Bab 1

509 40 0
                                    

Bab 1

Tersudut dalam kesunyian, penderitaan penuh air mata
 

Angin dingin tiba tiba membumbung di malam segelap tinta, membuat pembusukan di pintu kediaman yang telah bobrok terlihat semakin mengerikan saat berguncang terkena angin.

Beberapa pelayan tua melewati halaman dengan tergesa gesa. Seorang pelayan yang memiliki sosok lebih besar dari pelayan lainnya,  yang mengenakan jubah hijau dengan lengan bajunya yang digulung sebagian berjalan menuju bagian terdalam ruangan menenteng keranjang makanan ditangannya.

Ada aroma aneh yang tercium dan baunya menyebar keseluruh halaman. Seorang pelayan yang terlihat sedikit lebih muda berjalan membuntutinya dan berbisik “Baunya sangat tidak enak. Saya tidak mengerti mengapa Tuan telah mengatur hal itu untuk ditempatkan disitu. Itu menakutkan." Ketika dia sampai pada titik ini, dia tidak dapat lagi menahan tangis akibat terguncang dan beringsut mendekat untuk berbisik ke telinga pelayan senior lalu berkata “Mungkinkah itu untuk..”

“Wang (*), berbicara lebih sedikit” pelayan senior berjubah hijau sedikit terganggu. “Jika ada orang disekitar kita yang mendengar, kamu tidak akan diampuni"

(*)    Wang – Ketika seseorang menjadi pelayan, mereka dianggap sebagai milik dari sebuah keluarga atau klan karena dianggap sebagai properti mereka. Namun, Wang disini lebih kepada pelayan keluarga Wang atau pembantu keluarga Wang

Wang dengan cepat menutup mulutnya.
Sesampainya di pintu masuk, seorang pelayan muda berwajah bulat muncul dari dalam dan menerima keranjang makanan sebelum memasuki rumah lagi. Beberapa saat kemudian, dia membawa keranjang makanan kosong keluar. Pelayan senior berjubah hijau mengambilnya lalu berkata pada pelayan berwajah bulat “Tuan memerintahkan kami untuk membawa orang itu kedalam ruangan”.

“Apakah ini untuk..” pelayan berwajah bulat berkata dengan gugup.

“Kita tidak perlu tahu". Pelayan senior berjubah hijau itu mendesah lalu memanggil Wang “Datang dan bawa orang yang berada disana itu kesini"

Sebuah lampu menerangi rumah dan cahayanya sedikit menembus halaman. Wang menjepit hidungnya, hanya memperhatikan sesuatu yang duduk di baskom kayu setelah beberapa saat waktu berlalu. Melihat untuk pertama kalinya, dia hampir muntah. Selama perjalanan beberapa hari ini, bahkan jika dia telah mengirim makanan setiap hari bersama dengan Pelayan senior berjubah hijau, dia belum pernah melihat orang yang di dalam itu dengan jelas sebelumnya.

Sesuatu di dalam baskom kayu itu tidak bisa lagi dianggap sebagai “manusia". Keempat tungkainya telah diputus, tubuh kurusnya yang bersandar di baskom kayu bergoyang. Rambutnya diikat menjadi satu dan ada sedikit helai rambut yang lepas. Samar samar dapat dilihat bahwa dia wanita.

Pelayan senior berjubah hijau memandangnya, rasa kasihan melintas di matanya. Meskipun dia tidak memiliki firasat apapun mengenai identitas wanita ini, wanita ini telah dilumpuhkan hingga sedemikian rupa, yang membuatnya benar benar merasa kasihan padanya. Terlebih lagi, karena Tuan telah memerintahkan mereka untuk membawanya keluar hari ini secara tiba tiba, tidak akan ada hal baik yang akan terjadi padanya.

Meskipun Wang merasa takut dan jijik, dia tidak berani melanggar perintah. Menguatkan dirinya sendiri, dia mengangkat baskom kayu keluar dari rumah. Wanita di dalam baskom kayu itu patuh dan tidak melawan atau mencoba membuat masalah, seolah olah dia sedang tertidur.

Menata baskom kayu di pondok peristirahatan Tuan seperti yang diperintahkan, Wang bertanya tanya pada dirinya sendiri, mengapa Tuan menempatkan hal menakutkan ini di dalam rumahnya? Wanita di dalam baskom kayu tiba tiba membuka matanya dan mengunci tatapannya pada Wang. Anehnya, wanita yang sangat menakutkan ini memiliki sepasang mata yang amat sangat indah, memikat dan murni, dingin namun menggerakkan, kejernihannya bagaikan air sungai kecil yang mengalir di pegunungan  hijau.  Tercengang sekejap, Wang berbalik dan melesat keluar dari rumah.

Jiang Ruan membuka matanya pelan pelan.
Setelah merana karena berada di tempat yang gelap untuk waktu yang lama, dia menjadi tidak terbiasa dengan cahaya. Ketika dia berhasil menyimpulkan mengenai situasinya dengan jelas, dia hanya bisa tertawa penuh kesedihan. Dia adalah Putri Di (*) dari Menteri pertahanan dan suatu kali, dia pernah menjadi Meiren Ruan. Namun sekarang, dia diperlakukan seperti babi, tidak akan pernah bisa untuk menegakkan kepalanya tinggi tinggi lagi.

(*)   Putri Di – mengacu pada putri sah yang lahir dari seorang istri resmi (istri pertama yang dinikahi secara sah).

Dia lalu mengingat masa ketika dia berusia enam belas tahun, dan kata kata ayahnya sebelum dia memasuki istana, “Ruan er, karena kamu akan memasuki istana sebagi selir, seluruh keluarga Zhao dan Jiang akan mendukungmu. Kamu tidak perlu khawatir.”

Adik perempuannya menggenggam tangannya sambil berkata dengan sedih “Ruan Jiejie (*), kamu adalah penyelamat saya. Bahkan jika saya mati, saya tidak akan mampu membalas kebaikanmu."

(*)    Jiejie – Kakak perempuan yang lebih tua.

Dan dia, meraih dan menggenggam tangannya dengan tangannya sendiri “Tunggu sedikit lebih lama. Setelah beberapa waktu telah berlalu, saya akan menikahimu dengan pantas sebagai istri sah saya"

Namun sekarang, ayahnya telah naik peringkat menjadi Perdana Menteri, seorang pejabat yang dihormati, sementara Ibu tirinya telah menjadi istri Perdana Menteri. Adik perempuannya telah menjadi Ratu, sementara orang itu telah naik tahta! Mereka telah melupakannya hingga pada titik meninggalkannya dan pada akhirnya akan membunuhnya.

The Rebirth of An Ill-fated Consort Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang