Crush; 9

145 27 10
                                    

"Lo mau ke kantin, kan?"

Adena yang awalnya akan menuruni anak tangga pertama, hampir jatuh karena kaget, beruntung seseorang yang tadi bersuara segera memegangi tangannya.

Adena melepaskan tangannya dari pegangan lelaki itu.

Sial!

Sejak kapan Daffa ada di sini? Lebih tepatnya, apakah Daffa mengikutinya?

Sedangkan Daffa, ia menggigit pipi dalamnya, mendadak canggung. Tuh, kan.

Sepertinya, memang Adena tidak menyukainya.

Duh, Daffa ada salah apa ya, kira-kira?

"Sorry. Gue kira orang yang gak gue kenal," ucap Adena cepat, setelah melihat raut tidak nyaman dari wajah lelaki itu.

Sial!

Adena harus menyalahkan siapa kali ini?

"Lo mau kantin, juga?" tanya Adena, terdengar ragu.

"Iya. Tapi, kayanya lo--"

"Ayo."

"Hah?"

"Ayo, kalo ketahuan guru, gue jadi ada temennya. Gak dimarahin sendirian," ucap Adena.

Daffa memandangi Adena yang memperlihatkan senyum manisnya.

"Ah, a-ayo," ajak Daffa

Shit! Kenapa ia jadi gagap?

Adena dan Daffa berjalan ke kantin dengan langkah canggung. Kalau teman-teman mereka melihat, sudah pasti mereka akan terbahak, tidak lupa akan merekamnya sebagai kenang-kenangan.

Adena berusaha menjaga jarak, agar lelaki itu tidak mendengar detak jantungnya, yang sepertinya siap untuk meloncat keluar kapan saja. Tapi, sepertinya Daffa malah berpikiran lain.

Oke, Daffa. Kata Mama, tidak boleh suudzon.

Adena segera berlari ke depan kulkas, mengambil coca-cola, lalu beranjak ke depan mengambil dua superstar. Daffa hanya mengambil sebotol air mineral.

"Pas 7000 ya, Mba? Ini uangnya."

"Iya, sip!"

"Ini, Mba. 4000, kan?"

"Iya. Pas semua ya, uangnya."

Daffa dan Adena kembali berjalan dengan canggung.

Melihat Adena yang nampak kesusahan membuka botol minumannya, membuat Daffa berniat membantu.

Baru tangannya terangkat ingin mengambil botol gadis itu, tiba-tiba...

Krash!

Botol itu sudah terbuka.

"Kenapa?" tanya Adena bingung, karena tangan Daffa yang terangkat seperti ingin mengambil sesuatu.

"O-oh itu. Gue gak sengaja liat tanggal expired cokelat lo tahun kemaren. Lo cek gih, kayanya gue salah liat," ucap Daffa, lalu memandang acak ke arah langit-langit.

Sial!

Adena memeriksa kedua cokelatnya. Ternyata benar, salah satunya sudah expired dari tahun kemarin. Tanpa kata, Adena membuang satu cokelatnya ke tong sampah yang ia lewati.

"Lah, beneran?" tanya Daffa bingung.

"Iya, untungnya lo liat, atau gue bakal sakit perut."

Entah Daffa harus bersyukur atau tidak.

"Hoi, Daf!"

"Bang Jeo. Baru kelar main?"

"Hooh, mau ke kelas gue. Gerah bat, mau buru-buru ngipas angin! Duluan, Daf!" pamit Jeo.

Crush✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang