Bagian 24

1.4K 63 10
                                    


Sejak pagi Lila benar-benar menghindari Khafi. Tinggi nya rasa malu yang Lila miliki, membuat Lila menciut jika berhadapan dengan suaminya. Tapi laki-laki itu terlihat biasa saja. Sama seperti saat ini Lila yang merengek meminta Umi Sofia agar tidak mengajak Khafi untuk ikut belanja di pasar bersama.

"Umi jangan minta Abang Gus buat nganter Lila, Umii.. Kan masi ada Mba Abdi Ndalem yang mau nganter Lila. " Keluh Lila memegang lengan mertuanya.

"Ngga papa to nak, lagi pula Gus mu juga lagi ngga ngajar. " Jawab Umi Sofia.

"Lila ngga mau ngerepotin Abang Gus, Umi. " Seru Lila tetap keukeh dengan pendirian nya.

"Ngga mungkin Khafi direpotkan. La wong nemenin isteri sendiri. " Jelas Umi Sofia membuat Lila kini bungkam. Kini Umi Sofia sudah tidak bisa dibujuk lagi, Lila sendiri juga sudah kehabisan kata-kata untuk membela diri.

"Sebentar. Umi akan panggilkan suami mu. Kayanya tadi ada di depan. " Mau tak mau Lila mengangguk lemah, segera beralih dari hadapan Umi Sofia menuju kamar guna berganti pakaian.

"Susah payah gue ngehindar dari Abang Gus, tapi malah Umi sendiri yang deketin. " Cibir Lila pelan berusaha untuk menetral kan detak jantung nya yang entah dari kapan sudah berdetak begitu cepat.

*****

Lila memperhatikan tubuh nya dari pantulan cermin. Gamis sederhana dengan hijab syar'i yang sudah hampir tiga minggu ini ia kenakan. Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat, bahkan sekarang Lila mulai sedikit nyaman dengan pakaian ini.

"Cantik. " Gumam seseorang seketika membuat Lila berbalik menatap suaminya yang sejak tadi memperhatikan gerakan Lila.

"Kenapa ngagetin sih? Sebelum masuk aturan salam dulu. " Keluh Lila mendengus kesal kepada Khafi.

"Maaf.. Saya hanya tidak ingin melewatkan moment seperti ini. " Jelas Khafi.

Lila sedikit menunduk menahan senyuman agar tidak keluar, cuma dengan kata seperti itu mengapa Lila sampai merasa seperti terbang.

Apakah Lila benar-benar menyukai Khafi?

Khafi tersenyum melihat wajah memerah isterinya. Dengan pelan Khafi berjalan ke arah Lila, memegang pundak Lila lalu membalikan tubuhnya kembali menatap cermin.

"Khumaira. " Bisik Khafi tepat di samping telinga Lila. Seakan tanpa disuruh Lila mulai memejamkan mata, merasakan saat ini hanya hembusan napas hangat menyapu telinganya yang sudah tertutup hijab.

"Siapa Khumaira? " Tanya Lila kembali membuka mata.

"Panggilan sayang Rasulullah kepada salah satu isterinya, Aisyah RA yang artinya kemerah-merahan. Dan kamu adalah Khumaira saya, dengan pipi yang kemerah-merahan seperti sekarang. " Jawab Khafi lirih. Tanpa izin dari sang pemilik, Khafi memberanikan diri melingkar kan tangan nya pada pinggang Lila. Terlihat wanita itu hanya terdiam tanpa memprotes seperti biasanya.

"Izinkan saya memasuki dunia mu, Khumaira. " Lirih Khafi membalikan tubuh Lila agar berhadapan dengan nya. Lila terdiam memilih untuk menatap manik mata Khafi, baru kali ini Lila akui kalau Khafi memang benar-benar tampan.

Perlahan wajah Khafi mulai mendekat kepada Lila. Reflek Lila memejam kan mata menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya, hinggaaa..

"Lilaa.. Khafi.. Sudah belum? Nanti keburu sayuran nya habis di pasar. " Pekik Umi Sofia langsung membuat kedua nya membuka mata. Dengan cepat Lila mendorong pelan tubuh Khafi, berusaha menenangkan hatinya. Hampir saja tadi merekaa *****

"Lila buka pintu dulu. " Ucap Lila kikuk. Kemudian berjalan menuju pintu kamar, bisa-bisanya Lila lupa dengan niat awal datang ke kamar. Hampir saja Lila tergoda dengan Khafi.

Bahtera Cinta Gus KhafiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang