06. AMBISI DINDA

4.6K 285 42
                                    

Setelah pergi dari rumah Samudra, Dinda bergegas menghampiri Tante Helna yang katanya sedang ada di toko. Namun sebelum ia sampai, kedua matanya sudah terlebih dahulu melihat sosok yang tengah ia cari.

Dengan tergesa-gesa, gadis berambut panjang terurai itu berlari seraya memanggil nama Tante Helna.

"Tante!" Teriaknya.

Helna yang semula ingin memasuki taksi, kini urung karena mendengar seseorang memanggil namanya. Helna menyipitkan mata, ia melihat seorang gadis nampak berlari mendekatinya.

"Dinda?" Ucapnya memastikan.

"Tante, Dindah mauh tanya sesuatuh," ucapnya dengan napas ter engah-engah.

"Kenapa, Din? Coba ngomong pelan-pelan."

Setelah mengatur napas, Dinda mulai berbicara. "Dinda mau tanya soal Azizah," ucapnya dengan mata yang sudah agak sembab.

"Ya udah, kita bicara sambil pulang aja. Ayo masuk," titahnya memasuki taksi yang sudah lama menunggu.

Di tengah perjalanan, Dinda kembali menatap Helna. "Kenapa Tante nggak pernah bilang ke Dinda, kalau bang Samudra udah nikah?" Helna menoleh, menatap kedua mata merah Dinda.

Tangan lembut agak keriput milik Helna mengelus rambut panjang Dinda. "Tante gak tau kalau kamu masih suka sama anak Tante," ujarnya.

Menarik ingus kemudian menghambur ke pelukan Helna, "Dinda cuma sedih, soalnya ngga bisa dateng ke pernikahan bang Samudra." Tentu saja Dinda berbohong, karena ia tidak mau jika tantenya itu mengetahui lebih jauh akan perasaanya.

"Gimana caranya? Kamu aja sekolah di luar negeri." Wanita itu terus membelai rambut Dinda, gadis yang tengah berada di pelukannya.

Dinda mendongak, menatap wajah cantik Helna. "Terus istri Bang Samudra dimana, Tan? Namanya siapa?"

Helna menghela napas panjang, seraya mengubah ekspresi wajahnya membuat Dinda melepaskan pelukannya.

"Asal kamu tahu, Dinda. Istri Samudra pergi bersama kekasihnya setelah melahirkan buah hati mereka," ucap Helna lesu.

Sedangkan Dinda menutupi mulutnya yang terbuka menggunakan tangan. Ia tidak menyangka ada wanita yang tega melakukan hal itu bahkan kepada anak kandungnya sendiri.

"Tante yang sabar, ya?" Ujar Dinda seraya mengusap-usap punggung Helna.

"Tante cuma berharap, suatu saat ada wanita yang benar-benar mencintai Samudra apa adanya. Samudra dengan segala kekurangan, dan Samudra yang sudah memiliki anak. Mama berharap, Azizah bisa merasakan kasih sayang seorang ibu. Meskipun bukan ibu kandung," ucap wanita itu nampak begitu berharap.

"Dan Dinda yang akan jadi wanita itu. Dinda akan jadi istri dan juga ibu yang sempurna, untuk bang Samudra dan Azizah. Dinda janji," batin Adinda.

Dinda memeluk tubuh Helna, ia tidak menyangka hal semacam ini akan terjadi. Kalau tahu begini, ia tidak akan pergi ke luar negeri dan membiarkan orang-orang yang ia sayangi terluka.

Tak lama kemudian taksi yang Helna pesan berhenti di depan sebuah rumah berpagar hitam. Mereka berdua turun, membayar ongkos taksi kemudian saling berhadapan.

"Kamu mau langsung pulang, atau mampir dulu?" Tanya Helna.

Dinda tersenyum dan menggeleng perlahan. "Dinda langsung pulang aja, tan."

"Jagan tidur malam-malam, besok kamu harus kerja. Buktiin ke mama kamu, kalau anaknya ini udah bisa cari uang sendiri," cecar Helna diangguki Dinda.

"Kalau gitu, Dinda pamit. Assalamualaikum,"

KUTUB UTARA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang