29 | Never

462 47 13
                                    

©silalalolo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

©silalalolo

P R E S E N T

•••••••••••••••••••••••••••••

Pagi harinya ketika Aleta terbangun dari tidurnya, sontak ia merasa aneh dengan sebuah lengan panjang yang melingkar di pinggangnya. Dengan nyawa yang masih belum terkumpul, Aleta berusaha mengingat kejadian semalam.

Seperkian detik semua ingatannya kembali. Ya, Aleta ingat betul bagaimana dirinya merasa ketakutan karena hujan badai, gemuruh petir, padamnya listrik, dan.... bagaimana dirinya menerima izin atas perasaan Keenan padanya.

Aleta masih diam pada posisinya, deru panas napas Keenan begitu terasa di belakang lehernya. Ia memutar tubuhnya menjadi telentang lalu menoleh ke arah Keenan.

Aleta merengut heran atau memang ini hanya perasaannya saja, wajah laki-laki itu tampak pucat dan tidak seperti biasanya.

Untuk memastikan kesehatan Keenan, Aleta menyentuh dahi Keenan dengan telapak tangannya. Dan benar dugaannya, saat ini Keenan tengah diserang demam.

Saat tangan Aleta masih tinggal di dahi Keenan, laki-laki itu tiba-tiba membuka matanya dan mata mereka kini saling bertemu. Tatapannya begitu sendu, sampai Aleta sendiri seakan terhipnotis dan tidak bisa mengalihkan pandangannya.

Aleta meneguk air liurnya saat melihat senyum tulus Keenan di wajahnya. Senyum yang sudah lama tidak Aleta lihat belakangan ini.

Buru-buru Aleta menyadarkan dirinya sebelum benar-benar tenggelam pada pesona Keenan dibangun tidur. Bisa-bisanya Keenan tersenyum disaat tubuhnya sedang demam tinggi. Ia segera beranjak dari posisi tidurnya lalu turun dari kasur dan meninggalkan Keenan di kamarnya.

Matanya sempat melirik ke arah jam, dan jarum jam menunjukkan pukul lima pagi. Kakinya terus melangkah ke arah dapur, ia berniat untuk mengambil air hangat guna mengompres dahi Keenan.

Bagaimanapun juga Keenan demam tinggi karena dirinya. Keenan juga berkata jika ia menerobos hujan semalam. Ditambah tadi malam sepertinya hanya ia yang mengenakan selimut. Aleta jadi merasa bersalah pada laki-laki itu.

Langsung ia kembali ke kamarnya setelah mengambil sewadah air hangat dan kain. Saat tiba di kamar, Aleta melihat Keenan yang terbaring telentang dengan punggung tangan yang menutupi dahi dan matanya.

Tiba-tiba saja ucapan bundanya terngiang di kepalanya. Jika Keenan tidak akan makan bila tidak ada yang mengingatkan. Apa Keenan sudah makan kemarin? Ia harap sudah.

Kakinya bergerak menghampiri Keenan setelah terhenti beberapa detik. Ia menyimpan wadah tersebut di meja nakas dan duduk di tepi kasur, lalu menyingkirkan tangan Keenan yang menutupi sebagian wajahnya itu.

Aleta menghamburkan napasnya, tangan Keenan juga terasa panas saat digenggam.

"Kenapa?" tanya Keenan yang hampir tak bersuara.

Disabled Girl » 𝑮𝒂𝒅𝒊𝒔 𝑪𝒂𝒄𝒂𝒕 « | 𝐉𝐉𝐊 [End]✓Where stories live. Discover now