"Le! Udah goblok!"

"Mau kemana lo hah?!"

"Anjing lo," Fai membungkuk sambil membuang ludahnya.

"Lo sensi abis ditolak nggak usah rese sama gue bangsat!"

"Lo tau apa anjing?!!"

"Udah bangsat kalian!" Abel menarik Leo menjauh sementara Willy menarik tangan Fai. "Le, lo liat situasi dulu kata gue,"

"Lepas tai," decak Leo belum puas memberi pelajaran.

Fai menunjuk Leo setelah menepis tangan Willy."Nggak bakal gue biarin lo ambil dia,"

"Ambil aja anjing nggak minat sama temen lo," ketus Leo menepis tangan Abel dan berbalik untuk pergi.

Garis wajahnya sempat berubah saat melihat Ikara berdiri di belakangnya dengan ekspresi kaget membuat Leo berhenti melangkah dan tidak tau kenapa tiba-tiba tersentak.

Ikara menunduk berusaha menguasai diri. Lalu melangkah melewati Leo yang terus menatapnya. Ia segera membungkuk dan menarik tangan Fai agar menjauh dari mereka.

"Duduk dulu," Willy menarik bahu Leo yang masih menoleh menatap kepergian Ikara dan Fai dengan tatapan tajam.




Sementara itu di pinggir lapangan mereka berjalan berdua. "Gue peringatin buat yang terakhir kalinya, stop bawa nama gue tiap berantem. Gue tau lo sengaja."

"Dia mancing duluan,"

"Yakin dia yang mancing duluan? Ela bilang lo ngataiin keluarga dia,"

"Gue—"

"Berarti lo juga tau kakek neneknya pernah meninggal karena kecelakaan, makanya lo ngomong jahat soal keluarganya kayak tadi."

"Dia mancing duluan," Fai menunduk dengan mata berkaca-kaca. Malu karena Ikara harus melihatnya bersikap seperti ini.

"Gue nggak tau gimana lo bisa tau soal keluarga dia, tapi mulut lo sampah banget Fai."

"Belaiin dia aja terus!!" teriak Fai menepis tangan Ikara. Mereka berdua berhenti di tengah dan menjadi pusat perhatian. Tubuhnya sudah kesakitan semua dan Ikara yang biasanya membela malah memarahinya.



"Siapa lo berani bentak gue?" Suara Ikara berubah menjadi dingin.



Fai langsung tertegun. "Sorry," katanya sambil meraih tangan Ikara tapi segera ia tepis.

Ikara diam tanpa ekspresi. Cuma heran, kenapa Fai jadi kayak gini? Dia belum pernah melihat Fai menjadi sangat kasar dan brutal. Ikara juga tak menyangka efek darinya akan sebesar ini untuk Fai.

"Lo harus segila ini ya cuma karena liat gue temenan sama orang baru?" tanya Ikara tak habis fikir.

Fai diam dengan napas tidak teratur.

"Atau karena orangnya Leo makanya lo makin emosi? Mereka berarti bener kalo lo selalu iri sama dia,"

Fai makin terbungkam. Tapi tangannya mengepal kuat. "Gue nggak iri sama dia,"

My Frenemy ( AS 10 )Where stories live. Discover now