"Kenapa Akbar bisa salah paham?" Reyyan menekan belakang kepala Akbar perlahan supaya adiknya menangis di dadanya.

"Akbar mikir Ayah dan kakak itu dekat. Kami nggak dekat." Adnan menggerakan tangannya untuk menegaskan ucapannya.

"Kakak itu yang kasih kue ke Ayah?" Reyyan memicing.

Adnan ingin sekali berkata bukan. Berberat hati dia mengangguk. Kebohongan akan menambah runyam situasi ini. Dia butuh jujur dan membangun kembali kepercayaan anak-anaknya. "Kakak itu hanya ngasih kue. Nggak ada yang lain," Adnan menambahkan.

Reyyan mendesah pendek. Namun Adnan tak dapat berpuas diri. Reyyan memiliki kebiasaan menutupi perasaannya sendiri. Tumbuh besar dengan seorang ayah yang sibuk bekerja dan tanpa seorang ibu, Adnan menyadari anak sulungnya dewasa lebih cepat akibat kondisinya yang harus menjaga kedua adiknya.

"Ayah nggak memiliki hubungan seperti kekasih atau mendekati itu." Adnan merasa perlu memberikan penegasan.

"But you dated her. I saw you. Nenek too. Om Bowo too. Why you lie? She likes you." Akbar kembali menyela. Anak itu meraungkan tangisan dan permohonan, "I want her! I want mommy!"

"Akbar, kamu nggak bisa minta yang seperti itu. Ayah udah kasih tau kamu." Adnan duduk di sisi Reyyan. Dia mencoba menyentuh Akbar yang ditepis anak itu. Adnan bersabar dan masih berjuang menenangkan Akbar. "Kita liburan ke Afrika, ya? Lihat singa di safari? Atau kamu mau lihat beruang grizzly? Main ski? Kita bisa senang-senang. Nggak usah ada mommy, kamu tetap bisa happy."

"Abaaang..." Akbar menghentak-hentakan badan di pangkuan Reyyan.

Mau tak mau Reyyan berdiri dan membawa Akbar keluar kamar. Adnan belum menyerah. Dia mengikuti kedua anaknya. Dia sudah menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin supaya bisa segera kembali. Ketika dia mendapat pesan dari Reyyan, dia telah sampai di Jakarta. Rencana memberikan kejutan pada anak-anaknya berubah total. Dia yang memperoleh kejutan atas kabar sakitnya Akbar. Tanpa pikir panjang, dia menyusul ke klinik. Hal tak terduga terjadi di sana. Adnan belum siap mental terjebak di situasi runyam akibat kabar bohong. Yang terburuk dari yang terburuk, anak-anaknya yang termakan kebohongan tersebut. Jika ada yang ingin Adnan marahi, tak lain itu adalah Yuniza dan antek-anteknya.

"Ayah bawa banyak mainan buat kamu. Ada camilan juga. Mau lihat? Ada di mobil Ayah," rayu Adnan.

Reyyan menurunkan Akbar di kursi makan. Kemudian dia berbalik ke Adnan. Wajahnya datar hingga Adnan meragu pada suasana hati putranya. "Ayah kencan sama kakak itu?"

"Itu cu-cuma kencan buta. Kamu tau gimana getolnya Nenek merencanakan kencan buta buat Ayah." Adnan kelabakan. Namun jawabannya jujur. Seluruh orang di rumah ini tahu soal kencan buta yang direncanakan ibunya.

"Kenapa kakak itu ngasih kue ke Ayah?" Reyyan memiringkan kepalanya ke kiri dan masih mempertahankan wajah datar.

"Dia yang mau melakukannya. Ayah nggak minta."

"Tapi Ayah terima." Kedua alis Reyyan naik. Ekspresinya berubah total. Melihat perubahan tersebut, Adnan sedikit santai.

"Ayah nggak mungkin membuang makanan. Ayah sering ingatkan kamu pentingnya menghargai makanan. Gimana bisa Ayah malah mencontohkan membuang makanan yang layak makan?"

"Ayah bisa kasih kue itu ke orang lain."

"Ayah..." Lidah Adnan kelu.

"Ayah suka Kak Yuniza." Lagi-lagi Akbar membuat kesimpulan seenaknya.

"Nggak," sanggah Adnan cepat.

"You like her. She's pretty and kind. People likes pretty and kind girl. Why you don't like her?" serang Akbar. Anak itu sampai berdiri di kursi demi menyamai tinggi Adnan.

Kepala Adnan bagai diketuk palu. Dia memijat pelipisnya dengan tangan kanan dan tangan lain menopang badan ke meja makan. "Akbar, nggak semua orang menyukai perempuan karena mereka cantik dan baik. Dan alasan itu nggak bisa dijadikan alasan untuk menikah. Ayah dan Kak Yuniza hanya sebatas kenal. Kami bukan teman, sahabat, atau kekasih. Kami nggak mungkin menikah."

"Ayah harus nikah sama Kak Yuniza. Harus. Harus. Harus." Akbar menghentak-hentak di atas kursi hingga kursi bergoyang.

Reyyan maju dan menangkap bahu Akbar. "Bisa dengerin orang ngomong? Ayah bilang dia nggak nikah sama kakak itu. Kenapa kamu susah banget ngerti?"

"Aku ngerti. Aku nggak bodoh."

"Kamu nggak bodoh, tapi nakal. Cuma anak nakal yang keras kepala. Nggak punya toleransi."

"Aku nggak nakal."

"You do."

"NO!" Akbar menyentak tangan Reyyan, lalu melompat dari kursi. Dia menatap ayah dan abangnya satu per satu. "You both are evil. Jahat!" katanya sebelum berlari ke kamarnya.

Adnan merasa sangat buruk. Dia menangkap lengan Reyyan. Remaja itu hendak mengejar Akbar. "Diemin dulu," katanya.

"Dia terus-terusan minta hal konyol. Anak itu harus dikasih tau dan minta maaf."

"Nggak apa-apa. Diemin dulu. Nanti Ayah yang ngomong. Atau nenek." Adnan melepas cengkeramannya. "Kamu istirahat aja. Pasti capek."

"Yah..."

"Hm?"

"Kakak itu nggak hamil anak Ayah?"

Adnan memejamkan mata. Dia ingin meledak. Sangat ingin meledak dan memuntahkan lahar panas ke Yuniza. Gadis itu sukses menurunkan kepercayaan Reyyan terhadap dirinya. Karena kesempatan bertemu Yuniza belum tentu ada, Adnan mendahulukan menjawab kegundahan Reyyan. "Ayah nggak menghamili kakak itu."

"Oh, oke." Reyyan mengangguk singkat, lantas pergi ke kamarnya.

Adnan kehabisan tenaga. Hari ini terlalu rumit untuk disimpulkan sebagai hari yang gila. Sebab seorang gadis, dia mengalami peristiwa yang tidak pernah dia bayangkan. Adnan jatuh duduk ke kursi makan. Kepalanya menunduk oleh beban pikiran yang berat. Siang itu Adnan menilai telah sampai di puncak masalah hidup. Andai ia tahu akan datang badai masalah yang lain yang lebih mengerikan, ia tidak akan berlama-lama dalam kegundahan ini.

###

23/03/2023

Pengen update pas deket berbuka gitu, tapi karena pagi ini kereta kosong, aku jadi pengen berbagi sukacita yang aku rasain ke kalian yehehe...

Yang masih menikmati liburan, selamat berleha-leha.
Yang masih harus berangkat kerja, do ur best today.

꒰ঌ(๑≧ᗜ≦)‪໒꒱⋆⸜♡⸝‍⋆

Liat beruang grizzly? Liat singa di afrika? Main ski? Boleh ga aku ikutan, Ayah Adnan? Aku belum pernah fly far to another side of the earth nih. Pengen juga.

Yang pengen ngikut, rise ur hand 🖐

Grapefruit & RosemaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang