Gefahrlich ♟️ 38

58.9K 4.1K 672
                                    

****

"Aina, lo ngelamun?" Ujar Rana yang sejak tadi bercerita tapi Aina hanya terdiam dengan tatapan lurus ke depan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aina, lo ngelamun?" Ujar Rana yang sejak tadi bercerita tapi Aina hanya terdiam dengan tatapan lurus ke depan.

"Rana tadi cerita apa?" Tanya Aina kini menatap Rana.

"Lo enggak dengerin gue dari tadi?" Tanya di jawab gelengan pelan oleh Aina.

"Aina, lo mikirin Xyan ya?" Tanya Shila pelan.

"Aina belum dapat kabar dari Xyan, Xyan beneran marah ya sama Aina?" Tanya Aina menundukkan kepalanya.

"Mana mungkin Xyan marah sama lo Aina, Xyan mungkin sibuk banget di sana sampe lupa ngabarin lo," ujar Audi menenangkan Aina dari pikiran buruknya.

"Tapi Xyan marah waktu itu, Xyan bilang kalau dia lagi capek, dan telfon Aina di matiin," ujar Aina meremas tangannya.

"Xyan lagi capek aja Aina, dan lagi kesel sama Aina yang gak nurut kemarin. Besok pasti Xyan ngabarin kok, Liam juga udah nyusul Xyan di sana kan," ujar Rana.

"Tapi Aina mau kabar Xyan sekarang. Tolong telfon Liam ya," ujar Aina menatap keempat sahabatnya.

Mereka semua terdiam saling menatap dengan pandangan panik. Bagaimana tidak, Liam juga saat ini hilang kabar dari mereka, bahkan sampai saat ini mereka belum mendapat kabar dimana Liam berada sekarang setelah pagi tadi cowok itu berangkat menyusul Xyan.

"Itu ponsel gue lobet, sorry ya Aina," ujar Linka dengan gugup.

"Rana, Aina pinjam ponsel boleh ya?" Ujar Aina menatap Rana.

"Itu, apa, ponsel---"

"Kak Aina," panggil seseorang dengan sangat ceria menghampiri Aina dengan berlari.

"Zoya," ujar Aina tersenyum melihat kehadiran adik Xyan.

Zoya berhambur ke pelukan Aina, memeluk Aina dengan erat melepas rindu yang cukup berat. Aina ikut membalas pelukan Zoya tak kalah eratnya, ia juga sangat merindukan Zoya setelah beberapa minggu mereka tidak bertemu.

"Zoya kangen sama kak Aina," ujar Zoya melepaskan pelukan mereka berdua menatap Aina sebentar lalu kembali memeluk Aina.

"Aina juga kangen sama Zoya," ujar Aina membalas pelukan Zoya.

Hal itu tak luput dari penglihatan keempat sahabat Aina yang seperti nyamuk di sana. Tapi mereka juga bersyukur karena Zoya datang tepat waktu, hingga mereka selamat untuk beberapa saat, tapi entah nanti Aina akan menanyakannya lagi atau tidak.

"Deket banget," celetuh Linka melihat kedekatan Zoya dan Aina.

"Jangan di tanya, kalau mau di bandingin. Zoya udah kaya adik kandungnya Aina dari pada Xyan," ujar Rana.

"Wajar sih, sifat mereka hampir sama," ujar Audi.

"Zoya, Aina bisa sesak nafas itu kalau kamu peluk mulu," ujar Rana.

Gefahrlich[Completed]Where stories live. Discover now