26. PERASAAN ANDRA

2.8K 174 10
                                    

-Vote dulu sebelum membaca!
-Happy Reading ❤️

•••

Kini Dinda dan Andra sudah berada di salah satu Cafe dekat minimarket. Andra tercengang mendengar setiap penjelasan yang keluar dari mulut sahabatnya, Dinda.

Ia tidak menyangka, baru beberapa lama ia pergi tanpa kabar, kini sahabatnya itu sudah menjadi milik orang lain.

"Hubungan Lo sama Rebecca, gimana?" Sekarang giliran Dinda yang bertanya.

Andra mengendikkan bahunya. "Gue kandas."

"Kok bisa?"

Lagi-lagi Andra mengendikkan bahu. "Gua nggak dapet restu dari nyokap dia. So, kita kandas di tengah jalan."

Dinda mengangguk-angguk sembari meminum Es matcha miliknya. "Sabar, ya, Bang. Diluar sana masih banyak cewek baik dan cantik, kok!"

"Sebenernya tujuan gue balik lagi setelah ngilang tuh demi satu cewek yang udah gue sayang dari dulu," pengakuan Andra membuat Dinda terkejut.

"Serius?! Siapa?!" Antusiasnya.

Sejenak Andra tersenyum dan memandang wajah cantik Dinda yang tidak pernah berubah. Terlihat bahwa senyum itu tulus, namun penuh kesedihan.

"Orang itu, Lo. Dinda Cempaka Kalisya," ucapnya dalam hati.

"Bambang! Siapa!" Tekan Dinda menyadarkan Andra dari lamunannya.

Tangan lelaki itu terulur untuk memegang pipi kiri Dinda. "Rahasia, dong. Bumil belum waktunya tau," ujarnya sembari mengelus pipi Dinda begitu lembut.

Apakah Andra keterlaluan? Apakah cowok itu gagal menjadi sahabat yang baik? Tidak. Kenyataannya perempuan dan laki-laki tidak akan bisa bersahabat tanpa melibatkan perasaan yang lebih. Dan saat ini Andra sedang mengalaminya.

Dinda mengerucutkan bibirnya lucu, membuat Andra ingin mencium pipi yang menggembul itu. Namun ia sadar bahwa kini Dinda sudah menjadi istri orang. Meskipun dulu ia sering mencium pucuk kepala dan pipi Dinda, namun itu dulu, sebelum Dinda menjadi milik orang.

Andra menatap sejenak jam yang melingkar di tangannya. "Udah mau maghrib. Ayo gue anter pulang!" Ajaknya.

Dinda yang baru saja meneguk habis minumannya kini mengangguk. "Ayo!"

___

"Mau dibawain juga kedalem?" Tanya Andra ketika mereka sudah ada di depan rumah Samudra.

Dinda menggeleng ceria. "Enggak usah, Bambang!"

Perempuan itu kini tertawa, mengingat pembicaraan mereka tadi waktu di perjalanan.

"Gue balik dulu, ya? Nanti ketemu lagi kalo ada waktu senggang." Andra mengelus pucuk kepala Dinda.

"Siap, Komandan!" Cecar Dinda dengan tangan kanan yang diletakkan pada pelipisnya, pose hormat.

Andra terkekeh sejenak. "Oke, gue duluan. Bye Gang Ahji!"

"Bye, Bambang!"

Setelah itu Andra benar-benar pergi, kini Dinda beralih memasuki gerbang dengan membawa dua kantung belanjaan. Ternyata cukup berat, Dinda menyesal tidak menerima bantuan dari Andra.

"Assalamualaikum," salamnya memasuki rumah.

"Wa'alaikumsalam, Dinda? Kok kamu belanja sendirian? Samudra mana?" Tanya Helna khawatir. Wanita itu lantas membantu Dinda membawakan belanjaannya.

Dinda hanya menyengir. "Hehe, nggak apa-apa, Ma."

"Tapi kamu, 'kan sedang-"

"Wah, belanjaan saya udah Dateng? Siniin, Din. Biar saya masak." Seseorang yang baru saja datang langsung mengisyaratkan Dinda untuk membawakan belanjaan itu ke dapur.

KUTUB UTARA [On Going]Where stories live. Discover now