Pagar rumah Leo terbuka, muncul Tante Dilla yang sedang menyambut mereka. Detik berikutnya ia melihat Leo sempat mengobrol dengan Kak Elia sebelum keluar rumah dengan setelan olahraga.

Ikara yang sedang memperhatikkan langsung tersentak karena Leo melihat ke arahnya. Ia segera menunduk dan melangkah menuju mobilnya, menoleh sekali lagi karena Leo sudah tidak ada di sana.

Ikara kembali berbalik badan.

"Mau kemana lo?"

"Mamah!" pekik Ikara kaget. Cewek itu mendelik sambil mengelus dadanya. "Nggak usah ngagetin bisa?"

Leo menaikan alisnya. "Mau kemana?"

Ikara masih diam. Masalahnya ini Leo yang nanya, musuhnya. Seolah-olah mereka teman dekat yang selalu pergi bersama.


"Mamah manggil," decak Leo karena pasti Ikara sudah mengira yang tidak-tidak.

"Mamah lo?"

"Menurut lo?"

"Kenapa manggil?"

"Nggak tau, kesana sendiri lah." jawab Leo sambil memakai tudung jaketnya, lalu menempelkan satu airpods yang sempat ia lepas.

"Gue ke rumah lo nih?" tanya Ikara.

Leo berbalik dan mulai berlari kecil tanpa menjawab.

"Leo!"

Ikara jadi mengerjap bingung. Sementara Leo terus berlari menelusuri jalanan komplek dengan lagu milik Keshi. Hampir seminggu dia tidak olahraga karena banyak hal yang terjadi. Biasanya dia rutin tiap Selasa, Sabtu, Minggu.

Leo sempat melewati rumah Abel, melihat Tante Luna dan Om Gibran sedang berdebat di luar membuat ia mendengus. Udah bisa nebak Abel masih ngebo di dalem.

"Le! Tante mau ke rumahmu loh!"

"Tau!"

"Ada menantu Tante, Le! Udah liat belom??"

Leo mendengus, tak menjawab dan lanjut berlari. Ia juga melewati rumah Willy, melihat Om Ical sedang memberi makan kelinci-kelinci yang berkeliaran di depan halaman.

Leo berhenti berlari. "Ela nginep sini kan, Om."

Ical mendongak. "Loh enggak, dia ikut Anara ke apart barunya."

"Kak Anara?" tanya Leo. "Boleh?"

"Ya kalo masih seumur kamu nggak boleh tinggal sendiri," jawab Om Ical. Ayah Willy berdiri sambil mencuci tangannya. "Mau jemput Ela?"

"Disuruh Mamah," Leo menunduk untuk membasuh wajahnya dengan air yang masih mengalir.

"Matiin Le tolong. Semalem rumah rame bener ada si Abel, Willy, Egi, Nara, Jihan sama Ela pada nonton film horor. Semua ada dah, lah kok Leo kaga ada, tumbenan."

"Capek,"

"Pada bantu-bantu Nara pindahan kan, jadi ngikut semua semalem."

Leo menunduk melihat kelinci-kelinci yang mengelilingi sepatunya. "Itu bener menantu Tante Luna?"

"Siapa?"

"Cowok, punya anak."

"Ohhhh, lah iya yang dateng ke acara kemaren. Katanya mereka deket, palingan iya."

Leo menaikan alisnya sesaat. Mencoba memahami dirinya karena dia tidak bereaksi kesal seperti dulu saat Kak Elia mengabari berpacaran dengan Biska. Bahkan tadi dia biasa saja, hanya semacam penasaran.

"Le, masuk aja kalo mau ketemu Willy," Om Ical menawari. "Tantemu lagi sakit, masuk dulu ya buatin dia sarapan."

"Leo duluan aja,"

My Frenemy ( AS 10 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang