"Kalo nggak bawa Abang nggak rame ya?"

"Iya lah sepi, kan orang ngincernya yang cakep-cakep."

"Yaudah besok gue cari Abang buat nemenin main TikTok biar fyp, siapa tau ada yang komen beruntung banget kamu cantikkk,"

"HAHAHAHAH Berlina anjing,"

"Woi tar ada yang ngadu mampus,"

"Mana anjir ngadu sini gue tatakin mana hah?"

"HAHAHAHHAHA,"

"Gue juga bisa kali modal senyum doang followers banyak," Anggun mengibaskan rambutnya. "Cuman nggak suka ngumbar aja."

"Asikkkk cakepp,"

Tangan Ela mulai gemetar. Cewek itu mendekat pada gerobak. "Mang, masih lama?"

"Bentar ya, Neng."

"Ber, temen lo mana kok nggak berdua lagi?"

Berlina mendengus. "Nggak tau tuh, ada yang ngembat."

"Nggak punya temen apa gimana ngembat temen orang?"

"Ya lo tanyaiin orangnya ya kok gue," Berlina memutar bola matanya. "Sipaling cowok semua temennya, atut gue."

"HAHAHAHAHHAAH nanti dispill ya Ber atut,"

"Aduh aku masih gemeteran ini mereka setega itu," Berlina pura-pura pingsan. Melirik Ela yang masih diam di pojok.

"Pick me kakak pick meeee,"

"Jagaiin temen lo kasian gaul sama pick me,"

Ela membuka hpnya lagi, berdecak karena tidak ada yang bisa ia hubungi. Perasaannya sudah campur aduk dan dia menahan tangis sejak tadi karena disindir habis-habisan sama kakak kelas sendiri.

Sementara itu Ikara masih berjalan menuju luar sambil melihat sekitar. Menautkan alis melihat gerombolan di gerobak cilok, dan melihat Berlina sedang diam-diam merekam Ela yang sedang berdiri sendiri di pojok.

Ikara menghela napas berat. Langsung melangkah ke sana membuat Berlina tersenyum ke arahnya, tapi dia terus melangkah sampai hadapan Ela.

"Udah, La?"

Ela mengangkat kepalanya, melihat sosok Ikara muncul dan anak-anak dance langsung diem. "Ra," Ia menunduk saat Ikara meraih tangannya dan menggenggam erat.

Ikara menaikan alisnya santai padanya seakan mengatakan bahwa dia tidak sendiri. Ia kemudian melirik Berlina yang menatap tajam ke arahnya.

"Mang, masih lama?" tanya Ikara.

"Ini udah selesai kok,"

Ikara mengangguk, langsung menoleh ke arah anak dance tanpa ekspresi. Menatap mereka satu persatu dari atas sampai bawah. Ela sampai merinding melihat ekspresi tak senang dari Ikara sampai mereka terkicep.

Baru kali ini liat anak dance nggak ada yang sewot, karena biasanya kalo ada orang yang ngelirik langsung disamperin.

Ikara menoleh saat sebuah mobil rolls royce muncul membuat anak dance menoleh bersamaan. Pak Seto keluar dan menghampiri Ikara untuk membawakan tasnya.

"Punya Ela juga, Pak." Ikara melepas tas di bahu Ela dan memberikannnya kepada Pak Seto.

"Baik, Non."

"Ini ciloknya ya,"

"Makasih," Ela segera menerima cilok tersebut.

"La, masuk mobil dulu gih," suruh Ikara. "Gue bayar dulu."

My Frenemy ( AS 10 )Où les histoires vivent. Découvrez maintenant