Bagian 10

1.7K 63 0
                                    


Khafi membuka kelopak mata nya, merasakan kepala nya terasa masih sedikit pusing tapi panas nya sudah turun. Khafi mengambil kain yang menempel di dahi nya, sudah kering. Apakah ini perbuatan Lila?

Khafi menengok ke samping, tepat terlihat Lila yang tidur di bawah dengan tangan Khafi digunakan sebagai bantal. Semalaman memang Lila terjaga hingga tanpa sadar ia tertidur.

Khafi sedikit menyinggungkan senyuman ketika melihat Lila tertidur, ternyata isterinya masih sedikit mempunyai rasa peduli kepada Khafi.
Khafi sedikit menggerakan lengan karena kram, tapi tanpa sadar pergerakan nya membuat Lila merasa terusik. Buru-buru Khafi langsung menutup mata kembali, agar Lila tidak mengetahui bahwa Khafi telah sadar.

Lila membuka mata, menguap, meneliti ke seluruh ruangan nampak terkejut. Kenapa bisa dirinya berada di kamar Khafi.

"Astaga.. Bisa-bisanya gue ketiduran. Untung dia belom bangun, kalo ga bisa malu gue ketauan di kamar dia. " Gumam Lila menepuk pelan dahinya. Dengan perlahan Lila berdiri kemudian berlari kecil keluar dari kamar Khafi.

"Dasar isteri kecil saya. " Ucap Khafi terkekeh.
Ia pun bergegas shalat shubuh kemudian keluar dari kamar berencana untuk membuat sarapan untuk mereka berdua.

****
Begitu selesai mandi Lila keluar lengkap dengan seragam yang melekat di tubuh nya, gara-gara Khafi cerewet jika Lila memakai seragam pendek jadilah dia harus membawa baju cadangan.

"Selamat pagi. " Sapa Khafi.

"Pagi. "

"Ayoo kita sarapan. Setelah itu saya antar ke sekolah. " Ucap Khafi membawa dua gelas susu ke meja makan.

"Lu dah sembuh? " Tanya Lila.

"Ko kamu tau saya sedang sakit? Perasaan saya tidak berbicara apapun. " Jawab Khafi berpura-pura tidak mengetahui.

"Hmm.. Ituu.. Keliatan dari wajah lu yang pucet. " Ucap Lila dengan terbata-bata. Jangan sampai Khafi mengetahui bahwa semalam dialah yang merawat Khafi.

"Ouh.. Iyaa. Alhamdulillah sudah enakan. Bangun-bangun sudah lebih baik terasa seperti ada yang merawat saya. " Ucap Khafi sambil mengoleskan selai ke roti. Lila hanya terdiam pura-pura tidak mendengar.

"Lu ga usah nganter gue, gue bisa ke sekolah pake mobil sendiri. Lagian setiap hari gue juga gitu. " Ucap Lila mencoba mengalihksn topik pembicaraan mereka.

"Mulai sekarang saya yang mengantar kamu. Mobil kamu sudah diambil sama Papa dan sekarang hanya ada mobil saya.. Setelah mengantar mu saya juga akan ke Pesantren Abi. " Jelas Khafi membuat Lila membulatkan mata.

"Hah?!!.. Papa ngambil mobil guee? Tapi waktu itu Papa bilang klo gue mau nikah sama lu, dia ga bakal ngambil fasilitas gue. " Ucap Lila tak terima. Ia mengeluarkan ponsel mencari nomor Papa nya kemudian lalu menelfon.

"Saya tidak tau. "

"Hallo sayang, ada apa? " Tanya Agam dari sebrang sana.

"Hallo Pah.. Paa ko bisa mobil aku Papa ambil. Dulu Papa bilang kalo aku nikah sama Khafi, Papa ngga akan ngambil fasilitas ku. Terus sekarang aku kerja nya gimana? " Tanya Lila dengan kesal.

"Waktu itu Papa ngga bilang kalo Papa ngga akan ngambil fasilitas kamu kalo kamu mau menikah dengan Khafi, Papa hanya bilang 'kalo kamu ngga mau menikah sama Khafi maka fasilitas kamu Papa ambil'. Lagian kamu kerja bisa dianter Khafi, Khafi juga punya mobil. " Jelas Agam.

"Iiihh Papa ngga adil. Aku sebel sama Papa!! " Kesal Lila langsung memutus sambungan begitu saja.

"Lilaa.. Papa ngelakuin itu karena ingin kamu ngga keluyuran kemana-mana. Lagian kalo kamu kerja saya bisa antar-jemput kamu. Kamu tidak boleh berbicara seperti itu kepada Papa! " Ucap Khafi dengan nada pelan.

Bahtera Cinta Gus KhafiWhere stories live. Discover now