38 | I'm not crazy

401 34 7
                                    

©silalalolo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

©silalalolo

P R E S E N T

••••••••••••••••••••••••

Bastian kembali membuka matanya, namun kali ini dia hanya diam berbaring dan tak berteriak seperti sebelumnya. Ini bukan seperti Bastian biasanya yang menyerah terhadap sesuatu. Ia sendiri tidak tahu sudah berapa lama dirinya pingsan setelah ia ingat dengan sangat jelas menggigit tangan Ayahnya itu. Bahkan saat ini ia merasakan bau-bau amis darah kering di sekitar mulutnya.

Bastian membuang kasar napasnya. Ia sungguh merasa lapar dan haus.

"Bajingan itu... setidaknya kalau mau ngurung gua kayak gini, kasih gua makanan. ARGHHH... ANJING LAH!!"

Ia yakin ayah sialannya itu ingin dirinya mati kelaparan di sini. Seketika ia tertawa, di mana tawaan itu lama-kelamaan terdengar nyaring. Menurut Bastian ini benar-benar lucu. Bastian tidak akan mati semudah itu hanya dengan rencana rendahan. Cukup lama ia tertawa sampai Bastian tersadar bahwa ada seseorang yang membuka pintu. Ah, tidak. Bukan hanya satu orang, tapi ada beberapa orang yang masuk dengan seragam berwarna putih.

Mereka semua berjalan menghampiri Bastian, Bastian pun hanya diam dan mengernyit kebingungan. Tubuhnya juga reflek terbangun dari posisi tidurnya.

"Ka-kalian siapa? Mau apa?" tanya Bastian saat mereka berdiri di hadapan Bastian. Entahlah, ia merasa ada sesuatu yang tidak beres.

Salah satunya dari mereka berjongkok lalu melepaskan ikatan pada pergelangan kaki Bastian dengan pisau. "Kamu tenang ya, Bastian. Kita di sini mau nyelamatin kamu."

Mendengar itu tentu wajahnya sumringah. Namun kembali menampakkan aura tajam seketika, saat melihat nama instansi yang ada di seragam tersebut.

"Brengsek!!!! Lo pikir gua gila, hah??!" Bastian menendang staf yang barusan membuka ikatan di kakinya.

"Ayo, cepet dibawa ke mobil!"

Dua dari mereka memegang lengan Bastian yang masih terikat, lalu menyeret Bastian ke luar. Bastian tentu terus memberontak, sehingga mereka cukup kesulitan untuk membawanya.

"Gue paling males kalau udah bawa 'orang sakit' yang barbar gini," celetuk seseorang yang memegang lengannya itu.

"Akh, bangsat! Lu budek apa goblok?! Udah gua bilang gua masih waras!!"

"Iya-iya kita percaya kok," ucapnya, namun masih tetap menyeret Bastian.

Saat ke luar dari ruangan kumuh itu, ia baru tersadar jika ini adalah rumahnya. Selama ia tinggal di sini dulu, baru ini ia mengetahui ruangan itu. Matanya juga melihat Sean yang sebelumnya sedang duduk di sofa ruang tamu, kini menghampirinya.

"Sebentar," pinta Sean.

Mereka menurut dan menghentikan langkahnya. Bastian juga ikut diam, dan saat Sean sudah berada di depannya tanpa ragu ia meludahi wajah ayahnya lalu menyeringai kecil.

Disabled Girl » 𝑮𝒂𝒅𝒊𝒔 𝑪𝒂𝒄𝒂𝒕 « | 𝐉𝐉𝐊 [End]✓Where stories live. Discover now