Crush; 37 [SELESAI]

192 28 21
                                    

Adena mencebik karena teman-temannya satu-persatu diajak berdansa oleh sang kekasih.

"Pergi aja, pergi. Tinggalin gue!" kesalnya membuat Sean terbahak.

"Kita duduk aja deh, Se. Aku juga gak terlalu bisa dansa," ucap Sera.

Sean melotot, hendak protes tapi Adena lebih dulu membuka suara, "Gak papa. Gue juga lagi nunggu seseorang. Kalian dansa aja."

Sean memicing. "Lo nungguin, Daffa? Tapi, tadi katanya dia gak ada couple, jadi dia bakal duduk aja."

Adena mencebik. "Bukan dia!"

"Terus siapa?"

"Gak usah kepo, nanti juga tau sendiri. Orangnya masih otw. Udah deh, sana!"

Sean mendengus. "Yuk, yang. Kita pergi aja, temen kamu marah-marah mulu, kaya Ibu tiri," ajaknya menarik Sera.

Seperginya mereka, Adena memeriksa ponselnya. Ia memang tetap nekat untuk meminta tolong pada Satya, untuk menjadi 'partner'nya malam ini, agar ia tidak terlihat 'jones jones banget', Satya menyetujuinya, tapi tiba-tiba ia mengirim pesan, kalau ia mau menyusul Isabelle ke Bandung, sekarang juga.

Ingin marah, tapi Isabelle memang pacarnya. Argh! Harusnya tolak dari awal, jadi Adena bisa mencari partner lain.

"Sendiri aja, Na?"

Shit! Adena meremang.

Orang yang ia hindari sejak awal datang, sudah duduk di depannya.

"Iya, Daf. Nasib gue ngenes banget," gurau Adena, berusaha menyembunyikan rasa gugupnya.

Malam ini, Daffa terlalu tampan. Adena tidak kuat, tidak sanggup, tidak tahan.

Ia tidak akan bisa berlama-lama berada di dekat Daffa atau ia akan pingsan di tempat.

Toa mana toa? Adena ingin teriak!

Daffa terkekeh, kembali membuat Adena meremang.

"Jangan ganteng-ganteng, plis!"

"Sama, dong," sahutnya.

"Hoi, Daf!"

Daffa dan Adena menoleh, mencari asal sumber suara.

Shit!

Adena memalingkan wajahnya, juga menutupinya dengan tangan.

Kenapa harus sekarang?! Kenapa saat hanya ada dirinya dan Daffa orang itu datang?!

"Riko? Bukannya lo di Kalimantan?"

Yang dipanggil Riko itu, duduk di sebelah Daffa. "Dih, gue udah di sini sejak setahun yang lalu. Gak tau, lo?"

"Serius? Gue udah jarang kabaran sama yang lain, apalagi lo ganti nomer. Lo ngapain di sini?"

"Iya, sih. Nemenin pacar gue, dia satu sekolah sama lo. Dia siapa?" tunjuk Riko pada Adena yang masih menyembunyikan wajahnya.

"Oh, temen sekelas gue. Adena."

"Adena?"

Adena menutup matanya, kalau sudah begini terpaksa ia harus menunjukan wajahnya, harapannya semoga Riko lupa.

"H-hai," sapa Adena.

Riko melotot. "ADENA KALLISA?!"

Daffa bingung, sedangkan Adena ingin menangis.

"Lo kenal?"

"Lah? Lo gak kenal? Dia Nana, anjir! Yang sering ngintilin lo sama sering nitip permen kaki ke gue buat dikasih ke lo."

Crush✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora