23. TERBONGKAR

3.4K 190 8
                                    

Halooo! Long time no see ><

Jangan lupa di vote Yaa, komentar juga dong!

Happy reading ❤️

•••

BUGH!!

"Ahss..." Ringis seorang laki-laki disaat mendapatkan beberapa Bogeman dari sang ayah.

Lelaki tersebut hampir tidak bisa berdiri karena dihajar habis-habisan oleh sang ayah yang telah mengetahui semua perbuatannya.

Semua itu terjadi tanpa disengaja. Berawal dari asisten rumah tangga yang menemukan sebuah testpack bergaris dua di dalam toilet rumah Adiwijaya.

Sontak hal tersebut membuat seisi rumah gaduh dan mencari tahu, siapakah pemilik benda dengan hasil positif tersebut.

Dari sini kalian pasti sudah bisa menebak, benar, itu milik Dinda. Setelah satu bulan ini ia sering merasakan gejala seperti mual, pusing, dan sering lelah. Itu membuatnya teringat dengan benda kecil yang sempat ia beli setelah peristiwa itu terjadi.

Hasilnya positif, Dinda hamil, darah daging Samudra.

Mengetahui hal tersebut Dinda sama sekali tidak terkejut, karena ia sudah yakin dari awal bahwa semua ini akan terjadi kepadanya. Namun ia hanya takut, Dinda takut kalau-kalau Samudra tidak mau bertanggung jawab. Meskipun semua itu tidak akan terjadi, mengingat Samudra juga sudah mulai menyukainya.

Dan saat ini Dinda sedang berada di kamar bersama Azizah agar gadis kecil tersebut tidak menyaksikan pemandangan memilukan yang terjadi di ruang keluarga. Dimana bukan hanya ayah Samudra, melainkan ayah tiri Dinda pun turut menghajar pria bertubuh tinggi itu.

Dinda kecewa dengan dirinya sendiri, ia kecewa karena tidak bisa menjaga kesuciannya. Dinda telah menghilangkan mahkota berharganya dengan cuma-cuma.

"Bunda," panggil Azizah.

Dinda menoleh, tersenyum kearah bocah kecil nan menggemaskan tersebut.

"Iya, Sayang?"

Azizah menunjukkan jemarinya kearah pintu kamar, yang terdapat sosok perempuan paruh baya berdiri disana.

Dinda terdiam, ternyata itu Mamanya. Ghea, wanita tersebut berjalan mendekati putrinya, duduk di pinggiran kasur.

Ghea tidak berbicara, hanya helaan napas berat yang ia keluarkan, cukup menjadi pertanda bahwa ia sangat kecewa kepada putri satu-satunya itu.

"Mama nggak bisa bilang apa-apa lagi. Terserah kamu mau apa, mama kecewa sama kamu."

Sebisa mungkin Dinda menahan air mata yang terasa mulai berat dan ingin meluncur ke pipinya. Kedua matanya memandang takut dan khawatir sosok mama yang selama ini memandangnya dengan sayang, namun kini pandangan tersebut beruba dingin dan acuh.

"Maafin Dinda, Ma." Dinda menunduk lesu, berusaha mengontrol emosinya. Ia terlihat baik-baik saja, namun sebenarnya Dinda sangat hancur.

"Mama cuma bisa do'a in yang terbaik buat kamu, dan anak kamu. Dan untuk kedepannya..." Ghea nampak berat untuk melanjutkan perkataannya.

Sedangkan Dinda menatap lurus, menunggu kelanjutan dari ucapan mamanya.

"Untuk selanjutnya, jangan pernah datang ke rumah Mama. Dan jangan pula manggil saya Mama, atau nganggep saya Mama kamu." Ucapnya perlahan setelah menghela napas panjang.

Hal tersebut sontak membuat Dinda tumbang, air matanya terjatuh ketika mendengar pernyataan pahit yang amat menusuk dari sang Mama. Surganya, wanita yang telah melahirkannya, dan wanita yang telah menyayanginya.

KUTUB UTARA [On Going]Where stories live. Discover now