Crush; 36

141 23 0
                                    

"Duh, item-item. Kek mau ngelayat."

"Iya, anjir. Ngapa dresscodenya hitam, sih."

"Kalo putih, jadinya kek nikah. Bisa-bisa nanti jadi nikahan massal dibanding acara prom night."

"Lah, Daf? Dateng, lo? Katanya gak mau ikut," tanya Theo heran melihat kedatangan Daffa.

Daffa mendengus. "Gue gak mau ikutan yang raja ratu itu, acaranya mah, gue tetep ikut. Ini tetep acara perpisahan, btw."

"Iya, sih. Aneh-aneh aja pertanyaan lo."

"Kok jadi gue, sih?"

"Udah buruan masuk, belakang kita penuh, noh," desak Irga.

Mereka memasuki ruangan yang tampak mewah itu, para laki-laki yang bersetelan sama dengan mereka, black suit dan para perempuan dengan black dress.

"Cewek-cewek di mana?" tanya Sean celingukan.

Penasaran, pasti ceweknya cantik banget.

"Cewek-cowok dipisah anjir. Lo gak tau? Sebelah kiri buat para cowok, sebelah kanan buat para cewek, tengah-tengahnya floor dance buat dansa," jelas Theo.

"Dansa?"

"Kita duduk dulu, deh. Capek gue berdiri, sebelah kiri, kan?" ajak Irga lagi.

"Pencarian King and Queen lewat jalur dansa, nanti kalo ada pasangan yang dansanya menarik atensi orang-orang mereka yang menang."

"Hah? Masa begitu? Atleast juri? Gak ada?" tanya Theo.

"Gak ada. So, kalo mau menang, harus narik atensi orang-orang, lebih tepatnya satu gedung."

"Itu mereka bukan? Kok pada kembar?" tunjuk Daffa pada kumpulan gadis-gadis yang rempong sendiri.

Semua menoleh. Benar, tampak enam gadis yang berpenampilan sama, black dress off shoulder, serta wavy hair yang tergerai bebas, serta polesan natural make-up, yang makin mempercantik mereka.

"Buset, cuy! Gue milih sambil merem juga gak bakal nyesel," celetuk Theo.

"Inget pacar lo!" tegur Sean seraya memukul bahu Theo.

"Becanda, doang!"

"Woy, Daf! Ngedip--"

"Ekhem! Tes! Tes!"

Suara yang berasal dari panggung menarik atensi semua orang.

"Sebelumnya, saya akan memperkenalkan diri. Saya Baskara selaku MC hari ini."

Riuh tepuk tangan menggema setelah perkenalan diri Baskara.

"Terimakasih-terimakasih. Baik, ada yang tahu kenapa cewek-cowok dipisah?" tanya Baskara.

Hening.

"Biar yang jomblo mendapat keadilan, Kak!" sahut Baskara, berlagak menjadi penonton membuat riuh tawa terdengar.

"Bener, sih. Tapi gak bener. Tau, kan hari ini bakal ada King and Queen prom night?"

"TAU, KAK!"

"Nah, untuk kalian yang ingin mengikuti ini. Langkah awal, para lelaki harus menjemput 'ceweknya' yang ada di sebelah kanan, lalu membawanya ke dance floor.

"Terus apa, Kak? Main masak-masakan! Ya, dansa, dong. Dan pasangan yang dansanya menarik perhatian banyak orang, secara otomatis akan mendapat lampu sorotan. Dan pasangan yang dapet lampu sorotan itu yang menang."

"Cara dapet lampu sorotannya, gimana, Kak? Nyetek sendiri? Apa pake senter HP?" tanya Baskara, kembali berlagak seperti penonton.

"Waduh! Gak gitu ya, adik-adik. Seperti Kakak bilang, yang dansanya yang menarik perhatian. Jadi, fokus kalian tetap dansa, buat dansa kalian tampak menarik. Jangan sampe lengah melirik pasangan lain."

"Semua bebas ikut. Kelas 10, 11, silakan! Apalagi kayanya ada beberapa anak kuliahan. Cemcemannya masih sekolah, ya?"

"Jadi, itu saja penjelasan saya mengenari pencarian King and Queen prom night. Paham?"

"Paham!"

"Pinter. Kontes dimulai dari, satu ...

dua ...

tiga ..."

Para lelaki nampak berhamburan menghampiri 'cewek' mereka, ada yang berlari ada yang berjalan santai. Kecuali empat lelaki yang masih setia di mejanya.

"Ikut, gak? Jujur aja, kalo harus narik atensi gue gak jago," ucap Sean, pasrah duluan.

"Ikut, lah. Gimana kalo Sera nunggu-nunggu lo di sana, tapi lo nya gak nyamperin?" sahut Irga.

"Weh, liat! Ada Kak Jeo sama Kak Mika!" seru Theo, membuat mereka menoleh ke arah yang ditunjuk Theo.

Terlihat, Jeo dan Mika menjemput pasangan masing-masing untuk diajak berdansa, Yasmine dengan percaya dirinya menerima uluran tangan Mika, sedangkan Jelita nampak ragu dan malu-malu untuk menerima uluran tangan Jeo.

Dan para perempuan yang tersisa berseru heboh, membuat banyak pasang mata melirik ke arah mereka.

"Jemputlah, anjir! Kasian gue liat Azzura kek pengen banget dijemput pangerannya," ucap Irga lalu berdiri menjauh, menghampiri kekasihnya.

"Ikut, ah!" seru Theo semangat.

Tinggal Daffa dan Sean. Mereka berpandangan.

"Lo kalo mau nyamperin Sera, samperin aja," ucap Daffa.

"Terus, lo?"

"Gue gak ada 'partner', jadi duduk aja. Lagian, kan udah gue bilang gue gak mau ikut pencarian raja ratu itu!"

"Masa duduk doang?"

"Kenapa enggak? Banyak makanan, banyak minuman. Lagian, lo liat baik-baik. Gak cuma gue yang cuma duduk-duduk. Banyak noh, cowok-cowok jomblo yang gak ada pasangan!"

"Ya, lo ... jangan gitulah. Diliat baik-baik, banyak juga cewek yang sendiri tuh, kalo gak mau sama Adena," ucap Sean menunjuk ke arah para perempuan.

"Atau, adek kelas lo itu. Yang waktu itu? Ada dia, tuh."

Daffa berdecak gemas. Sean terlalu banyak... bacot...

"Udah sana, deh. Liat Sera tuh. Curi-curi pandang ke sini mulu."

Sean menoleh. Tidak ada. Justru Sera nampaknya asyik mengobrol dengan Adena.

"Lo punya rencana, ya?" tuding Sean curiga.

Daffa mendengus, sedang mati-matian menahan diri agar tidak meninju Sean detik ini juga.

"Rencana apa, sih? Pencurian harta karun?"

"Bilang aja sih. Cuma kita berdua ini, nanti gue bantu," ucap Sean.

Daffa menggeram tertahan. "Lo! Keras kepala banget. Terserah kalo gak mau nyamperin cewek lo! Gue mau makan aja!" jengkelnya, memakan kue kering yang tersedia di meja.

Sean mendengus. Ia harus membuat Daffa bergerak dan menghampiri Adena. Tapi ia tidak punya ide. Mana yang lain main pergi saja.

Haruskah ia menyerah? Terserah Daffa mau dansa sama siapa, mau makan apa, mau duduk di mana. Terserah!

"Oke, fine! Gue pergi. Mending gue nyamperin cewek gue daripada sama lo. Bikin kesel!" ucap Sean, lalu pergi dengan kesal.

Daffa mendengus. Apa tidak terbalik? Harusnya Daffa yang berucap kalau Sean sudah membuatnya kesal.

Daffa menatap ke arah kanan, nampak Sean duduk di sebelah Sera, sepertinya sedang mengajak sang kekasih untuk ikut berdansa. Dan Adena yang terlihat kesal, sepertinya kesal karena akan tersisa ia sendirian di sana.

Daffa meminum minuman yang tersedia di meja. Tenang saja, hanya minuman soda, bukan minuman memabukkan apalagi minuman keras.

Bisa-bisa berpuluh-puluh polisi datang mengepung gedung ini.











tbc....
Mendekati ending👀

Crush✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang