Bagian 19

1.5K 61 3
                                    


Lila berdiri di depan Khafi sementara Khafi duduk di pinggir ranjang berhadapan dengan Lila.

"Seneng? " Tanya Lila dengan nada sedikit ketus.

"Apanya? "

"Ketemu temen lama.. Mana cantik lagi kan? " Lagi dan lagi nada bicara Lila terdengar begitu ketus.

Senyum Khafi tiba-tiba mengembang begitu lebar nya, bahkan Lila sampai mengerutkan kening karena bingung mengapa Khafi sampai tersenyum begitu lebar nya.

"Dih ngapain senyum-senyum? Seneng ya bisa nostalgia. " Ucap Lila berdecih.

"Tidak. "

"Terus? "

"Saya cuma merasa seperti ada orang yang tengah ingin memangsa saya hidup-hidup karena terbakar api cemburu. " Ucap Khafi terkekeh. Terasa lucu saja ketika melihat wajah Lila yang merah padam karena menahan kesal.

"Apaan? Gue ngga cemburu ngapain gue cemburu dih amit-amit. " Cibir Lila tak terima dikatakan cemburu oleh Khafi, karena menurutnya ngapain cemburu kan dia tidak memiliki perasaan apapun pada Khafi.

"Saya tidak bilang jika kamu yang sedang cemburu. " Jawab Khafi mampu membuat Lila tercekat. Kini Lila tidak tau harus berkata seperti apa.

"Yayaya.. Ya terus sapa lagi. Pokoknya intinya gue ga cemburu! " Jawab Lila begitu kesalnya.

"Yasudah iyaa, terserah kamu. Ouh iyaa tadi kamu lihat kan Ning Najwa dia terlihat begitu cantik, beda ketika terakhir kami bertemu. " Khafi sengaja berbicara seperti itu, karena ingin mengetest dugaan nya benar atau salah.

"Abang Gus!! " Teriak Lila.

"Tuh kan cemburu. " Goda Khafi sambil terkekeh.

"Yaudah lah terserah Abang Gus aja. " Jawab Lila beralih keluar dari kamar.

"Loh mau kemana? "

"Mau makan beling. "

Tawa Khafi seketika pecah begitu saja, dia benar-benar bahagia karena rasa cemburu yang Lila tunjukan membuatnya semakin yakin untuk memenangkan hati isterinya.

"Jadi seperti ini rasanya dicemburui isteri sendiri. " Gumam Khafi terkekeh.

****
"Dasar batu sialan, ngapain pake ada disitu, ngapa ngga minggir aja si? " Umpat Lila kepada batu krikil yang ada di sepanjang jalan area Pesantren.

"Ini juga daun-daun ngapain jatuh kan bikin sampah aja, dikira ngga cape apa nyapu terus. " Tidak hanya batu tapi daun kering pun juga ikut jadi sasaran.

Entah lah mengapa sekarang hatinya begitu sesak dan panas. Ingin rasanya Lila merumat seseorang dan menjadikan nya telor dadar untuk makan malam.

"Perasaan dulu pas Steven deket sama cewe lain, gue ga terlalu seagresif ini deh. Tapi kalo dia.. Arghh. " Rancau Lila langsung menendang krikil yang tadi sempat ia marahi.

Niat tadi pulang untuk mandi tapi melihat si Nining itu membuat Lila jadi tidak mood untuk ngapa-ngapain. Bahkan senja sudah tak terlihat kembali.

Karena suasana mulai mencekam Lila juga merasa takut, akhirnya dengan berat hati Lila kembali lagi ke Ndalem. Mungkin sekarang Khafi sudah ke Masjid.

***
Khafi masuk ke dalam kamar setelah selesai melaksanakan shalat isya di masjid. Begitu pintu terbuka Khafi melihat Lila yang tengah duduk di sofa membiarkan angin malam menerpa rambut dan wajah cantik nya.

Bahkan Lila sama sekali belum mengetahui keberadaan Khafi.

"Sudah shalat isya? " Tanya Khafi begitu tiba di samping Lila kemudian duduk berhadapan dengan isteri.

Bahtera Cinta Gus KhafiWhere stories live. Discover now