Chapter 13 - Selfish Three!

100 12 22
                                    

Deuce mulai menyerang makhluk itu menggunakan sihirnya.

"Pergi! Pergi! PPERRGGII!!" teriak monster kaca itu lalu menghempaskan Deuce yang mencoba melawan. Dengan cepat Lila berubah ke wujud semula dan berlari dengan cepat lalu menangkap Deuce.

"Kau tidak apa-apa Deuce?" Tanya Lila cemas. "Aku tidak apa-apa, kau berubah ke wujud manusia mu."jawab Deuce.

"Mundur jika kau tidak memiliki kendali, tuan serius! Biar aku yang akan menghentikannya." ucap Ace percaya diri lalu mengeluarkan sihir anginnya ke monster itu, tapi tetap saja gagal dan malah membuat monster itu marah.

Ace terlempar oleh monster itu dengan cepat Danial menangkapnya dalam wujud manusia. Monster itu mulai mendekati mereka.

"Ffgnnaa!! Jangan mendekat!" teriak Grim ketakutan lalu mengeluarkan sihir api biru nya ke monster itu, dan monster itu marah dan terus mendekati mereka.

"Tidak mempan." ucap Grim. Kelompok Lila mencoba menyerang makhluk itu tapi tetap saja tidak mempan dan makhluk itu semakin marah. "Tidak mempan juga." ucap kelompok Lila.

Saat Lila sedang berpikir dia melihat sesuatu yang berkedip. "Apa kalian melihat sesuatu berkilap tadi?" tanya Lila. "Dibelakang makhluk itu, di ujung goa, ada sesuatu yang berkilap.." ucap Ace. "Cahaya itu, bukankah itu batu sihir...!?" lanjut Deuce.

"PERGIIII!!!! TAK KAN KUBERIKAN!!!" teriak sang monster.

"Hei kalian! Ayo kita pergi dari sini dulu! Kalau kita disini terus nyawa kita akan terancam!" ucap Danial. Kelompok Lila membawa Ace, Deuce, dan Grim menggunakan kekuatan mereka, lalu berteleportasi keluar dari goa.

"PEERRGIII!!!" teriak monster itu dari dalam goa.

"Apa ini sudah cukup jauh?" tanya Grim. "Kita sudah cukup jauh sekarang berkat kemampuan teleportasi kita." jawab Bili. "Terima kasih sekali lagi ya, Lila." ucap Deuce.

"Sama-sama." jawab Lila. "Makhluk apa itu sih? Tidak ada seorang pun yang mengatakan tentang makhluk itu." ucap Ace. "Sepertinya makhluk itu bukan hantu." jelas Deuce.

"Atau mungkin makhluk itu adalah monster, tapi aku tidak tau monster apa itu. Aku tidak dapat informasi soal monster itu dengan penglihatan ku." ucap Lila.

"Kau bisa mencari suatu informasi hanya dengan menatap saja?!" tanya Ace. "Kekuatan ku bidang cat dan teknologi, makanya penglihatan ku seperti program teknologi canggih." jelas Lila.

"Ayo kita menyerah saja dan pulang. Aku lebih baik dikeluarkan daripada melawan makhluk itu." ucap Ace.

"Apa?! Jangan main-main denganku! Aku lebih baik mati dari pada dikeluarkan!" ucap Deuce sambil mengangkat kerah Ace. "Batu sihirnya sudah ada di depan mata dan kau ingin pulang!" lanjut Deuce.

"Aku mohon, jangan berisik..." guman Lila yang tidak di pedulikan oleh mereka berdua. "Perdebatan anak laki-laki memang aneh." ucap Lakah. "Hm.. betul sekali." lanjut Kiki. "Kalian meledekku?" tanya Danial tersinggung. "Maaf Danial.." ucap Lakah, Bili, Nali, dan Kiki.

"Hah. kau berbicara besar untuk seseorang yang sihirnya lebih lemah dibandingkan ku. Pergi saja sendiri jika kau mau. Aku berhenti." ucap Ace. "Ohh begitu? Kalau begitu kau disini saja dasar pengecut!" ejek Deuce.

"Huh? pengecut? siapa sebenarnya yang kau bicarakan?" elak Ace. "Ummm... Deuce karaktermu berubah?" ucap Grim. "Huh! A-ehem! Maafkan aku. Tiba-tiba aku kehilangan kendali emosi ku." ucap Deuce sambil menjauh.

"Bisakah kalian berhenti bertengkar dan bekerja sama sedikit!!! Pertengkaran kalian itu membuat ku muak sejak awal aku mendengarnya!!!" ucap Lila kesal sampai-sampai muncul petir dari langit yang hampir menyambar Ace dan Deuce.

Dan untung saja tidak terkena karena Deuce menggendong Ace menggunakan kedua tangannya.

"P-petir.. muncul dari langit? bagaimana bisa?" tanya Ace gemetaran.

"Ya.. itu sering terjadi jika Tuan kami tidak bisa mengendalikan emosi marah nya. jangan sampai kalian terkena sambaran petirnya itu sangat berbahaya yang dapat membuat kalian pingsan." jelas Lakah sambil bisik-bisik pada Ace, Deuce, dan Grim.

"Makanya kalian jangan bikin masalah ke Tuan kami, nanti Tuan bisa marah besar kayak tadi. Jadi kena akibatnya kan." lanjut Nali. "Aku dengar itu!" ucap Lila yang masih merasa tersinggung.

"Maaf Tuan.."

"Hufhh.. kalau begitu biar aku saja yang kesana!" ucap Lila membuat semua kaget. "Hei Lila apa yang kau pikirkan?! Kita bisa memakai rencana kan?" ucap Deuce.

"Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu? Kau akan terbunuh disana." ucap Ace. "Iya itu benar. kau jangan membuat ku khawatir." ucap Grim.

"Kami akan ikut Tuan, sebagai pengawal Tuan kita harus bersama-sama." ucap Lakah.

"Kalian jangan ikut! Aku tidak mau orang yang ku sayangi lenyap begitu saja! Kalian ingat perkataan kepala sekolah tadi, tidak semua sihir tidak selalu berguna. Bahkan butuh waktu latihan yang lama untuk mengeluarkan sihir berskala besar. Aku dan hewan peliharaan ku lah yang sudah melakukan hal itu sejak lama. Dan hanya sihir kami yang bekerja ke semua jenis sihir." jelas Lila dengan tegas.

"Jadi itu mengapa sihir kalian begitu besar seperti yang dikatakan cermin kegelapan kemarin?" tanya Deuce. Lila hanya mengangguk.

"Karena itu kita perlu sekolah sihir, kau harus banyak berlatih untuk menggunakan sihir sepeti yang keluar dari pikiran. Terus terang, kau akan kalah kalau kau tidak tenang." lanjut Ace.

"Jadi itu kenapa Grim hanya bisa mengeluarkan api saja?" tanya Bili. "Sesuatu yang kau bisa biasanya keluar lewat insting." jelas Ace.

"Maka dari itu biar aku saja yang akan kesana dan mengambil batu sihirnya." ucap Lila yang akan masuk kembali ke goa, tetapi Deuce menghentikannya dengan memegang lengannya.

"Biar aku saja yang ke sana, aku akan kembali ke sana. Aku akan mencari tau cara mengalahkan makhluk itu dan kembali membawa batu sihir. Karena semua yang ku lakukan adalah salahku.." ucap Deuce.

"Itu memang benar. Melihat dari kejadian lampu lilin, kau benar-benar bodoh. Tadi saja kau tidak bisa mengelak serangannya tapi kau bilang akan mencari tau? tapi akhirnya akan tetap sama." ucap Ace.

"Apa katamu? Kamu pikir.." ucap Deuce. "Mereka mulai lagi.." ucap Grim.

"Bisakah kalian berhenti bertengkar!!!" teriak Lila sampai muncul petir yang menyambar kedua kalinya hingga mereka terkejut.

"Apa kalian bisa bekerja sama?" tanya Danial. "Jangan buat Tuan kami kesal." ucap Nali.

"Uuh.. t-tapi apa yang harus kita rencanakan?" tanya Deuce. "Dinginkan kepala kita lalu buat strategi." ucap Lila.

"Strategi? maksudmu berbaikan dan bekerja sama? Hah! Itu dingin sekali. Kau bernar-benar tidak punya masalah mengatakan hal yang tidak keren dengan wajah serius, huh.." ucap Ace.

"Setuju, aku tidak mungkin akan bekerja sama dengan pecundang ini." lanjut Deuce. "Tapi... aku pikir tidak keren jika dikeluarkan di hari pertama sekolah." ucap Grim mendukung Lila.

"Tuh liat, binatang aja tau masa kalian manusia aja kalah sama binatang." sindir Lila. Mereka berdua terdiam dan tidak bisa mengelak lagi.

Hanya satu kata yang ada di pikiran kelima hewan peliharaan Lila, "Mampus, rasain tuh."

Lila berpikir sebentar untuk memikirkan rencana, lalu dia mendapatkan ide.

"Aha! aku dapat ide." ucap Lila yang menyusun rencana.

-TBC-

Twisted Wonderland The World Of FantasyWhere stories live. Discover now