Crush; 14

148 25 5
                                    

Ulangan kenaikan kelas akan dilaksanakan senin depan. Dan hari ini, hari terakhir sekolah sebelum menyambut ulangan nantinya.

Seluruh kelas 10 dan 11 tidak belajar, karena di minta untuk membersihkan kelas masing-masing. Kelas 12? Mereka sudah lulus. Tidak ada acara perpisahan untuk mereka, entah kenapa.

Katanya sih, Kakak kelasnya langsung yang meminta. Mereka, ingin uang yang mereka kumpulkan untuk acara di sekolah, dialihkan menjadi menambahkan biaya mereka yang sedang liburan perpisahan di bali, mereka ingin memperpanjang lagi selama tiga hari penuh.

Dan para guru yang bersama mereka setuju.

Para adik kelas pun, tidak masalah. Toh, bukan uang mereka. Mereka tidak dimintai uang, dengan embel-embel buat acara perpisahan Kakak Kelas.

Adena menuruni anak tangga, dengan matanya yang fokus ke ponsel. Ia sedang bertukar kabar dengan Ibunya, yang memintanya untuk pulang naik gojek nantinya, karena sang supir pulang kampung dadakan, dan Ayahnya masih sibuk di kantor.

Adena berdecak. Ia takut, ia tidak pernah naik gojek. Juga, ia tidak mempunyai aplikasinya.

Terlalu fokus dengan ponselnya, gadis itu tidak menyadari ia melewati anak tangga terakhir, hingga kakinya langsung menapak di lantai dasar yang membuatnya limbung dan jatuh ke depan.

"EH! ADA YANG JATOH!"

Sial! Adena sangat mengenali suara itu. Tidak ada pilihan lain, Adena memejamkan matanya.

Dapat Adena rasakan, dagunya dipegang, entah siapa yang melakukannya, sepertinya ingin melihat siapa yang jatuh ini.

"Adena?! Woy tandu woy, ada yang pingsan!"

Shit! Ternyata Daffa yang menyentuh wajahnya barusan?!

Seseorang mengambil ponselnya dari tangannya. Siapa lagi nih maling?

Detik berikutnya, ia merasa badannya terangkat dan ditaruh di atas tandu dan dipastikan ia dibawa ke UKS.

"LOH? LOH? TEMEN GUE KENAPA?"

Adena kenal suara itu. Untungnya ada dia.

"Pingsan, Jel," sahut Daffa yang ternyata ikut.

Oh astaga, bisakah lelaki itu pergi?

"Iya gue tau. Gue juga liat, tapi kenapa bisa sampe pingsan?"

"Gak tau gue. Emang sebelumnya udah sakit kali."

Jelita mencebik, memeriksa Adena yang sudah dipindahkan ke atas kasur.

Jelita merasakan sesuatu di bawah bajunya. Adena yang melakukannya.

Lah, kok?

Lagi, ia merasakan tarikan di bawah bajunya.

"Karena udah ada gue. Lo pada pergi aja, makasih banyak ya, udah nolongin Adena," ujar Jelita, membuat orang-orang yang menolong tadi beranjak pergi.

Kecuali...

"Apa? Kenapa lo masih di sini?" tanya Jelita menatap bingung Daffa.

Daffa menggeleng lalu beranjak pergi.

"Udah pergi anaknya," ujar Jelita, Adena membuka matanya kemudian bernapas lega.

Tidak. Jelita tidak tahan lagi. Ia terbahak keras hingga matanya menyipit, membuat Adena mendelik tajam.

"Lo ngapain anjir?" tanya Jelita disela-sela tawanya.

"Gue jatoh, anjir. Gara-gara gak liat tangga, terus kayanya yang pertama liat tuh dia, soalnya dia langsung teriak pas liat gue terkapar di lantai dengan posisi tengkurap."

Crush✓Where stories live. Discover now