Arlevan Shenna [15]

18.5K 385 1
                                    

-------

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

-
-
-
-
-
-
-

Ketukan pintu dari luar mampu membuyarkan lamunan Arlevan yang tengah termenung di dalam kamar. Jam sudah menunjukkan pukul 05.00. Ia beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah pintu lalu membukanya.

"Oh udah bangun, mama kira belum."

"Udah ma."

"Yauda sholat subuh, terus mandi." Ucap Mita kemudian meninggalkan kamar Arlevan.

Pintu kamarnya ia tutup kembali, lalu segera melakukan kewajibannya sebagai umat Islam. Arlevan itu nakal, suka mabuk tapi masih ingat dengan kewajibannya sholat. Entah sholatnya bakal diterima atau engga, hanya Tuhan yang tau. Itulah pemikiran Arlevan sekarang.

Mataharipun muncul dari ufuk timur, cahayanya masuk melalui celah-celah gorden kamarnya yang berwarna abu-abu. Lelaki yang sudah siap dengan seragamnya itu keluar dari kamar dan turun menuju meja makan berniat untuk sarapan. Sesibuk-sibuknya ia harus menyempatkan diri untuk sarapan, karena menghargai sang mama. Arlevan sangat menyayangi bundanya. Wanita yang telah mengandungnya selama 9 bulan penuh.

Sedangkan dengan papanya? Arlevan memang tidak terlalu dekat. Lelaki itu tak suka dengan aturan dan prinsip yang dibuat oleh papanya, mengharuskannya menjadi lelaki seperti ini. Taunya hanya buku, tak pernah mengenal cinta sebelum adanya Shenna. Suka mabuk karena ingin menghilangkan stressnya.

Meja makan sudah dipenuhi keluarga lengkapnya. Mita membantu suaminya mengambilkan sarapan, sedangkan Arlevan dan Alvian dengan mandiri mengambil makanan mereka sendiri. Suasana makan selalu hening, tak ada yang berniat membuka suara. Alvian pun tenang dengan makanannya, hanya dentingan sendok dengan piring yang terdengar.

"Liburan nanti kamu ikut papa ke kantor." Ucap Damar

Arlevan menoleh ke arah papanya setelah meneguk minumannya, "Untuk?"

"Kamu sudah waktunya belajar masalah bisnis Ar, papa mau kamu mulai belajar dari sekarang."

"Semalam papa mengobrol dengan kepala sekolah mu, Pak Samsul, beliau bilang jika akan ada pertukaran pelajar tahun depan. Papa mau kamu ikut tes itu."

Arlevan meremas ujung sendoknya, "Pah itu keputusan Ar untuk ikut atau engga."

Damar membanting sendoknya, lalu menatap sang putra dengan tajam dan tegas. "Begitu?"

Mita dan Alvian tak berani ikut campur dengan obrolan mereka. Mereka hanya terdiam, sambil menyimak.

Helaan nafaspun keluar dari bibir Arlevan, "terserah papa."

The Universe's Plan || Teenage Romance Donde viven las historias. Descúbrelo ahora