Gefahrlich ♟️ 41

59.6K 4.2K 651
                                    

******

Aina terbaring di kasur kamarnya dengan tangan kanannya telah terpasang selang infus, setelah kejadian tadi kondisi Aina memburuk hingga Aina harus terbaring lemah di rumah sakit

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Aina terbaring di kasur kamarnya dengan tangan kanannya telah terpasang selang infus, setelah kejadian tadi kondisi Aina memburuk hingga Aina harus terbaring lemah di rumah sakit.

Dokter menyarankan agar Aina menginap di rumah sakit, namun Aina menolak dan hanya ingin di rumah. Tidak ingin membuat Aina semakin memburuk, semuanya menyetujuinya dan merawat Aina di rumah.

Setelah kejadian yang menyakitkan itu, tak ada satupun yang membahasnya lagi, Aina pun juga tak mengungkitnya lagi setelah Aina sadar, namun raut kesedihan terus melingkupinya.

Semuanya telah berusaha untuk terus membujuk Aina, selalu berada di samping Aina, menyemangati Aina. Tapi hal itu tidak membuat kesedihan surut di wajah Aina. Kejadian itu begitu membekas untuk Aina apalagi Xyan adalah orang yang sangat berharga untuk Aina.

Pintu kamar Aina terbuka, Rana dan Shila memasuki kamar Aina dengan Dokter dan satu suster yang membawa sebuah tas.

"Aina, Dokter udah datang buat lepasin infusnya, seneng gak?" Ujar Rana duduk di samping Aina.

Masih sama, Aina tidak merespon apapun kecuali hanya menatap lurus kedepan dengan kosong, melihat Aina hanya terdiam, Rana mempersilahkan Dokter untuk menangani Aina.

"Hallo, Aina bagaimana keadaan kamu saat ini?" Tanya Dokter tersebut mencoba mengajak Aina berbicara.

Aina hanya menggeleng pelan, masih tetap diam dan menatap lurus kedepan. Sang Dokter tidak bisa berbuat banyak, hanya bisa menjalankan tugasnya dan sekali mengajak bicara Aina berharap ada perubahan pada gadis itu.

"Jarum infusnya saya lepas ya, bilang kalau ada yang sakit," ujar sang Dokter tersenyum menatap Aina.

Masih tetap sama, Aina tidak mengatakan apapun. Dengan sangat hati-hati sang Dokter mencabut selang infus yang berada pada tangan Aina, sesekali suster dan Dokter tersebut melirik Aina memastikan Aina tidak merasakan kesakitan.

Setelah jarum infus itu terlepas, suster mulai merapikan semua peralatan, tak lupa juga Dokter memberikan Aina satu suntikan untuk Aina.

"Aina, saya sarankan kamu makan agar tubuh kamu tidak terlalu lemah," ujar sang Dokter walau ia tau tak akan ada respon apapun.

"Baik Dokter, kami akan usahakan Aina untuk makan dan meminum obatnya," ujar Shila membalas Dokter tersebut.

"Baiklah, jika terjadi sesuatu, kalian bisa menghubungi saya atau asisten saya secepatnya," ujar Dokter tersenyum.

"Aina, jaga kesehatan, saya harap kamu cepat pulih," ujar Dokter tersebut mengelus kepala Aina dengan pelan.

Linka dan Audi yang berada di depan pintu mengantar Dokter tersebut keluar, sedangkan Rana dan Shila mendekat ke arah Aina.

"Aina jangan sedih, kasian matanya," ujar Shila menghapus air mata Aina yang tiba-tiba turun.

"Aina, istirahat aja dulu ya, atau mau makan dulu?" Tanya Rana mengelus punggung Aina.

Gefahrlich[Completed]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt