19. AIR TERJUN

3.2K 209 10
                                    

Udh 100 comment ternyata 😃

Okey aku kasih double update!!!

Jangan lupa ditekan tombol bintangnya okey?

Happy reading ❤️

•••

Pagi hari Dinda terbangun, memperhatikan sekitar yang terasa kosong. Ia baru ingat kalau semalam Azizah merajuk dan tidak mau tidur bersama dengan dirinya.

Dinda merasa sepi tanpa kehadiran Azizah. Entahlah, padahal dulu ia sama sekali tidak menyukai anak kecil. Namun setelah bertemu dengan Azizah, semuanya berubah dalam sekejap. Ia bahkan merasa hampa tanpa kehadiran anak kecil tersebut.

Bangkit dari tempat tidur dan merapaikannya, Dinda lantas membuka jendela kamar. Asri, satu kata yang tepat untuk menggambarkan tempat itu. Pegunungan yang terlihat jelas, bau seledri segar dari perkebunan seledri yang berada tak jauh dari sana cukup terasa.

Setelah puas memandangi pemandangan pagi, Dinda beralih membuka tas punggung untuk mengambil jaket. Ternyata hawa disana cukup dingin.

Dinda membuka pintu kamar kemudian berjalan menuju dapur untuk minum air. Memperhatikan sekeliling yang masih sepi, ia sempat berpikir bahwa semua orang masih belum bangun.

Dinda pun menghampiri sebuah kamar dimana terdapat Azizah yang nampaknya masih tertidur pulas. Ketika ia ingin mengetuk pintu, seseorang memanggil namanya. Ia pun mengurungkan niat lantas membalikkan badan.

Ternyata itu Samudra yang sedang berjalan menghampiri dirinya. "Kenapa, Bang?" Tanya Dinda.

Samudra menatap pintu coklat yang tertutup, kemudian beralih menatap Dinda. "Kamu cari Azizah?" Tanya Samudra balik.

Dinda mengangguk, namun Samudra justru tersenyum. "Dia ikut Mama pergi ke pasar. Baru aja berangkat," ujarnya.

Dinda terheran. Azizah ikut ke pasar? sepagi ini? tumben anak itu bisa bangun pagi. Melihat Dinda yang melamun, Samudra melambaikan tangannya di depan wajah cewek itu.

"Din?"

Dinda tersadar. "Hah?" Beonya.

"Kenapa, hm?"

Menggeleng-gelengkan kepalanya canggung, Dinda kembali merotasikan pandangannya ke seluruh ruangan. "Yang lainnya masih tidur?" Tanyanya.

Samudra hanya mengangguk.

"Bang Samudra dari mana?"

"Ngopi tadi di warung," jawab Samudra alakadarnya yang hanya dibalas oh ria oleh Dinda.

Setelah beberapa saat saling diam, Samudra mengajak Dinda untuk jalan-jalan jika cewek itu mau. Tak ada niatan untuk menolak, Dinda akhirnya meng iyakan tawaran dari Samudra. Jujur, ia memang sangat ingin menikmati pemandangan Pacet lebih banyak.

Mereka berjalan beriringan melewati Villa, pos atau pondok yang biasa digunakan untuk bersantai, dan juga beberapa kebun seledri yang baunya tercium sampai rumah kakek Tomi.

Dinda tak henti-hentinya memandang takjub lingkungan di sekitarnya. Samudra tersenyum tipis, saking tipisnya sampai Dinda pun tidak akan menyadari hal itu.

"Wah!!! Bang, lihat! Gunungnya jelas banget dari sini!" Seru Dinda sangat antusias sembari menunjuk ke arah pegunungan biru yang terlihat cukup jelas dari sana.

Samudra mengikuti arah pandang Dinda, menganggukkan kepala lantas menggandeng tangan Dinda. Sejenak Dinda terhenyak, melihat tangannya yang saat ini sudah digenggam erat oleh Samudra.

Dinda hanya menganut kemanapun pria itu membawanya. Samudra tersenyum kearah Dinda, lantas membawanya berjalan melewati pepohonan.

Dinda menghentikan langkahnya, menghadap Samudra. "Kita mau kemana, Bang?" Tanya Dinda.

KUTUB UTARA [On Going]Where stories live. Discover now