41 | Be a good guy

385 29 3
                                    

P R E S E N T

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

P R E S E N T

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

"Maaf, Aleta.. aku gak bisa nurutin kemauan kamu."

Bastian baru saja menceritakan semuanya dengan detail. Dia juga bilang akan melakukannya bersama Keenan, karena Keenan sendiri yang menawarkan bantuannya. Namun, tentu Aleta melarang mereka untuk berbuat hal keji seperti itu. Aleta tidak mau pacar dan kakaknya menjadi pembunuh.

Ini juga sudah pukul sepuluh lewat, tapi Keenan masih belum kembali.

"Masih ada cara lain, kan? Membunuh bukan jalan keluarnya."

Bastian membuang napasnya kasar, posisi duduknya pun menghadap ke depan. "Gua paling gak suka sama orang yang ikut campur, biar ini jadi urusan gua. Lu gak tau penderitaan yang gua alamin."

Bastian kembali pada bahasa kasarnya, laki-laki itu pasti sudah membulatkan tekatnya. Aleta pun sudah hapal dengan sikap keras kepalanya ini. Oke lah jika ini menyangkut hal lain, Aleta mungkin tidak akan melarangnya. Tapi ini membunuh.. mem-bu-nuh. Merenggut nyawa seseorang, apalagi itu adalah ayah kandungnya sendiri.

Aleta benar-benar tidak tahu bagaimana harus meyakinkan Bastian untuk tidak melakukannya. Ia harus ada cara agar Bastian terbujuk.

Aleta menarik pipi laki-laki itu, membuat kepala Bastian menoleh padanya.

"Aku tau. Penderitaan kamu, pengekangan ayah kamu, dan kejahatan ayah kamu yang udah buat ibu kamu gak ada."

"Kamu tau?"

Aleta mengangguk pelan. "Aku gak mau kamu ngikutin jejak ayah kamu. Aku gak mau kamu jadi pembunuh."

Bastian terkekeh. "Aku udah jadi pembunuh. Temen Keenan mati karena aku," lirih Bastian.

"Kamu pernah bilang itu murni ketidaksengajaan."

Bastian meneguk air liurnya. "Tetep aja... kenyataannya aku udah ngerenggut nyawa orang."

Aleta mengangguk lemah. "Cukup itu aja. Semua cukup jadi masa lalu, dan jadiin pembelajaran. Aku mau kamu jadi orang baik ke depannya."

"Aleta!!"

Keduanya langsung menoleh pada sosok pria paruh baya yang kini tengah berjalan menghampiri mereka. Wajah pria itu terlihat marah dan memandang Bastian tak suka.

Ayah?!

"Sini, kamu!" Gilang menarik lengan anaknya untuk bangun dan menjauh dari Bastian.

Bastian pun sontak ikut berdiri. "Om, jangan kasar sama Aleta." Tatapan Bastian terlihat tajam. Bastian tak mengenal pria itu, tapi ia menduga orang itu adalah ayahnya. Namun, tidak menutup kemungkinan untuknya melawan siapapun yang berani bersikap kasar pada Aleta.

Disabled Girl » 𝑮𝒂𝒅𝒊𝒔 𝑪𝒂𝒄𝒂𝒕 « | 𝐉𝐉𝐊 [End]✓Where stories live. Discover now