Crush; 16

136 24 6
                                    

"Di sini aja, Na. Pas."

"Oke."

Adena dan Azzura memilih meja nomor dua, di barisan yang menghadap papan tulis.

"Hoi, Daf! Di sinilah, kita," ajak Irga membuat Adena melotot.

Hey! Dari banyaknya meja kosong, kenapa harus tepat di depan mereka?

"Di sini? Tumben, lo mau di depan?" tanya Daffa, tapi ia juga meletakkan tasnya di sebelah Irga.

"Apalagi? Azzura di belakang kita. Terus, biar lo gak sering-sering pake kacamata," jelas Irga, Daffa mengangguk paham.

"Dia pake kacamata?" bisik Adena pada Azzura.

Azzura mengangguk. "Rabun dia. Lo gak tau?" Adena menggeleng.

"Kenapa lo berdua bisik-bisik? Ghibahin gue, ya?" tuding Irga.

Adena mendelik. "Ew!"

"Woy, lo berdua kenapa mengasingkan diri?" tanya Adena, heran melihat Hana dan Sera memilih meja di pojok belakang, padahal meja belakang mereka masih kosong.

"Kami mau serius belajar, kalo deket kalian yang becanda mulu, nanti kami keganggu," sahut Hana.

"Halah. Si paling serius," ledek Irga.

"Pindah sini lah, woy. Kejauhan, susah ngeghibahnya," panggil Azzura.

"Ghibah mulu, lo."

"Bacot. Buruan, sebelum diisi yang lain." Azzura memaksa.

Pasrah. Hana dan Sera menurut. Sebenarnya, Sera dari awal ingin duduk di belakang Azzura dan Adena, tapi Hana malah menariknya ke bagian pojok belakang. Katanya, nanti jadi nyamuk.

Di kelas sebelah, berbanding terbalik. Mereka duduk dengan tenang di pojok belakang. Theo dan Sean yang paling belakang, serta Yasmine dan Jelita di depan mereka. Cukup tenang, tidak ada drama jauh-jauhan, dengan alasan takut jadi nyamuk. Mereka semua, terpisah dari sang pujaan hati. Apalagi, Yasmine dan Jelita.

"Sedih banget. Bentar lagi ditinggal Kak Mika," celetuk Yasmine.

Jelita mencebik. "Mulai."

"Lo gak sedih apa? Mereka mau lulus, lo belum kenalan secara resmi sama dia."

"Lebay lo ah."

"Minta bantuan Daffa coba, Jel," saran Yasmine.

"Diem."

"Nanti lo nyesel loh, Jel."

"Diam atau gue tukeran sama Sean?"

"Iya, gue diem."

***

"Bosen ...."

Mereka bersepuluh, sedang duduk di kursi panjang depan kelas 11-3. Sebenarnya tidak muat, jadilah Theo, Sean, Yasmine dan Jelita duduk di kepala kursi, bersandar pada pagar pembatas. Dan enam lainnya berdesakan, di kursi. Dengan posisi, Irga, Azzura, Hana, Adena, Sera dan terakhir Daffa.

Beberapa murid yang berlalu lalang sesekali curi-curi pandang ke arah mereka. Bingung, kenapa berdesakan seperti itu mana hanya diam-diaman. Takut-takut, bagaimana kalau tiba-tiba kursinya rubuh.

"Pulang boleh gak, sih?" tanya Azzura.

"Udah selesai," ucap Azzura lagi, karena Irga yang mencoba menutupi mulutnya saat ia sudah selesai menguap.

"Oh ...," sahut Irga, menjauhkan tangannya.

"Le? Boleh pulang?" tanya Hana, saat melihat salah satu teman sekelasnya dulu, menenteng tas.

Crush✓Where stories live. Discover now