16: Daftar Harapan Pertama

114 23 17
                                    




























Trigger Warning:

This chapter contains sensitive content such as cursing, minor bloody imagery, and mentionsmurder.

Jadilah pembaca yang bijak.



























Jadilah pembaca yang bijak

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

≈≈≈


"Joice! Ayo cepetan!" panggil Arsel sambil memainkan ponselnya dari lantai bawah.

"Iya, bentar!" jawab gadis itu seraya berjalan cepat menuruni anak tangga. "Mama sama Papa kamu mana?"

"Udah di depan. You're taking too long," protes Arsel.

"Ya, maaf! Lagian kamu kemarin juga gak bilang ke aku kalo hari ini mau ngajak jalan-jalan." Joice membela diri.

Arsel menarik tangan gadis itu. "Udah gak usah banyak protes. Hari ini kita bakal seru-seruan!" ucap Arsel.

Waktu itu akhir pekan, hari Sabtu tepatnya. Joice masih belum tahu pasti kapan ia akan kembali masuk ke sekolah, dan ia sebenarnya tak punya rencana apapun hari itu. Namun pagi-pagi sekali Arsel membangunkannya dan meminta gadis itu untuk bersiap-siap, sementara dirinya sendiri sudah sibuk berdandan di depan meja rias sambil mengeringkan rambutnya.

"Sel, kita mau ke mana sih?" tanya Joice.

Arsel mengendikkan bahunya. "Ma, kita mau ke mana hari ini?" tanya Arsel.

"Kita mau ke Batu, Dear," jawab wanita itu.

"Batu?" tanya Joice.

"Iya. Kita wisata di sana," jawab wanita itu.

Joice menautkan alisnya. Ngapain batu didatengin? tanyanya dalam hati.

"Tapi ini kita nyusul Artha sama Keanu dulu, kan, Ma?" sahut Arsel.

"Iya," jawab wanita itu.

Tak lama kemudian mereka telah tiba di jalan yang waktu itu Joice lewati untuk menuju rumah Artha. Entah mengapa jantung Joice tiba-tiba berdebar. Apa mungkin, ia gugup untuk bertemu pemuda itu lagi?

Mungkin. Apalagi setelah cerita ibunda Arsel kala itu, Joice jadi meraa bersalah padanya. Merasa bersalah karena ia tak pernah menganggap bahwa perhatian yang diberikan pemuda itu selama ini adalah sungguh-sungguh.

Joice menghela napasnya panjang, lalu melihat ke luar jendela.

Akhirnya mobil mereka berhenti di depan rumah itu. Tak perlu menunggu lama sampai kedua pemuda yang mereka cari menampakkan batang hidung mereka. Artha dengan gayanya yang simple, dan Keanu dengan kesan grunge yang selalu membuatnya terlihat agak 'nakal'.

Laut di Utara: The Northern SeaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora