"Leo curang!" teriak Ikara. "Tungguin!"

Leo menoleh sekilas sambil tersenyum puas. Pemuda berumur 13 tahun itu makin mempercepat laju sepedanya. "Nggak mau!"

"Jangan ditinggal lah!"

"Kalah kalah aja!"

Leo makin mempercepat laju sepedanya, tak sadar ia sudah sangat jauh dan Ikara tidak terlihat sama sekali. "Lama banget,"

Leo berhenti di pinggir jalan.

Ia berbalik dan menunggu beberapa saat, tapi karena tak ada tanda-tanda kedatangan Ikara akhirnya Leo berbalik untuk menyusul.

Leo menautkan alisnya heran melihat kerumunan di pinggir jalan, jadi ia mempercepat laju sepedanya. Ia turun dan meletakkan asal sepedanya, lalu berlari menuju kerumunan tersebut.

Ia berhenti berlari saat melihat bapak-bapak mengangkat tubuh Ikara yang sudah tak sadarkan diri dengan banyak darah di kepala dan tubuhnya.

Jantung Leo langsung mencelos saat itu juga.

"Ara!" Leo berlari menyusul kerumunan tersebut, meraih tangan kecil Ikara yang sedang menangis ketakutan.

Leo makin panik melihat wajah dan tubuh Ikara dipenuhi banyak darah. Harusnya tadi dia tidak meninggalkan cewek itu karena tau Ikara tidak bisa ditinggal sendiri.

"Pak saya ikut!"

"Bawa bawa dulu ini kasian anaknya!"

Leo tak diberi kesempatan untuk ikut masuk ke dalam mobil ambulans, jadi dia segera mengambil sepedanya dan mengikuti mobil dari belakang. Tak peduli samping kanan dan kiri kendaraan besar semua, bocah itu tetap berada di belakang ambulans hingga sampai di rumah sakit.

Leo menunggu di depan ruang rawat sendirian dengan tatapan kosong. Beberapa menit kemudian orang tua Ikara datang dengan ekspresi khawatir.

Leo yang sedang melamun seketika terkejut saat kedua bahunya diraih, meraka menatapnya seakan Leo seorang pembunuh. "Kalian main berdua lagi??"

"Deno—"

"Saya udah bilang kan jangan ajak Ikara main?!" bentaknya. "Udah berapa kali anak saya luka karena main sama kamu??"

Leo diam saja dengan mata berkaca-kaca, tak bisa berkutik di hadapan orang tua Ikara yang seakan ingin menghabisinya hari itu juga.

"Kamu mau tanggung jawab kalo anak saya kenapa-napa?!"

"Den, udah dia masih kecil,"

"Kamu itu pembawa sial buat Ikara jadi awas kalo saya liat kalian main berdua lagi! Ngerti kamu?!" bentaknya keras. "Jangan pernah ketemu sama anak saya!"



Leo termundur beberapa langkah saat tubuh kecilnya didorong. Anak itu langsung berbalik dan pergi dengan wajah ketakutan.





🐯🐯🐯🐯🐯🐯



"Ikara udah boleh pulang, jadi bisa berangkat sekolah lagi sayang. Tapi jangan keseringan main dulu ya, masih butuh istirahat."

Ikara mengangguk sambil tersenyum. "Makasih, Dok."

"Ayo pulang," Mamah meraih tangan kecil Ikara keluar dari rumah sakit. Selama perjalanan anak itu hanya diam saja sambil melihat jalanan lewat kaca mobil.

"Ada yang jengukin Ikara nggak waktu di rumah sakit?" tanya anak itu.

Mamah menggendong Ikara turun dari mobil. "Nggak ada, cuma kita berdua."

Ikara menghembuskan napas sedih, lalu melangkah menuju rumahnya dengan tongkat kecil. Ia sempat menoleh ke arah rumah sebelah yang sepi.


Sudah satu minggu lebih tidak melihat Leo. Kemana sahabatnya?





My Frenemy ( AS 10 )Where stories live. Discover now