19: Bukan Aku

93 20 5
                                    


































Trigger Warning:

This story contains sensitive content such as cursing, domestic violence, bullying, self-harm, suicide, death, and murder.

Jadilah pembaca yang bijak.




































≈≈≈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

≈≈≈

"Ini bukan kecelakaan, Pak. Kemungkinan besar ada yang mendorong korban hingga terjatuh," kata polisi—komandan tim— itu di ruang kepala sekolah setelah melakukan penyelidikan bersama anggotanya yang lain.

Kepala sekolah itu memijat dahinya frutrasi.

"Ada barang bukti berupa nametag yang bukan milik korban di TKP, dan sebuah kancing yang kami duga berasal dari seragam siswa lain dari sekolah ini," katanya.

"Mana?" tanya kepala sekolah itu.

"Kami minta murid yang bernama Kavallen Samoedra untuk dipanggil kemari. Karena siswa yang bersangkutan ini akan kami bawa ke kantor untuk proses penyelidikan lebih lanjut,"

Kepala sekolah itu menghela napasnya kasar. Ia kemudian mengambil ponselnya untuk segera menghubungi orang tua Allen, sembari memerintahkan asistennya untuk mencari keberadaan pemuda itu di sekolah.

"Panggilan kepada siswa, Kavallen Samoedra diharap segera menemui kepala sekolah di ruang TU. Sekali lagi Kavallen Samoedra diharap segera menemui kepala sekolah di ruang TU. Terima kasih."

Sementara itu, Allen yang namanya dipanggil saat itu sedang berada di toilet siswa laki-laki. Ia menghadap ke arah cermin, menatap dirinya sendiri dengan tatapan penuh kekecewaan. Kemudian netranya beralih kembali ke lengannya akibat rasa sakit yang entah darimana datangnya.

Pemuda itu membuka jas almamaternya, kemudian ia menggulung kemejanya untuk memeriksa lengannya. Ada luka goresan di sana, sepertinya akibat serpihan-serpihan kaca kecil yang masuk tanpa ia sadari.

Dengan segera ia membersihkan lukanya dengan air mengalir, kemudian berlari ke UKS untuk mengambil perban. Kala itu sekolah sudah cukup sepi karena para siswa dipulangkan lebih awal, namun ada beberapa polisi yang baru saja selesai melakukan pemeriksaan di TKP, membuatnya sedikit takut.

Ia sampai di UKS dengan napas yang terengah-engah. Segera ia kunci pintu ruangan itu dari dalam, lalu berusaha untuk duduk dan menenangkan diri terlebih dahulu sebelum mengobati lukanya.

"Lo tolol banget, anjing!" ucapnya sembari memejamkan mata.

Ia mengambil perban, kapas, dan pembersih luka. Dengan perlahan ia mencoba untuk mengobati luka itu sendiri, namun malah membuat lukanya terasa semakin perih. Wajar, Allen tak biasa mandiri. Setiap kali ia terluka, biasanya Mahesa atau Karin lah yang mengobatinya. Namun kini ia sendiri, jadi mau bagaimana lagi?

Laut di Utara: The Northern SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang