Gefahrlich ♟️ 17

86.6K 6.3K 90
                                    

****

Xyan membuka pintu rumahnya saat mendengar bel rumah berbunyi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Xyan membuka pintu rumahnya saat mendengar bel rumah berbunyi. Saat membuka pintu, Xyan tersenyum menatap wanita yang begitu berharga baginya berdiri di hadapannya dan tersenyum lembut menatap Xyan.

"Mah," Xyan memeluk tubuh Ayara begitu erat.

Ayara memeluk tubuh tegap anaknya yang beberapa hari ini sangat ia rindukan. Di belakang Ayara ada suami dan juga anak bungsunya yang memeluk boneka beruang.

"Maaf Xyan telat bangun," ucap Xyan melepaskan pelukannya.

"Enggak papa sayang, kamu capek banget. Yakin mau nitip Zoya di sini? Gak bakalan gangguin kamu kan?" Ucap Ayara mengelus mata Xyan dengan pelan.

"Enggak Mah."

"Maaf ya Mama repotin kamu, urusan Papa mendadak dan Mama gak mau biarin Zoya tinggal sendiri di rumah," ucap Ayara.

"Enggak papa Mah, Zoya juga tanggung jawab aku."

Ayara tersenyum senang menatap putranya itu. "Aina mana?" Tanya Ayara.

"Di kamar, mau aku panggilin?"

"Gak usah, waktunya udah mepet juga, Mama takut kelepasan nanti," ujar Ayara.

"Mama sama Papa cuman seminggu di sana. Setelah urusan Papa selesai, Papa akan langsung jemput Zoya," ucap Rangga.

Xyan mengangguk.

"Sayang, kamu di sini dulu ya sama abang. Jangan nakal ya, jangan gangguin kak Aina juga nanti," ucap Ayara mengecup kening putrinya itu.

"Kalau gangguin abang boleh Ma?" Tanya Zoya.

"Boleh, sangat boleh," sela Rangga saat Xyan ingin protes.

"Siap Papa," ucap Zoya dengan sangat semangat.

"Yaudah Mama sama Papa pergi dulu, kalian jaga diri baik-baik. Xyan jagain adik kamu," ujar Ayara.

"Iya Mah," ucap Xyan.

"Kami pergi dulu."

"Hati-hati Mama, Papa. Jangan lupa oleh-oleh buat Zoya," ucap Zoya melambaikan tangannya.

Setelah mobil kedua orang tuanya telah menjauh, Xyan menatap Zoya yang masih setia melambaikan tanggangnya hingga mata adik kecilnya itu menatap ke arahnya.

"Kangen abang," ucap Zoya memeluk Xyan dengan erat.

Xyan membalas pelukan adiknya itu dengan tak kalah eratnya. "Abang juga."

Zoya terus memeluk tubuh Xyan tanpa memperdulikan jika mereka masih berada di depan pintu, dan Xyan pun tidak mempermasalahkan hal itu. Karna ia pun juga sangat merindukan adik kecilnya.

"Abang jarang pulang ke rumah, Zoya kan jadi kesepian," ujar Zoya merengek dalam pelukan Xyan.

"Kamu bisa sering ke sini kalau mau," ucap Xyan.

Gefahrlich[Completed]Where stories live. Discover now