"Anakmu ini menceraikan adikku."

"Leo jaga bicaramu." Zhenya tidak suka jika ayah dan kakanya direndahkan begitu.

"Kenapa? Aku harus memanggilnya Lord? Setelah yang diperbuatnya pada adikku? Dia terbaring di dalam sana. Kalian tau dia hamil !!"

"Kau tidak bisa menyalahkan anakku sepenuhnya!." Valero membentak

"Aku tidak ada urusan denganmu pak tua." Leo pergi begitu saja. Amarahnya harus dilampiaskan pada orang yang telah mengkhianatinya.

"Kak, aku tau kau punya alasan yang jelas." Zhenya memeluk Ares.

Pria dingin itu juga butuh orang lain untuk menguatkannya, ia hanya terisak di bahu Zhenya. Sementara Valero mengusap punggung Ares.

Mereka masuk ke dalam ruangan dimana Agnia terbaring lemah. Wanita itu seperti putri tidur meskipun dengan wajah pucat masih saja terlihat cantik. Zhenya tidak sanggup menahan tangisannya, Agnia seperti kakaknya sendiri.

"Queen kau pasti sembuh, aku tidak sabar bertemu ponakanku nantinya."

Agnia masih setia menutup matanya. Wanita itu seperti enggan untuk memperlihatkan matanya yang indah.

Duapuluh jam berlalu, keadaan Agnia semakin memburuk, tidak ada tanda tanda wanita itu akan terbangun.

"I love you Agnia." Bisik Ares, pria itu masih duduk disamping Agnia.

"Queen harus dipindahkan ke mansion."
Leo datang dengan tergesa gesa.

Ares menggeram, "Kau lihat kondisinya tidak mungkin untuk dibawa."

"Aku tak punya waktu menjelaskan. Waktunya tidak banyak."

"Apa rencanamu?"

"Kau tuli atau bodoh? Ku bilang tak punya waktu, aku sudah atur semuanya tak perlu izinmu untuk memindahkan adikku."

Ares mengepalkan tangannya, muak terus disalahkan Leo tapi ia tidak mungkin bertengkar dengan Leo saat keadaan Agnia seperti sekarang.

Beberapa bodyguard masuk ruangan diikuti dokter dan perawat, mereka menyiapkan Agnia untuk segera dipindahkan.

Ambulan itu tiba dimansion dengan diiringi beberapa mobil hitam pekat berisi bodyguard Agnia dan Ares. Pintu mansion terbuka, para maid sudah menyambut kedatangan nyonya mereka.

Kalian tunggu disini, Ares ikut aku. Meskipun masih kesal dengan perlakuan Ares tapi dia masih berstatus suami Agnia. Dia berhak penuh untuk melihat rahasia terbesar istrinya.

Mereka tiba di depan pintu besi, Ares baru menyadari ruangan ini belum pernah ia lihat. Karna pintu nya tertutup pintu lain yang menyerupai dinding ruangan, jadi siapapun yang melihat pasti menyangka itu dinding biasa.

Leo menekan layar di samping pintu besi kemudian menarik Ares untuk menatap layar itu. Dengan mudah pintu itu terbuka, dugaan Leo benar, Wajah Ares telah diatur Agnia untuk menjadi kunci ruangan rahasianya selain wajahnya.

Ruangan itu luas, banyak cahaya hijau yang dipancarkan dari bebatuan yang disusun cantik disetiap sudut ruangan. Beberapa benda yang Ares belum pernah melihat sebelumnya. Tapi ruangan ini lebih seperti luar Angkasa yang dipenuhi cahaya hijau.

Saat Leo menyalakan lampunya semua baru terlihat jelas, ini sebuah laboratorium.

"Tidak ada waktu mengagumi hasil karya istrimu. Sekarang bantu aku memindahkannya disana."

Leo menunjuk tempat tidur di tengah ruangan, terlihat aneh memang sebuah lab ada tempat tidur, untuk apa?
Tapi lagi-lagi Ares tak punya waktu untuk menanyakan.

Emerald EyesWhere stories live. Discover now