Protect Each Other

420 10 6
                                    

Jdor!

Sebuah peluru keluar dari dalam pistol yang membuat bagian tubuh yang terkena peluru tersebut mengeluarkan cairan kental berwarna merah yang mengandung banyak trombosit.

"Beraninya kau melukai Istriku!" geram Arsenka dengan napas yang memburu saat baru saja Sergei menembak paha Lansonia yang membuat paha Lansonia mengeluarkan banyak darah.

Tidak ada yang memperhatikan pergerakan tangan Sergei, sehingga saat terangkat sedikit tidak membuat mereka curiga, karena semula Arsenka sedang menatap istrinya kebingungan, semntara Lansonia sedang menatap wajah Sergei.

Lansonia terdiam bukan sebab dia merasakan sakit dari luka tembak tersebut, melainkan terdiam memikirkan apa yang sudah Arsenka ucapkan di mana Arsenka mengakui kalau dirinya adalah Istrinya.

Perkelahian terjadi antara Arsenka dan juga Sergei. Lansonia sedikit menjauh dan dia lebih memilih untuk menghadang mereka yang hendak membantu Sergei dengan menembakinya, karena jujur kalau harus berkelahi pahanya sudah terasa begitu sakit.

"Arsen! Awas!!!" teriak Lansonia saat melihat ada orang yang sudah mengeluarkan peluru dari pistol yang dia pegang yang dia arahkan ke dada Arsenka.

Tidak memikirkan luka yang ada dalam dirinya, Lansonia langsung berlari dan melindungi Arsenka yang yang membuat peluru itu bersalah di punggunya yang membuat darah segar mengalir keluar dari punggungnya.

Lansonia terlihat begitu kesakitan sekarang, tapi sebuah senyuman dia ukirkan saat dia sudah berhasil melindungi suaminya. Senyuman yang Lansonia ukirkan terlihat penuh dengan sebuah ketulusan, terlebih saat dia memandangi wajah suaminya.

"Kenapa kau selalu bertindak bodoh?!" tanya Arsenka yang begitu tidak suka dengan apa yang sudah Lansonia lakukan. Semua pengorbanan Lansonia sama sekali tidak Arsenka terima.

Senyuman menahan rasa sakit dari luka serta dari kalimat suaminya Lansonia ukirkan. "Lebih baik aku bertindak bodoh, dibandingkan aku harus melihatmu terluka." Dengan penuh kelembutan kalimat itu Lansonia keluarkan.

Di sini Arsenka kebingungan harus berbuat apa, karena tidak mungkin jika dia harus kembali menyalahkan apa yang sudah Lansonia perbuat. Napas Arsenka sudah memburu sekarang.

Kedua bola mata Lansonia menyipit melihat ada seseorang yang sepertinya berniat untuk berlari ke arah jarnovak dan dengan sekuat tenaga melawan rasa sakit di punggung serta kakinya, Lansonia berbalik badan.

JLEP!

"Arkh!" erang Lansonia dengan napas yang terengah-engah saat pisau yang semula orang itu bawa dan hendak dia tusukkan ke arah Arsenka sekarang sudah berhasil menancap di bagian pingganya yang membuat caira kental dalam dirinya mengalir deras.

"Goddamn it!"

Tangan Arsenka mengepal penuh dengan amarah, melihat pisau tersebut yang menancap di tubuh Lansonia, tatapannya menajam bersamaan dengan urat tangannya yang mengang dengan rahang yang menegas.

"ASSHOLE! YOU MUST DIE!"

Dor!

Dor

Dor!

3 peluru keluar dari pistol yang Arsenka pegang dan mengenai sasaran di perut serta kedua dada pria yang sudah menusukkan pisau tersebut di tubuh Lansonia yang membuat darah segar mengalir serta keluar dari mulut orang tersebut.

Bugh!

Bukh!

Tidak lama, Arsenka menendang serta memukul Sergei yang semula berdiri kebingungan menatap apa yang sudah Lansonia perbuat, karena dia masih tidak menyangka kalau Lansonia begitu melindungi Arsenka.

Dor!

Sebuah tembakan mendarat tepat di bagian dada atas Arsenka yang membuat sang pemilik raga semakin emosi, sementara Lansonia yang semakin merintih kesakitan.

Dor

Dor

Dor!

Tembakan membabi buta Arsenka keluarkan ke arah Sergei yang membuatnya terluka dengan begitu parah, Arsenka melangkah dan kemudian langsung memangku Lansonia tanpa memikirkan luka yang ada di dirinya.

Dengan berat, Lansonia mencoba untuk membuka matanya. "Ka-kamu, ter-lu—ka ..." lirih Lansonia sambil berusaha menyentuh bagian tubuh Arsenka yang sudah berdarah.

"You stupid! Can't you see? I'm okay, just think about yourself!" bentak Arsenka yang begitu tidak suka dengan sikap Lansonia yang begitu memikirkan luka yang ada pada dirinya, sementara ada 3 luka parah di tubuh Lansonia.

Arsenka terus melangkahkan kakinya dengan begitu cepat sambil beberapa kali masih melawan mereka yang hendak menyerang serta menghalangi dia yang ingin membawa Lansonia ke Rumah Sakit.

Dor

Dor

Dor

Dor!

Tembakan Arsenka keluarkan asal ke arah anggota La Scietto. "Jangan biarkan mereka menghancurkan pernikahan Adikku!" tekan Arsenka kepada beberapa ketua aliansi The Pinthes.

"Baik Bos!"

"Baik!"

"Biar menjadi urusan kami."

Arsenka melajukan mobilnya dengah kecepatan yang begitu tinggi, dia begitu ahli memainkan kecepatan serta pengemudi. Merasa suasananya sudah begitu panas, Arsenka menarik dasi yang melingkah di lehernya untuk memberikan sedikit kelegaan.

*****

Acara pernikahan sudah berjalan, meski belum selesai karena mereka sedang berdansa bersama. Robert melangkahkan kakinya menuju ke sebuah tempat, dia berniat untuk menemui seseorang.

"Di mana Anakku?" tanya Robert penuh dengan keseriusan sebab tidak melihat Anaknya di dalam Gedung tersebut. Ada sebuah kekhawatiran dalam diri Robert sekarang.

"Tuan Arsen sekarang sedang ke Rumah Sakit," jawab orang tersebut sopan. Kening Robert mengernyit kebingungan mendengar hal tersebut. Bercampur dengan perasaan khawatir yang menyelimuti dirinya.

"Istri Tuan Arsen terluka parah, sehingga Tuan Arsen langsung membawanya ke Rumah Sakit. Tuan Arsen sendiri terkena tembak di bagian dadanya, tapi sepertinya tidak apa-apa, karena beliau mampu memangku istrinya."

Mendengar hal tersebut, membuat Robert melangkahkan kaki kembali ke acara tersebut, karena takut kalau Putrinya mencari di mana keberadaannya. Semuanya benar-benar berjalan sampai akhir, karena pada akhirnya La Scietto memutuskan untuk pergi saat Sergei sudah terluka begitu parah.

*****

Calistefy Hospital

"Jangan punya pikiran kalau aku punya banyak waktu untuk menunggumu, cepat sadar." Arsenka bermonolog sendiri, karena sedari tadi Lansonia belum sadarkan diri.

Manik mata Arsenka fokus memperhatikan wajah Lansonia yang terdapat beberapa luka bekas pukulan serta alat medis yang sudah terpasang di tubuh Lansonia.

Perlahan bulu mata Lansonia bergerak dan juga jari lentiknya perlahan bergerak sampai akhirnya netra mata Lansonia mulai nampak meski masih berulang kali dia menutup matanya menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk.

"Apakah kau mempunyai banyak nyawa sampai kau tidak berpikir akan apa yang kau lakukan?" Pertanyaan itu langsung keluar dari mulut Arsenka saat melihat Lansonia yang tengah menatapnya.

Lansonia menghembuskan napas beratnya. "Bisa tidak kamu tidak perlu menanyakan hal yang tidak penting saat aku baru sadar?" tanya Lansonia kesal, karena rasa peningnya masih begitu terasa.

Sama-sama merasa kesal, pada akhirnya Arsenka memilih untuk berbaalik badan lalu melangkahkan kaki. "Hei! Jangan tinggalkan aku sendirian! Kenapa kau begitu mudah tersinggung?" tanya Lansonia kesal.

"Aku ingin buang air, apakah kau ingin ikut?" tanya Arsenka disertai dengan senyuman miring Arsenka tercetak.

Pipi Lansonia terasa memanas, dia merasa malu sudah menanyakan hal itu pada Suaminya, terlebih dia terkesan begitu tidak ingin jauh-jauh dengan suaminya, tapi memang itulah yang dia rasakan.

Apakah hal yang membuat Arsenka sampai emosi sebrutal itu, karena dia sudah jatuh cinta pada Lansonia?

LOVE IS DANGEROUS : DEBILITATINGDonde viven las historias. Descúbrelo ahora