27. KENAPA BEGINI?

2.9K 189 12
                                    

-Vote dulu sebelum membaca!
-Komen banyak² untuk cepat update (bukan cuma komen Next).
-Happy Reading ❤️

•••

"Kenapa belum tidur?" Tanya Samudra mengalihkan pembicaraan membuat Dinda tambah kesal.

"Jawab dulu pertanyaan aku. Ngapain malam-malam kamu sama perempuan itu dikamar?"

Samudra meraih tangan Dinda. "Aku cuma bantuin minum obat," ujarnya.

Namun dengan cepat Dinda melepaskan tangannya. "Selalu itu alasan kamu, tiap bareng sama dia. Emang dia nggak bisa minum obat sendiri, hah? Kenapa mesti kamu!" Cecar Dinda dengan napas yang memburu.

Samudra berusaha kembali menenangkan Dinda, agar tidak membangunkan Putri mereka. "Dengerin dulu, Dinda. Kalau kamu nggak percaya, lain kali kita bantu Farah bareng."

"Nggak!" Tolak Dinda cepat.

Samudra menarik napas panjang untuk mengendalikan emosinya. "Dinda, dengerin saya. Saya sudah janji sama kamu kalau saya nggak akan biarin masa lalu saya menguasai saya lagi."

"Saya juga nggak ada perasaan istimewa sama Farah. Saya cuma sayang sama kamu, Din," jelas pria itu. Namun bagaimana Dinda bisa percaya begitu saja, ketika ada sekian banyak orang di rumah ini, hanya Samudra yang selalu bersama Farah.

"Kenapa harus kamu, Bang? Kamu udah nggak ada hubungan apa-apa sama dia, 'kan? Kenapa kamu-" perempuan itu terhenti ketika air matanya mulai jatuh dan dengan segera mengusapnya.

Samudra memeluk tubuh Dinda. "Dinda. Meskipun dia bukan istri saya lagi, dia tetap akan jadi ibu kandung Azizah. Dia yang telah melahirkan Azizah, Din. Tolong ngerti-" lagi, Dinda melepas pelukan Samudra dengan kasar.

"Tolong ngerti? Kamu bilang tolong ngerti? Kurang ngerti gimana aku sama kamu? Kurang ngerti apa aku nahan cemburu lihat kamu Deket banget sama perempuan itu?" Samudra berusaha memegang pundak Dinda, namun Dinda justru mundur satu langkah.

"Kurang ngerti apa aku, Bang? Kurang ngerti gimana aku nahan sakit hati karena diperlakukan seperti pembantu? Dan kurang ngerti gimana aku yang nggak dapet pembelaan dari kamu? Kurang ngerti yang gimana lagi?!"

"Din.."

"Aku belum selesai bicara! Kamu tau, nggak, kalau aku pengen makan sesuatu? Kamu tau, nggak, aku muntah-muntah sendirian di toilet dan berusaha agar suaraku nggak kedengeran sampai luar?"

"Bahkan kamu pasti nggak tahu, 'kan? Kalau aku sampai minta tolong sama Andra buat cariin makanan yang aku idamin?"

"Tunggu," Celah Samudra.

"Kamu minta cariin Andra? Kenapa kamu nggak bilang sama saya? Saya bisa nyariin kamu semua jenis makanan yang kamu idamkan. Kenapa kamu nyuruh orang lain?" Kini Samudra juga mulai terpancing emosi.

"Kamu nanya, kenapa aku lebih milih minta ke Andra daripada kamu? Ya karena kamu selalu sibuk sama perempuan itu! Kamu nggak sadar, kan? Mati-matian aku nahan diri buat nggak ganggu kamu, Bang!"

"Aku nunggu kamu masuk kamar buat minta cariin Dimsum, tapi mana? Nyatanya kamu bahkan nggak nengok anak kamu kesini. Kamu sibuk sama mantan istri kamu!"

"Dinda... Tolong-"

"Apa?! Kamu mau marah, iya? Kamu mau tampar aku? Sini, tampar aja!"

"Dinda, Stop!"

"Kamu udah bener-bener keterlaluan, Bang. A-aku cuma butuh perhatian kamu, t-tapi kamu selalu sibuk sama perempuan itu," ucap Dinda sesegukan.

"Din..."

KUTUB UTARA [On Going]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant