31: Malam Itu

54 12 0
                                    




































Trigger Warning:

This story contains sensitive content such as mentions of blood/wound, bloody imagery, traumatic disorder, death and murder.

Jadilah pembaca yang bijak.















































≈≈≈

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

≈≈≈

Udara dingin dan aroma asing merasuki indra pemuda itu kala netranya terbuka malam itu. Biru tak tahu ada di mana dirinya, yang pasti tempat yang ia singgahi bukanlah kamarnya. Kasur ini, sprei ini, tembok ini, semuanya tampak asing juga terasa familiar. Dengan rasa takut dan penasaran yang bercampur dalam hatinya, Biru beranjak dari tempatnya dan membuka pintu perlahan-lahan.

"Halo?" ucapnya sembari berjalan was-was. "Ada orang di sini?"

Biru tak tahu bagaimana ia bisa tiba di tempat ini. Apakah seseorang menculiknya? Mungkin. Biru hanya tidak yakin, karena ini semua terasa janggal.

Pemuda itu terus berjalan hingga ia menemukan sebuah kamar mandi di dekat dapur, di lantai pertama. Biru masuk dan langsung membasuh wajahnya. Segarnya air menyentuh kulitnya, membuat pemuda itu sejenak melupakan bahwa dirinya berada di tempat orang asing. Sampai tiba-tiba telinganya mendengar suara pintu terbuka. Dengan penuh rasa cemas Biru keluar dari kamar mandi itu, mendapati semuanya berantakan. Ia yakin betul bahwa waktu yang ia habiskan di kamar mandi itu tak sampai lima menit. Jadi, bagaimana ini semua bisa terjadi?

"Kamu siapa?"

Biru menolehkan kepala, mendapati dua orang pria dewasa berhadapan satu sama lain. Untuk beberapa detik, jantungnya seolah berhenti berdetak seperti pencuri yang tertangkap basah. Ia merasa tenang untuk sepersekian detik, sampai-

*Dorrr!!!

Salah satu dari kedua pria itu jatuh tergeletak di lantai, lebih cepat dari otak Biru yang bahkan belum selesai memproses apa yang baru saja terjadi. Dengan cepat Biru bersembunyi dari pria yang memegang pistol itu di balik sebuah kulkas. Pria itu pergi setelah memeriksa bahwa tidak ada orang lagi di sana.

Biru menghela napasnya lega, sampai tiba-tiba seorang anak kecil menabrak tubuhnya dan terjatuh. Anak itu tampak ketakutan melihat Biru, dan ia tampak tergesa-gesa ingin pergi. Namun ia berlari ke arah yang salah. Bukannya menjauh dari pria berpistol itu, ia malah berlari ke arah yang sama.

"Dek! Jangan ke sana!" teriak Biru sembari mengejarnya.

Anak itu tampak memasuki sebuah kamar tidur kecil. Ada seorang wanita di dalamnya, yang menurut dugaan Biru adalah asisten rumah tangganya.

Laut di Utara: The Northern SeaWhere stories live. Discover now