Massacre

217 5 0
                                    

"Kalau mau pulang sekaarang, kalau tidak jangan ke Rumah. La Scietto bersama dengan aliansinya kembali melakukan penyerangan. Mereka sepertinya ingin balas dendam," jelas singkat Robert dengan nada yang penuh dengan keseriusan.

Tidak menunggu jawaban atau sebuah kalimat apa pun dari anaknya, Robert langsung mengakhiri sambungan telepon ini. Di sini Robert tidak memaksa anaknya untuk pulang, ia hanya memberi tahu anaknya kalau Rumahnya sedang diserang oleh La Scietto bersama dengan Aliansinya.

Saat nanti Arsenka memilih untuk pulang, maka ia sudah mempersiapkan dirinya akan sebuah perkelahian atau pertempuran yang terjadi. Jika Arsenka tidak akan pulang juga tidak masalah untuknya, justru tidak akan membuat kekhawatiran yang ada dalam dirinya menjadi bertambah sekarang.

Mendengar pemberitahuan kalau mereka menyerang Rumahnya, membuat Arsenka naik pitam. La Scietto sekarang berniat untuk melakukan sebuah pembalasan atas apa yang sudah The Pinthes lakukan pada waktu itu, tapi mereka tidak tahu kalau orang yang menjadi tujuan dari pembalasan ini sedang tidak ada di Rumah.

"Ada apa?" Masih sempat Lansonia bertanya ada apa, padahal sebelumnya Arsenka sudah benar-benar menghancurkan mentalnya. Berbagai kalimat yang keluar dari mulut Arsenka terasa begitu membuat hatinya sakit, dihantui oleh rasa bersalah yang sudah lalu membuat Lansonia merasa begitu tersiksa.

Arsenka melirik ke arah di mana Lansonia berada. "Kelompokmu melakukan penyerangan ke Rumahku!" Dengan penuh penekanan Arsenka berucap yang membuat Lansonia berdiam merasa tersinggung dengan begitu dalam saat Arsenka mengatakan kelompoknya, tidak mengatakan kalau La Scietto yang menyerang Rumahnya.

"Kamu akan ke sana?" tanya Lansonia dengan nada yang penuh kekhawatiran. "Lebih baik jangan ke sana, sepertinya mereka berniat untuk balas dendam atas apa yang sudah kamu perbuat sebelumnya." Nada bicara Lansonia benar-benar rendah, ia begitu serius dalam berucap.

Lansonia bisa dengan mudah memperkirakan kalau penyerangan ini adalah bentuk balas dendam dari La Scietto terhadap The Pinthes, tapi tujuan utamanya adalah Arsenka. Maka dari itu, La Scietto langsung tertuju ke Mansion Sacalorskaf bukan ke Basecamp The Pinthes.

01:27 pm.

Orang-orang anggota The Pinthes terus berdatangan untuk ikut ke dalam peperangan ini, beberapa aliansi yang mengetahui kalau sekutu mereka diserang besar-besaran oleh La Scietto yang membawa banyak aliansinya membuat banyak kelompok besar yang berada pada pihak The Pinthes ikut turum memberikan bantuan.

Perang antara The Pinthes dan juga La Scietto kali ini tidak kecil, mereka dan juga Scarji sudah benar-benar merencanakan semua ini. Mereka pasti tidak terima dengan pembantaian yang sudah Arsenka lakukan beberapa waktu ke belakang. Tahu kalau semua ini berasal dari Arsenka, tapi Robert tidak memaksa Arsenka untuk datang ke sini.

Justru untuknya akan jauh lebih aman kalau Arsenka tidak datang ke sini, emosi mereka akan jauh lebih tinggi dan semakin pecah saat Arsenka datang. Situasinya akan semakin memanas saat orang yang sudah membangunkan emosi dan juga amarah dalam diri mereka menjadi membeludak ada di tempat ini, Arsenka akan menjadi sasaran utama mereka.

Benar saja, banyak pasang mata yang langsung mengubah tatapannya saat melihat ada sebuah mobil yang melaju datang ke tempat ini dan mereka merasa begitu yakin kalau mobil ini adalah mobil Arsenka. Mereka terus berkelahi dengan musuhnya, tapi ada beberapa orang yang memilih untuk menunggu siapa orang yang ada di dalam mobil yang baru saja datang.

Sepasang mata tajam milik Arsenka menatap manik mata Lansonia yang masih terlihat seperti orang sudah menangis. Bukan seperti, tapi lebih tepatnya memang sudah menangis. "Silakan bergabung dengan kelompok tercintamu." Arsenka kemudian langsung turun dari mobil dan berkelahi dengan orang yang berdiri di hadapannya.

Lansonia merasa begitu bingung harus masuk ke kelompok mana dalam peperangan kali ini, ia lebih memilih untuk mencari tempat yang aman dan langsung mengoperasikan laptop yang ada. Masuk ke ruangan pengamat untuk mengamati peperangan yang sekarang sedang berlangsung, ia tidak bisa menentukan pilihan untuk berada di pihak siapa sekarang.

Cukup menjadi pilihan yang sulit untuk Lansonia di mana yang satu adalah kelompoknya yang juga ada Jefray di sana, tapi berat baginya untuk berada di pihak tersebut dan menjadi bagian dari kelompok yang brusaha untuk mengincar suaminya sendiri. Apakah Lansonia sudah mencintai Arsenka?

*****

Suasana semakin riuh dan semakin kacau kedua kelompok ini sudah semakin berada dalam genggaman emosi masih-masing. Seorang gadis melangkahkan kakinya turun dari mobil. Kulit putihnya yang mulus, outfitnya cukup stylish membuat penampilan gadis itu semakin terlihat menarik.

Datang ke tempat yang sedang terjadi sebuah perang besar dan juga di waktu yang tidak tepat membuat dirinya berada dalam bahaya, ia merasa kaget dan juga tanda tanya akan hal ini. Dirinya sama sekali tidak bisa berkelahi, ia bukan orang yang menyukai dunia kejahatan dan juga kekerasan.

"Ahhh!" teriak gadis tersebut saat dirinya hendak menjadi titik akhir dari sebuah batu besar yang semula sudah dilemparkan ke arah The Pinthes, tapi karena orang yang menjadi tujuannya menghindar dengan cepat mata batu besar itu mengarah padanya.

Bughkh

Gadis itu membuka matanya dan menatap dalam-dalam siapa laki-laki yang sekarang berada di hadapannya. Kedua mata mereka bertemu, menelusuri keindahan yang ada di wajah mereka masih-masing. Gadis itu tidak tertimpuk batu, sebab sudah ada orang yang melindunginya dengan tubuhnya sendiri sehingga batu tersebut mengenai punggungnya.

"Ngapain ke sini?" tanya laki-laki yang baru saja melindunginya dengan nada yang penuh dengan keheranan. Bagaimana tidak heran saat melihat gadis yang ia kenali berada di tengah-tengah peperangan besar ini yang akan membahayakan dirinya, bahkan nyawa gadis itu juga akan ikut terancam.

Mendengar begitu banyak suara tembakan dan melihat banyaknya perkelahian, membuat gadis itu merasakan yang namanya ketakutan. "Aku takut ..." lirih gadis itu sambil meremas kemeja laki-laki yang baru saja melindunginya. Ketakutan yang gadis itu rasakan begitu terpancar dari ekspresi yang tengah dia pasang sekarang.

Hatinya merasa begitu tidak tega melihat gadis kecil yang terlihat begitu manis dan juga imut ini merasakan sebuah ketakutan yang berlebih, membuat laki-laki yang terkenal emosian menjadi melemah dalam seketika. Ia memeluk gadis itu, memberikan sebuah ketenangan kepada gadis itu, mengabaikan banyak orang yang sekarang sedang berkelahi.

"Jangan mendekat!" larang Jarnovak saat melihat Arseka yang sekarang tengah melangkahkan kaki menuju ke tempat di mana dirinya berada. "Sekali lagi kau melangkahkan kaki, aku tak akan segan-segan menembak dirimu!" ancam Jarnovak dengan nada yang begitu tinggi.

Arsenka tidak mendengarkan apa yang sudah Jarnovak ucapkan, Arsenka terus melangkahkan kaki mendekat ke arah di mana Jarnovak berada. Ada sesuatu haal yang membuat dirinya ingin mendekat ke arah di mana Jarnovak berada. Sambil berjalan, Arsenka berkelahi dengan beberapa orang yang sudah Jarnovak tugaskan untuk menghalangi orang yang akan mendekat ke arahnya.

DOR

"Arsen!"

Apa yang terjadi?

LOVE IS DANGEROUS : DEBILITATINGWhere stories live. Discover now