limapuluh tujuh

Mulai dari awal
                                    

"Kau siapa pria lumut? Bicara tak sopan kepada orang tua" Ujarnya.

"Sudah-sudah" Sanji mencoba memeluk bahu Zoro agar pria itu tidak menyulutkan emosinya.

"Dia suamiku, dan ini anakku" Jelas Sanji kepada Zeff.

Pria tua yang awalnya melotot itu langsung tersenyum dan melihat ramah ke arah anak yang di gendong Zoro.

"Ahh kau tampan sekali pria kecil" Ujarnya dan segera mengambil alih Ryuji dari tangan Zoro.

"Kau mau apa? Akan kakek berikan. Disini banyak Roti. Kau mau? " Zeff sudah menggendongnya dan segera memutari toko sambil memilah Roti.

"Paman, dia masih kecil. Belum bisa makan roti" Kali ini Luffy sudah berada di sebelah Zeff untuk menghentikan aksi pria tua itu.

"Benarkah? Dulu kau baru lahir sudah aku kasih pisang" Ujar Zeff menatap Luffy polos.

Dan mendengar itu Luffy langsung terbengong. "Untung aku tak mati di tanganmu pak tua"

Dan setelah itu tentu saja Luffy mendapat salam tempel dipipinya.

Ayah Luffy dan Zeff adalah sahabat dari kecil. Namun saat Luffy lahir ayahnya menghilang, sehingga Zeff memutuskan untuk membesarkan Luffy sendirian. Padahal dia sendiri belum menikah sampai sekarang.

Mereka berbincang dan makan malam bersama sampai akhirnya Zoro dan Sanji pamit pulang.

"Wah aku kenyang, tak ada yang menandingi roti buatan Zeff" Ujar Sanji saat mereka sudah berada di dalam mobil.

"Benar, tapi buatanmu pasti lebih enak" Zoro sudah menyenderkan tubuhnya di bahu Sanji.

"Minggir, Ryuji sedang tidur" Sanji berusaha keras menghalau kepala Zoro yang bertengger di pundaknya.

"Seperti rutku akan datang" Ujar Zoro.

Dan Sanji langsung menoleh kearahnya "Benarkah?! "

"Iya, jadi kita bisa olahraga semalaman" Zoro sudah menyunggingkan senyuman penuh arti. Sementara wajah Sanji sudah memerah seperti tomat.

"Cepat Ja-jalankan mobilnya" Ujar pria pirang itu malu-malu.

Seaakan mengerti maksud dari istrinya tersebut, Zoro langsung tancap gas ke kediaman mereka.

-------------------------
20 menit kemudian.

"Ahhh mmhhh" Dua buah bibir saling bertaut dan mengulum satu sama lain.

Lidah beradu mendominasi, memberi kenikmatan di setiap isapannya.

"Ahh " Sanji melenguh saat merasakan kepunyaannya sudah mengeras.

"Zoro mhhhh" Ia masih sibuk mendesah dan mengatur nafasnya saat Zoro mulai membuka kancing pakaiannya.

"Zoro~Nggh..tunggu" Sanji mencoba menghentikan tangan Zoro yang terus menggerayanginya.

"Zor... Nghh" Sebuah ciuman dan sesapan hangat Zoro berikan di ceruk leher Sanji yang membuat pria pirang itu menggelinjang.

"Please~ Zoro" Sanji masih memohon dengan tangan bergetar.

Mendengar nada bicara Sanji yang seperti menangis membuat Zoro menghentikan aksinya.

"Hey hey.. Ada apa? " Tanyanya sambil menangkup pipi Sanji dan menatap matanya.

Sebenarnya dirinya sudah nafsu berat, namun sebisa mungkin ia tahan karena melihat Sanji yang memberikan respon yang tak biasa.

Dilihatnya tubuh Sanji sudah bergetar dan matanya menutup sempurna.

"Hey~ lihat aku" Zoro masih berusaha menenangkan sang istri. la juga sudah mengeluarkan Pheromonenya agar tubuh Sanji berhenti bergetar.

Tak selang beberapa lama, nafas yang tadinya tak beraturan mulai melambat dan tenang.

"Kau sudah tenang?! Ada apa?" Tanya Zoro dan memandang Sanji dengan raut wajah khawatir.

Seketika Sanji menjulurkan tangannya dan memeluk suaminya itu erat.

"A-aku hanya... Kejadian itu~... A-aku" Sanji tak bisa menjelaskannya. Pikirannya berkabut.

Ini pertama kalinya mereka bercinta setelah melewati masa-masa kelam dan sulit. Kejadian beberapa bulan lalu kembali menghantuinya.

Ia tau yang ada di hadapannya sekarang adalah Zoro, suaminya. Namun ternyata tubuhnya merespon lain. Tubuhnya dapat mengingat kejadian traumatis itu.

"Hey tenanglah, ini aku. Tatap wajahku" Ujar Zoro yang seperti mengerti maksud dari kalimat Sanji tadi.

Zoro yakin istrinya ini pasti trauma. Siapa juga yang tidak bakal trauma mengalami kejadian beberapa bulan lalu.

Di perkosa saat hamil tua, hampir kehilangan kedua anaknya dan juga koma selama beberapa minggu. Membuat hatinya sakit jika mengingat hal itu. Hal mengerikan yang terjadi pada istrinya.

Zoro melepas pelukan Sanji sedikit dan mulai berbaring di sebelahnya. Ia mengelus lembut surai pirang itu dan tetap memeluk pria itu sambil berbaring.

"Kita tak usah melakukannya, tidurlah" Ujarnya setelah mengecup lembut kening Sanji.

Mendengar itu Sanji langsung mendongak menatap wajah dari suaminya.

Terlihat wajah tampan dan lembut yang di tampilkan oleh Zoro.

Walaupun penis pria itu sudah menengang, namun sebisa mungkin ia menahannya agar tak melukai mental sang Istri.

"Tidak, ayo kita lanjutkan" Ucap Sanji dengan nada penuh keyakinan.

"Ta-tapi" Zoro menatap bingung, ia tak ingin melakukannya jika Sanji merasa terpaksa.

"Kau sedang Rut, dan penismu sudah menegang" Alasan pertama Sanji dan tentu saja tidak di terima oleh Zoro.

"Tidak, aku bisa menyelesaikan di kamar mandi. Aku juga bisa meminum Supressant, kau tak perlu khawatir" Zoro mencoba menjelaskan.

"Kalau begitu... Bantu aku. Bantu aku menghapus ingatan buruk itu. Tandai aku Alpha" Dan tentu saja alasan keduanya ini tak bisa di tolak oleh Zoro.

Penisnya semakin menegang saat Sanji memanggilnya Alpha. Ia suka.

"Baiklah, jangan tutup matamu. Dan lihatlah yang di depanmu adalah Aku. Roronoa Zoro, Your Alpha"

.
.
.
.
.
.
.
Tbc

__________
Author note.

Next > the last chapter.

Unwanted (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang