25: Anak Hilang

84 17 0
                                    




































Trigger Warning:

This chapter containes sensitive issues such as depression, traumatic disorder, death and murder.

Jadilah pembaca yang bijak.



































≈≈≈

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

≈≈≈

Joice bangun lebih cepat pagi itu. Ia bergegas mandi dan bersiap-siap, lalu memakai pakaian sederhana dan cardigan coklatnya. Sejak semalam, gadis itu tidak bisa tidur dengan nyenyak akibat banyak hal yang berlari-lari di benaknya, dan hari ini ia memiliki sebuah rencana untuk mengatasinya.

"Sel," ucapnya sembari menepuk lengan temannya yang masih tertidur itu.

Arsel membuka matanya perlahan. "Mau ke mana?" ucapnya dengan setengah nyawa lalu menguap. "Ini Sabtu... ngapain bangun pagi?"

"Aku mau ke rumahnya Artha. Tolong bilangin ke mama kamu, ya?" ucap Joice. "Tadi aku lihat orang tua kamu udah nggak di rumah semua."

"Okay... Eh?! Kamu mau ke mana?" tanya Arsel.

"Ke Artha, mau ketemu Kak Biru," jawabnya.

"Ikut!" ucapnya segera setelah mendengar nama pemuda itu.

"Ya udah, ayo!" kata Joice.

"Wait, you're leaving now?" tanyanya. "Nggak bisa nanti aja?"

"Lebih cepat lebih baik," jawab Joice.

"Gosh, ya udah deh. Aku nggak ikut!" katanya sembari kembali membanting dirinya ke kasur.

"Yakin?"

"Hm. It's Saturday, and we should be sleeping!" jawab gadis itu.

"Kebo," kata Joice.

"Whatever, just go," kata Arsel.

"Ya udah, aku berangkat sekarang!" kata gadis itu. "Jangan lupa bilangin-"

"Yeah, yeah, entar aku bilangin. Good luck," selanya.

Joice mengendikkan bahunya, lalu keluar dari rumah itu. Taksi yang ia pesan sudah sampai, dan ia langsung berangkat ke daerah Lembah Dieng kala itu, menuju rumah Artha. Lumayan mahal sebenarnya, karena rumah Arsel ada di daerah Araya dan itu cukup jauh. Lebih murah bila naik angkutan umum sebenarnya, namun Joice yang masih pendatang baru tak mau ambil pusing seumpama ia tersesat atau salah jalur.

"Enam puluh ribu 'kan, Pak?" tanya gadis itu sesampainya di depan rumah Artha.

"Bener, Mbak!" kata sopir taksi online itu sembari menerima uangnya. "Matur nuwung, nggih, Mbak?"

Laut di Utara: The Northern Seaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن