Crush; 20

145 24 5
                                    

Beberapa siswa-siswi yang berlalu lalang di kantin, nampak heran saat melihat sepuluh orang yang selalu bersama sejak kelas sepuluh itu, pisah meja. Pertama kalinya.

Para laki-laki di meja pojok kanan, dan para perempuan di tengah, agak ke kiri. Agak jauh.

Tidak ada yang tahu, kenapa mereka pisah meja seperti sekarang, kecuali mereka bersepuluh.

"Kok bisa berantem sama Sera?"

Daffa lebih dulu membuka suara, Sean mengangkat kedua bahunya seakan enggan menjawab. Mulutnya masih fokus mengunyah soto.

Irga mencebik. Sedari awal ia tidak mau pisah meja, ia tidak mau jauh-jauh dengan sang kekasih. Begitupun Theo, awalnya ia menolak. Kalau jauh-jauh ia tidak bisa mengusili Hana. Tapi, di sinilah mereka sekarang karena rengekan cempreng Sean.

Daripada malu, lebih baik mengalah.

Di meja para gadis, tampak berbanding terbalik. Mereka terlihat bersenda gurau, akhirnya mereka bisa girls time jika di sekolah. Karena, jika masih di sekolah, para lelaki selalu menguntit mereka seperti bodyguard. Di mana ada para cewek di situ ada para cowok.

"Pulsek, ke rumah gue yuk? Temenin. Bonyok gue keluar kota," ajak Adena.

"Gak ditendang ke rumah Irga? Atau Kakak sepupu lo yang itu, nyamperin ke rumah?" tanya Hana.

Adena menggeleng. "Gue minta Irga jemputnya pas malem aja. Jadi pas sampe rumah dia, gue tinggal molor."

Yasmine mendengus. "Kualat lo sama bonyoknya Irga."

"Mereka pulangnya selalu sekitar jam 9 maleman," sahut Azzura.

Adena mengangguk. "Males gue berduaan doang, di rumah segede itu. Iya, kalo keliling-keliling ketemunya Irga. Kalo hantu yang nyamar jadi dia, gimana?"

Adena meringis karena pahanya ditepuk Yasmine. "Omongan lo! Gak usah aneh-aneh!" tegurnya.

"Diem aja, Ser?" tanya Azzura heran.

Sengaja, memancing Sera agar jujur.

"Adena, nginep rumah gue aja, yuk? Gua pulang duluan, nanti sore gue jemput," ajak Sera tidak menyahuti pertanyaan Azzura.

Adena mengernyit. "Tumben? Rumah lo sepi juga?"

"Ada bonyok sama Kakak gue sih--"

"Gak deh. Gue takut sama Kakak lo." Adena cengengesan setelahnya.

"Kita aja nginep tempat Adena, gimana?" tanya Yasmine.

"Gak yakin diijinin gue. Ada Papa," sahut Azzura.

"Gue yes aja, sih," timpal Hana.

"Siapa yang bisa aja. Nanti gue kabarin Mama gue sama Mamanya Irga, kalo kalian bakal nginep nemenin gue."

"Oke, fix!"

***

Jika kalian kira cuman para perempuan yang sedang girls time, kalian salah. Karena, sekarang para lelaki juga boys time di kamar Daffa.

Sebenarnya lebih mirip me time tapi di satu tempat, karena semuanya sibuk dengan gadget masing-masing.

"Ini album SMP lo ya, Daf? Gue boleh liat?"

Daffa mendongak. Entah sejak kapan Theo sudah duduk manis di depan meja belajarnya. "Buka aja. Asal habis itu kembaliin ke tempat semula."

Theo tersenyum senang, ia duduk di lantai. Tak terduga, Irga dan Sean menghampirinya, ikut kepo.

Terlebih Irga, kepo satu hal. Diantara para lelaki, sepertinya baru dirinya yang tahu hal ini.

Theo mulai membukanya, nama-nama siswa-siswi lengkap beserta kelas mereka.

Sean menunjuk sesuatu, hampir membuat Theo berteriak, beruntung Irga sudah sigap menutup mulutnya.

"Ssstt," desis Irga.

Kembali Theo membuka halaman berikutnya, kembali pula Sean menunjuk sesuatu, kembali pula Irga menutup mulut Theo yang hampir teriak.

Hampir berulang-ulang, hingga mereka tiba dihalaman terakhir.

Theo menutup albumnya, menatap Irga dan Sean bergantian.

"Mereka satu SMP?" tanya Theo berbisik.

Irga mengangguk, membuat keduanya kaget.

"Tapi, kok, Irganya kaya gak kenal?" tanya Sean.

"Ya, lo liat aja penampilannya."

"Ya, emang beda banget sih. Tapi, masa gak ngenalin? Kita yang sekali liat aja kenal. Terus di halaman biodata siswa, nama Adena tertulis dengan jelas dan rapi," ucap Sean, menunjuk dirinya dan Theo.

Iya juga.

"Gak ngeh kali dia," ucap Irga, tidak mau memikirkan itu.

"Daf, lo pernah buka-buka album ini?" tanya Theo.

Daffa menoleh lalu menggeleng. "Kenapa? Kalian liat sesuatu?"

Sejak pertama kali mengantongi album itu untuk dibawa pulang, Daffa memang tidak pernah membukanya sedikit pun.

Toh, buat apa? Tanpa dilihat pun, Daffa tahu, fotonya pasti sangat tampan.

Dan Daffa lebih suka membuka buku pelajaran daripada membuka album yang berisi wajah-wajah teman seangkatannya.

Kalau begini, pantas saja tertumpuk paling bawah.

Sean tersenyum. "Gak ada."

"Shit! Ngenes banget temen gue!" ledek Sean membuat Irga dan Theo terbahak.

Daffa heran. Apa yang lucu dari album SMPnya?

***

"Anjir, Na. Lo kaya penguntit. Di mana ada Daffa, di belakangnya ada lo," ucap Jelita lalu menutup album milik Adena.

Adena mendengus, memilih abai.

"Tapi, jir. Lo lucu banget dulu pas SMP pake poni. Kek polos-polos git," ucap Yasmine menilai.

"Sampe sekarang masih polos, kok," gurau Adena, kompak membuat yang lain berlagak muntah.

Adena terbahak. Teman kurang ajar.

"Tapi, aneh banget Daffa gak tau kalo lo satu SMP sama dia? Dan di album ini aja membuktikan, kalo lo bener-bener fell first then fell harder day by day."

"Kayanya, dia tau tapi pura-pura gak tau!"

Adena mendengus mendengar ucapan Azzura. Pura-pura tidak tahu? Apa untungnya seperti itu? Ia menoleh pada Sera yang sedari tadi diam saja.

"Jadi, kenapa Ser? Sekarang lo bisa cerita," ucap Adena, membuat yang lain fokus pada Sera.

Sera menghela napasnya. "Gak ada, kok."

Azzura berdiri, menghampiri Sera lalu memeluknya. "Gak papa kalo gak mau cerita. Tapi, kalo butuh cerita lo bebas mau cerita ke kita atau salah satu dari kita. Sandaran lo ada lima ini. Tinggal pilih aja."

Sera tersenyum. "Thanks, guys!"

"Ngomong-ngomong soal poni. Gue pengen make poni lagi," celetuk Adena.

"Kaya poni lo dulu? Kalo pas SMP sih, emang lucu. Tapi kalo sekarang lo bakal keliatan nerd," celetuk Yasmine.

Adena mencebik. "Poni tipis aja gue maunya. Ala-ala korean style gitu."

"Oh, bagus-bagus aja. Gue pernah liat beberapa, cocok sama lo," ucap Yasmine seraya mengangguk-angguk, membayangkan.

"So? Buruan temenin gue ke salon depan komplek."

"Bayarannya apa, Na?" tanya Hana.

"Gue traktir nasi goreng yang di sebelah salonnya. Nasgornya enak, kita makan situ aja."

"GAS!"










tbc...
Gak kerasa udah 20 part aja:((

Crush✓Where stories live. Discover now