Crush; 24

125 27 2
                                    

"Oho! Inget pulang, kamu? Dianterin siapa itu? Papa gula, kamu?"

Adena melotot, melirik Daffa yang nampak syok.

"Ma, ssstt!" tegur Adena tanpa suara.

"Nih, Ma, belanjaannya. Lengkap."

"ASTAGA ADENA! GAK SEKALIAN SUPERMARKETNYA YANG KAMU BELI?!"

Adena merem. Menahan malu.

"Sekar?"

"Indah?"

Daffa dan Adena bertatapan bingung.

"Ah, iya. Taruh aja di situ, Nak. Nanti ada bibi yang ambil," ucap Ibu Adena, Sekar menunjuk meja dekat jendela.

Adena dan Daffa menaruhnya di sana.

"Yaampun Sekar, apa kabar?"

"Baik, Indah. Gak nyangka banget bisa ketemu. Ayo masuk-masuk. Na, buatin minum, ya?"

Adena mengangguk, melirik Daffa yang masih diam di luar. "Kenapa, Daf? Masuk aja."

"A-ah, oke."

Di dapur, Adena membuat tiga teh, dan menaruh beberapa cemilan di piringan kecil. Menaruhnya di atas nampan dan membawanya keluar.

"Ini tante, di minum dulu."

"Ah, makasih, cantik."

Adena tersenyum, mengangguk.

"Kamu loh, tega banget. Cewek disuruh ke supermarket sendiri, mana belanjaannya banyak banget," ucap Indah.

"Kalo gak gitu, mendem aja dia di kamar kaya tuan putri. Pusing, punya anak gadis, pemuales banget. Itu juga lebih banyak belanjaannya dia."

Adena pura-pura batuk, menegur sang Ibu dengan tatapannya.

"Ho, liat. Ibunya sendiri aja dipelototin," ucap Sekar, membuat Indah terkekeh.

Adena mengusak leher belakangnya yang terasa tegang. Berlama-lama di sini hanya akan membuatnya emosi. Adena berjalan pelan mendekati Daffa yang duduk di sebelah Ibunya. Nampak lelaki itu tidak nyaman dengan obrolan para Ibu yang tidak berfaedah.

Adena mencolek lengan Daffa, membuat sang empu menoleh ke belakang. Adena mengangkat dagunya, memberi kode untuk keluar, lalu berjalan duluan.

"Ma, tante, Daffa keluar, ya?"

"Mau ke mana?" tanya Indah.

"Biarin aja dia main sama Adena di luar, Ndah."

"Ah, iya. Main aja sama Adena, Mama masih mau ngobrol-ngobrol, bentar."

Daffa mengangguk, tersenyum pada Sekar lalu keluar, mencari Adena yang tadi memintanya keluar.

"Daffa? Sini!"

Daffa menoleh ke samping, Adena dan seekor kucing dan sepertinya beberapa anaknya yang masih kecil.

Daffa ikut berjongkok, mengelus induk kucing lalu anak-anaknya.

"Punya lo?"

Adena mengangguk. "Papa yang bawa, minggu kemaren. Katanya kasian."

"Ada nama?"

Adena bergeming. "Sarang? Iya, Sarang."

Daffa mengernyit. "Sarang? Sarang apaan?"

Apa hubungannya sarang dengan nama kucing?

Adena menoleh, wajah bingung Daffa membuatnya tertawa. Sangat lucu.

Daffa terperangah, menatap Adena yang masih tertawa entah kenapa. Tapi, -emm Adena terlihat... Menggemaskan?

Crush✓Where stories live. Discover now