bisa berkata-kata lagi, dia salah memahami Lila, "Maafkan aku karena aku berprasangka buruk padamu."

Lila hanya mengabaikan dengan santai, "Gak perlu minta maaf juga. Kau niatnya mau nyari temen kan? Aku juga mau nyari temen yang beda dari ras manusia."

"Kau juga?"

"Iyap."

Mereka berdua terdiam sebentar.

Lila kemudian berdiri, "Ayo pulang! Mereka terus membangunkan kita."

"Bagaimana kau tau? Aku tidak mendengarnya." tanya Riddle.

"Aku dan hewan peliharaan ku saling terhubung karena aku yang membuat peliharaan ku. Aku sudah menjelaskannya dari awal aku kedunia ini." ucap Lila.

Riddle akhirnya teringat saat pertama kali Lila dan peliharaannya memperkenalkan diri mereka.

"Jangan ngalamun! Ayo kita pulang! Kau ingin mendapat teman, makan kue yang kau inginkan, melakukan hal bebas semaumu kan? Makanya ayo pulang! Yang lain juga nyariin." ajak Lila mengandeng tangan Riddle.

Riddle merasa terharu, dia hanya menangis sambil menggandeng tangan Lila dan berjalan kesebuah pintu bercahaya.

"Tangannya.. Besar. Bahkan lebih besar dari tanganku, mungkin karena dia tinggi walaupun perempuan. Selain itu tangannya lembut. Ini pertama kalinya aku menggandeng perempuan." pikir Riddle melihat kearah Lila.

Lila membuka pintu itu langsung.

Disisi lain semua orang yang ada disana melihat Riddle terbangun.

"Riddle!"

Riddle terkisap saat bangun.

Ace melihatnya dengan tidak santai, "Huuhh, matanya terbuka!"

"Huff..huff.. apa.. yang aku..?" Riddle masih merilekskan dirinya sendiri.

"Sayasangat senang. Dia kembali ke akal sehatnya." ucap kepala sekolah lega.

Tapi hewan peliharaan Lila termasuk Grim panik.

"Ini Tuan kok belum bangun kenapa ini?!"

Mereka baru sadar kalau Lila belum bangun dari pingsannya dari tadi, termasuk Riddle yang baru menyadari Lila  belum bangun mendekati tubuh Lila yang masih tergeletak.

"Lila bangun! Aku sudah sadar, kenapa kau belum? Bangun!" Riddle menggoyangkan bahu Lila.

Hewan peliharaan Lila berusaha membangunkan Tuannya dengan menampasnya berkali-kali, "Tuan bangun Tuan! Bangun! Bangun!"

Semuanya berusaha membangunkan Lila.

Lila Pov

Lila terbangun ditempat yang banyak bunga mawarnya. Dia kemudian berdiri.

"Lah kukira udah bangun aku? Kenapa masih di bawah alam sadar?" pikir Lila. Lalu terdengar suara langkah sepatu hak tinggi.

"Kau berhasil." ucap suara wanita yang tidak asing bagi Lila.

Lila berbalik dan tidak percaya apa yang dia lihat, "Ratu.. Hati.."


- TBC -

Twisted Wonderland The World Of FantasyWhere stories live. Discover now