17: Kembali

111 19 23
                                    


























Trigger Warning:

This chapter contains sensitive content such as cursing, mentions of suicide, mentions of bloods, mental illness, and bullying.

Jadilah pembaca yang bijak.

























Jadilah pembaca yang bijak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

≈≈≈

"Jo, kamu yakin mau balik ke sekolah hari ini?" tanya Arsel yang sedang bercermin di meja riasnya—seperti biasa.

"Yakin," jawab Joice.

"Baru seminggu loh," katanya.

"Terus?" tanya Joice. "Aku kalo di rumah terus juga makin stress tau."

"Iya, aku tau. Tapi di sekolah tuh banyak yang ngomongin kamu," kata Arsel.

"Ya emang selalu gitu, kan? Dari awal emang udah banyak yang ngomongin aku, kamu, Artha, sama Keanu dan yang lain," jawabnya.

"Iya, tapi setelah kejadian itu mereka jadi lebih fokus ke kamu," kata Arsel.

Joice terdiam sebentar, lalu menjawab, "Bodo amat deh! Aku gak peduli."

"You're such a stubborn."

"Lagian juga kejadian waktu itu nggak terjadi karena mereka kok. Jadi, aku rasa aku bakal baik-baik aja di sekolah."

"Yeah, whatever."

"Tapi di sekolah masih sering ada wartawan nggak sih?" tanya Joice.

Arsel hanya mengendikkan bahunya sebagai jawaban.

Joice kemudian merapikan seragamnya di cermin yang terpasang di sisi salah satu lemari Arsel. "Ini seragam baru, ya? Agak beda kayanya," tanyanya.

"Iya, soalnya seragam kamu yang lama ada yang sobek terus kena noda darah gak bisa ilang," kata Arsel.

"Siapa yang beliin?" tanyanya.

"Your mom. Pokoknya semua kebutuhan sekolah kamu dibeliin mama kamu, sama kebutuhan sehari-hari kamu juga dititipin ke Mama," jawab Arsel.

Joice tak menjawab apa-apa. Lebih tepatnya ia tak tahu harus menjawab apa, karena ia masih dendam kepada kedua orang tuanya hingga saat ini.

"Anyway, sini deh!" kata Arsel.

"Apa?"

"You know that everything has changed now, right?" tanya Arsel. "Termasuk kedudukannya si Allen dan temen-temennya yang sekarang malah dibenci satu sekolahan."

Laut di Utara: The Northern SeaWhere stories live. Discover now