31. Ustadz ganteng

Mulai dari awal
                                    

Dinda menyajikan masakannya di atas meja makan, menuangkan jus jeruk segar dan juga susu untuk Dirinya dan Azizah, Dinda juga menyiapkan beberapa snack untuknya dan Azizah nanti.

Belum sempat melepaskan Apron yang dipakainya, Dinda terlebih dahulu dikejutkan oleh kedatangan seseorang yang langsung memeluknya dari belakang.

Dinda membalikkan badan. "Astaga, Bang Samudra! Aku kaget banget tau!" kesalnya, namun sebenarnya Dinda justru senang atas perlakuan yang diberikan Samudra kepadanya.

Pria dengan kemeja yang lengannya tergulung sampai siku itu pun terkekeh. "Kamu masak apa? Azizah mana?" Tanyanya.

Dinda kembali berusaha melepaskan tautan tali Apron yang masih melekat di tubuhnya. "Aku masak seadanya aja, Bahan di kulkas tinggal itu. Azizah masih tidur, kecapek an habis lari-lari."

Melihat istrinya yang kesusahan melepaskan Apron, Samudra pun mengulurkan tangannya untuk membantu Dinda melepaskan tautan tali celemeknya.

Dinda terdiam menatap wajah suaminya dari bawah. Kenapa Samudra sangat tampan? Suaminya itu sungguh lelaki yang sangat sempurna baginya. Dan beruntung sekali ia berhasil memiliki pujaan hatinya itu.

"Selesai," Ujar Samudra. Melepaskan Apron Dinda lantas menyimpannya.

Tep...

Tiba-tiba saja Samudra merasakan tubuh yang lebih kecil darinya menghambur begitu saja. Ia menunduk, mencium ujung kepala Dinda yang tengah memeluknya.

"Kenapa, Hm?" Tanya pria itu.

Dinda mendongak, semakin mengeratkan pelukannya. "Aku beruntung banget bisa dapetin kamu, Bang. Ya, meskipun gara-gara kecelakaan."

Dinda tertawa, disusul oleh Samudra. Pria tersebut membalas pelukan istrinya tak kalah erat. "Seandainya nggak terjadi kecelakaan, saya juga akan menikahi kamu. Karena saya mencintai kamu, Dinda."

"Apa buktinya kalau Abang beneran cinta sama aku?" Dinda melepaskan pelukannya, memposisikan kedua tangannya dan bersedekap dada.

Samudra Menaikkan sebelah alisnya, lantas mengangkat tubuh berat Dinda keatas meja makan.

Samudra akui berat badan Dinda memang kian bertambah karena kehadiran buah hati mereka. Namun sama sekali ia tidak merasa keberatan, tenaga Samudra masih cukup kuat untuk menahan beban itu.

"Kamu menanyakan hal yang seharusnya tidak perlu ditanyakan, Sayang."

"Maksudnya?" tanya Dinda polos.

Lagi-lagi Samudra terkekeh, menghadapi kepolosan dari istri kecilnya. "Samudra kecil. Saya sudah memberikan dia kepada kamu," Ujar lelaki tersebut dengan sangat lembut.

Dinda tersenyum malu, ia mengalungkan tangannya pada leher Samudra. "Iya juga, ya? Hahaha!" tawanya menggelegar.

Samudra pun turut dibuat tertawa oleh kelakuan Dinda. Ia mendekatkan wajahnya, menatap bibir agak merah Dinda yang terlihat semakin indah setiap harinya.

Dinda yang mengerti pun mulai menutup matanya disaat wajah Samudra kian mendekat, membuat jantungnya tiba-tiba berdegup lebih cepat.

"Bunda... Azizah Geyah, Mau minum susu, Nda!"

"Arghhh!" Bersamaan dengan datangnya Azizah secara tiba-tiba di dapur, saat itu juga Samudra terduduk di lantai dapur akibat ulah Dinda yang dengan keras mendorong tubuhnya.

Masa iya anak mereka laki-laki? Sampai-sampai dalam keadaan hamil begini tenaga istrinya bertambah dua kali lipat.

"Papa kenapa duduk di yantai? Bunda kok duduk di meja? Itu kan untuk kita makan, Nda. Nggak boyeh!" Ocehnya.

KUTUB UTARA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang