Crush; 18

134 25 11
                                    

Adena dan Jelita pergi ke kantin lebih dulu. Mereka berjalan seraya mengobrolkan hal yang tidak penting.

"Hai Adena, Hai Jelita!"

Keduanya menoleh. "Hai Kak Jeo!" balas Adena tersenyum.

"H-hai, Kak," balas Jelita kikuk. Ia jadi teringat kalau tadi malam Jeo mengiriminya pesan, menawarkan tumpangan pulang. Jelita ingat betul, ia mengetik 'Gak usah, Kak. Aku dijemput.' tapi yang terkirim justru 'Boleh, Kak. Kalo gak ngerepotin.'

Sial!

"Jelita, pulsek jadi?"

"Gak ngerepotin, Kak?"

"Enggak, dong. Justru gue seneng, akhirnya ada temen ngobrol pas pulang."

Jelita tersenyum kikuk. "Iya, Kak. Jadi."

Jeo tersenyum senang. "Oke! Gue tunggu parkiran, ya? Dah, Jel, Na!" pamitnya.

Adena menyenggol Jelita, menggoda sekaligus minta penjelasan. "Udah deket aja kayanya?"

"Ya ... gitu ...," sahut Jelita, tidak mau menatap Adena.

Adena tertawa. "Serius anjir. Kapan kenalnya? Lo yang inisiatif ngajak kenalan gitu?"

"Enggaklah! Udah lumayan lama, kayanya?" ucap Jelita ragu, "Gara-gara doi lo, noh!" sambungnya.

Adena yang sedari tadi tertawa, jadi diam, bingung. Doinya dibawa-bawa. "Hah? Kenapa dia?"

"Awalnya gue mau minta anterin dia. Eh, guenya malah diserahkan ke Kak Jeo. Mana katanya, dia tahu gue suka sama Kak Jeo. Siapa yang ngasih tau coba?! Lo, ya?!"

Adena kembali tertawa. "Jaga hati buat gue, dia, tuh. Tapi, serius kalo soal ngasih tau, bukan gue! Boro-boro ngasih tau. Ngobrol biasa aja, masih hoki-hokian."

Jelita mendengus, membenarkan kalimat terakhir Adena.

"Tapi, lo seneng, kan?" goda Adena, menoel-noel pipi Jelita.

Jelita menyingkirkan tangan Adena, menahan mati-matian senyumannya, namun Adena menyadarinya.

Adena kembali tertawa. "Bagus deh ...."

"Hai ges!" Yasmine datang, merangkul Adena dan Jelita, membuat keduanya menjengkit kaget.

"Ngagetin anjir!"

"Lama banget lo berdua nyampe kantin? Padahal pergi duluan," celetuk Hana.

"Jelita, tuh," ucap Adena, menggoda Jelita.

Jelita kelabakan. "Apaan?!" paniknya lalu lari menjauh.

Adena kembali tertawa, sedangkan yang lain hanya menatap bingung.

***

Dalam hati, Adena memaki Sean yang kembali membuatnya duduk di sebelah Daffa. Soal Daffa, ia masih sedikit judes dengannya. Iya, dengan dirinya saja. Dengan yang lain, ia bersikap seperti biasanya.

Duh, Adena ada salah apa kira-kira? Atau jangan-jangan Daffa sudah tahu soal perasaannya?

"Ada pisau, gak?"

"NA, LO MAU APA?!"

"BAHAYA, NA!"

"JANGAN MATI, NA!"

Adena mencebik. Teman-temannya penuh drama sekali. "Buat motong lidah lo pada! Buat motong ayam, lah!"

"Pake sendok sama garpu aja, lah. Kalo gak pake tangan!" sahut Irga.

Adena kembali mencebik. "Susah, tulang semua! Ini siapa yang mesen sih? Punya dendam ya sama gue, sampe gue dikasih tulang krispi?"

"Irga sama Theo, tuh!" adu Sean.

Crush✓Where stories live. Discover now