Crush; 3

174 27 0
                                    

Adena mengibas-ngibaskan tangannya ke wajah. Upacara belum dimulai, tapi ia sudah kegerahan.

Tidak heran, karena matahari sudah sangat terik, padahal jam 6 pun, belum.

Adena terkekeh, melihat Hana yang berdecak kepanasan, karena posisinya tepat di bawah matahari, alias di depan.

Salah satu keuntungan punya badan tinggi, ya ini. Kalo upacara, barisnya paling belakang.

Biasanya, ada Yasmine di sebelahnya, tapi anak itu mendapat tugas menjadi pengibar bendera upacara.

Iya, Yasmine juga anak paskriba. Seperti, Kak Mika dan Irga.

Adena mengalihkan atensinya, karena suara yang sangat ia kenal.

Daffa yang sedang berusaha menuntun teman-teman sekelasnya, agar merapikan barisan.

Duh, mau juga dipimpin barisan sama Daffa. Terus, ia berdiri di barisan paling depan, jadi ia dan Daffa akan hadap-hadapan.

"Pelototin terus, sampe copot tuh mata!"

Adena mendelik, menatap barisan lelaki yang ada di sebelah kirinya.

"Apa?" tanya Sean dengan wajah polos tapi menyebalkan.

Adena mendengus. Sean ini, kalau bersama Sera, ia menjadi lelaki yang manis dan menggemaskan, tapi kalau kekasihnya itu tidak ada di dekatnya, maka wujud aslinya akan keluar.

Alias, wujud setannya.

"Bacot lo, ah. Lo, kan pendek. Kok di belakang?"

Sean melotot. Hey! Gini-gini ia tertinggi keempat, diantara semua laki-laki di kelas 10-3.

Bahkan, Sean masih lebih tinggi, dari trio tiang, alias Adena, Azzura dan Yasmine.

Dan ia dikatain pendek?!

"Becanda," sahut Adena santai, ia kembali melihat ke depan, tapi Daffa sudah tidak ada di tempatnya.

"Tumben, baris di belakang, Daff?"

Oh, shit!

Daffa menyahut dengan pandangan lurus ke depan, "Matahari lagi terik banget, males di depan gue."

Suara Daffa terdengar sangat jelas di telinga kanannya.

Sial! Ia di tengah-tengah Sean dan Daffa.

Adena agak melirik ke kiri, dapat ia lihat teman sekelasnya itu tengah menyeringai usil.

Adena was-was, bagaimana jika Sean melakukan sesuatu yang akan membuatnya malu?

Adena sedikit bernapas lega, karena Azzura datang, dan langsung memposisikan dirinya di sebelah Daffa, dan membuat atensi lelaki itu teralihkan.

"Tumben lo telat?"

"Gue nungguin Irga, gue lupa dia yang tugas hari ini, gue juga gak ada cek HP semaleman."

Daffa mengangguk paham.

"Gak usah aneh-aneh, lo!" peringat Adena berbisik.

Sean hanya tersenyum hingga matanya menyipit.

Sebuah suara yang mengintrupsi bahwa upacara akan dimulai, membuat semuanya diam. Fokus pada kegiatan pagi ini.

***

"Jamkos, euy. Sekolah lagi ada tamu."

"Ada tugas yang dititipin, gak?"

"Gak ada kita free!"

Sorakan senang memenuhi ruangan 10-3.

"Jangan berisik juga, ege. Ruang rapat di bawah kelas kita!"

"Lah, di bawah kelas kita mah kelas 11-3. Bawahnya lagi baru ruang rapat," koreksi Sean, karena informasi yang diberikan ketua kelasnya salah.

Crush✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang