Alice's Death

444 10 0
                                    

09:48 am.

Seorang perempuan yang menggunakan kemeja serta outwear berwarna hitam dengan bawahan celana panjang berwarna hitam tengah berdiri sambil memandangi pusara orang yang begitu ia kenali dari balik lensa hitam yang menjadi penutup matanya. Kedua matanya sudah sembab sebab air matanya sedari tadi terus-terusan berderai membasahi pipi mulusnya.

Tidak kuasa menahan dirinya yang sudah melemah, akhirnya kaki perempuan itu ambruk tepat di samping pusara tersebut. Ia berjongkok sambil terus memandangai sebuah ukiran yang menyusun berbagai huruf yang mana huruf tersebut adalah sebuah nama orang yang ia sayangi. Memandangi nama tersebut membuat sebuah bayangan kejadian itu kembali muncul di dalam pikirannya.

Terbayang dengan begitu jelas bagaimana orang yang dia sayangi mati di hadapannya sebab sudah ditembak dengan banyak peluru ke arah tubuhnya mulai dari kaki, lengan, perut bahkan sampai berakhir di dada wanita yang dia sayang sebelum akhirnya wanita tersebut menghembuskan napas terakhirnya dengan luka yang memenuhi tubuhnya.

Flashback

Lansonia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak, jangan kau apa-apakan Bundaku. Tidak! Kau mau apa sebenarnya? Arsen, kau mau apa?" Lansonia tidak ingin kalau Arsenka sampai macam-macam, terlebih melihat ekspresi yang Arsenka tunjukkan begitu tidak meyakinkan.

"Minggir." Lansonia tetap tidak bergerak. Dirinya lebih memilih untuk berdiri tepat di hadapan Alice yang sudah terluka. Melihat Arsenka yang mengangkat pistolnya ke arah Alice yang dengan kata lain ke arahnya juga, membuat seutas rasa takut muncul. Namun, rasa takut itu tidak membuat Lansonia menghindar.

Melihat Lansonia yang tidak berpindah tempat, membuat Arsenka memainkan matanya yang berupa sebuah kode pada anak buahnya. "Sayang!" "Arhhh!" Teriakan itu terdengar secara hampir bersamaan di saat Lansonia ditarik menjauh ke arah kanan, sedangkan Alice ditarik ke sebelah kiri.

Beberapa anak buah Arsenka menghajar Alice yang membuat begitu banyak luka terdapat di tubuh Alice. Lansonia tidak kuat menahan dirinya melihat bagaimana mereka memukuli Bundanya. "Stop! Jangan kau habisi Bundaku. Arsen, kumohon .... hentikan." Lansonia benar-benar tidak kuasa melihat kejadian ini.

Melihat ada celah, Alice hendak kabur. Alice juga tidak ingin mati dalam keadaan yang seperti ini.

Dor!

Sebuah peluru mengenai kaki Alice yang membuat dirinya semakin tidak kuat untuk berjalan. Bidikan Arsenka tepat di mata kaki Alice. Anak buah Arsenka bergerak cepat menuju ke tempat di mana Alice berada. Mereka menjaga dengan begeitu ketat Alice sambil menunggu sebuah keputusan atau perintah yang akan Arsenka ucapkan.

Lansonia sudah tidak kuat melihat bagaimana keadaan Bundanya. "Kumohon jangan apa-apakan Bundaku. Arsen ...." Tidak ingin kalau hal lain terjadi. Lansonia terus memohon agar Arsen tidak melakukan hal yang tidak-tidak pada Bundanya.

Dor

"Arh ..." ringis Alice dengan nada yang begitu tinggi. Alice merasa begitu kesakitan saat ada peluru yang sudah bersarang di perutnya, darah merah nan segar mengalir dari lubang yang sudah tercipta dari sebuah peluru yang sudah masuk merusak epidermisnya.

Bola mata Lansonia memerah dengan segaris amarah yang terpendam. "Kenapa kau begitu tega hah? Kau punya hati atau tidak?!" tanya Lansonia dengan volume yang benar-benar tinggi. Dirinya tidak sanggup melihat bagaimana suaminya menyakiti orang yang berstatus sebagai Bundanya, tapi dirinya tidak bisa melakukan apa-apa.

Cairan kental yang tersusun atas plasma keluar mengalir dari luka tembak serta dari serangan yang sudah mendarat di tubuh Alice. Kondisi Alice sekarang sudah cukup mengenaskan, membuat Lansonia yang merupakan Putrinya tak kuasan menahan cairan bening dalam matanya, ia terus-terusan menangis serta mulai teringhak.

LOVE IS DANGEROUS : DEBILITATINGDonde viven las historias. Descúbrelo ahora