46 | last mission.

239 22 1
                                    

©Lalalolo

P R E S E N T

•••••••••••••••••••••••••••

Malam ini menjadi malam perpisahan bagi mereka. Dengan iringan musik dunia hiburan malam, gemerlap lampu, serta beberapa botol wine menjadi kesenangan terakhir untuk Bastian bersama teman-temannya.

Ia akan menikmati malam terakhirnya di sini.

"Btw lu mau ke mana sih, Bas? Gak usah sok misterius lah anjing."

"Gak asik lu! Tiba-tiba mutusin mau pindah ke kota lain."

"Masa cuma gara-gara gak direstuin, langsung pindah. Cari cewe barunya di sini aja, ngapain sampe ke luar kota. "

Mendengar celotehan para temannya, Bastian hanya menghembuskan napasnya panjang, lalu meminum wine yang baru saja ia tuang ke gelas. "Gua pindah gak sepenuhnya karena Aleta, tapi bokap gua juga jadi alesan gua pindah."

Zian tertawa. "Mantan pasien, anying.. kocak, tapi bokap lu emang gila."

"Ahh tai!" maki Bastian menempatkan rokok di bibirnya. "Korek sini."

"Kayaknya dia yang harus dikirim ke sana," sambung Aksa melempar korek pada Bastian.

"Oia, gua lupa ngasih tau sama kalian," ujarnya setelah mengepulkan asap dari mulutnya.

"Apaan?" tanya Raka pada Bastian sembari meneguk wine-nya.

"Si anjing itu bokap si Keenan juga."

"Hahh?!" kaget mereka serentak.

"Serius lu, Bas?!" tanya Zian dengan wajah syoknya.

"Hmm.."

"Anjeng, anjeng... hidup lu banyak drama banget, Bas...," timpal Erpan seraya menjentikkan ujung rokoknya di asbak. "Terus lu tau dari mana?"

"Dia kasih unjuk potonya pas masih kecil."

"Itu kapan?" tanya Aksa

"Pas gua kabur dari rumah sakit jiwa itu."

Di tengan asyiknya mengobrol, ponsel Bastian berdering. Saat melihat nama Keenan yang tertera, lantas ia segera beranjak pergi dan mengangkat teleponnya di luar.

"Lu di bar mana, Bas?"

"Udah dapet, Keen?

"Udah."

"Gercep juga lu..."

"Gua juga udah muak sama dia."

Bastian terkekeh ringan. "Gua tunggu di Ares Bar."

"Oke."

Keenan memutus sambungan teleponnya. Bastian pun memilih untuk duduk di luar. Sembari menunggu Keenan datang, ia kembali menghisap rokoknya yang masih setengah.

Ia menyeringai puas dengan apa yang akan ia lakukan nanti. "Sorry, Aleta.. bokap lu bener.. gua gak pantes buat lu.." Hanya sekali melihat pun orang lain pasti tahu siapa peran antagonisnya.

Bastian membaca beberapa pesan dari Aleta yang ia abaikan dan ada banyak juga panggilan video dari Aleta. Ia yakin pasti Aleta butuh penjelasan tentang cerita hoax jika dirinya berselingkuh.

(Ps: Aleta kan bisu ya, jadi dia kalo nelpon orang tuh pake vc ygy)

Bukan salahnya ia menjadi seperti ini. Ia benci dengan takdir yang terlalu banyak memberikan kejutan pahit dalam hidupnya. Tanpa melihat latar belakang, orang-orang hanya menilai dari sisi luarnya. Bastian memaklumi, tentu itu menjadi hal yang lumrah untuk setiap individu. Itu sudah hukum alam.

Disabled Girl » 𝑮𝒂𝒅𝒊𝒔 𝑪𝒂𝒄𝒂𝒕 « | 𝐉𝐉𝐊 [End]✓Where stories live. Discover now