Sleeping vacation

393 9 0
                                    

02:21 pm.

Setelah keluar dari kamar mandinya, Lansonia langsung berjalan menuju ke arah lemari untuk menggunakan pakaian. Berniat untuk berjalan-jalan mencari di mana Arsenka berada, membuat Lansonia mengernyit akan sesuatu hal yang dia rasa mempunyai tempat di memory masa lalunya.

“Kenapa ngerasa gak asing dengan tempat ini?” Pertanyaan yang baru saja Lansonia ucapkan ditujukan kepada dirinya sendiri, Lansonia terus melangkahkan kakinya hendak keluar dari dalam kamar hotel, tapi niatnya terhenti sebab orang yang dia cari baru saja melangkahkan kakinya masuk.

“Habis dari mana?” tanya Lansonia. Ia terus memperhatikan Arsenka yang sekarang tengah berjalan mengabaikan dirinya, padahal dirinya sedang berada tepat di depan pintu.

Arsenka sekarang berjalan menuju ke arah tempat tidurnya, melemparkan jas serta dasinya asal dan langsung berbaring di sana.

Lansonia melangkahkan kakinya kesal. “Hei! Aku bertanya padamu, habis dari mana kamu?” tanya ulang Lansonia yang sekarang sedang berbaring di atas tempat tidurnya.

“Ada urusan,” jawab Arsenka dengan begitu singkat. Ia memejamkan matanya sambil berusaha untuk masuk ke alam tidurnya, sebab dirinya sudah merasakan yang namanya lelah.

“Kau bilang mengajakku ke sini untuk liburan, tapi kenapa kau sekarang malah tiduran?!” Cukup kesal pada Arsenka yang memilih untuk tidur. Sebelumnya Lansonia memang sudah tertidur, bahkan dirinya tidak tahu kapan Arsenka pergi dari kamarnya.

Senyuman Arsenka tersenyum miring. “Mau liburan sambil tiduran?” Kalimat yang baru saja Arsenka ucapkan terdengar begitu datar, tapi mampu menimbulkan sebuah pemikiran Lansonia yang beterbangan.

Beberapa saat Lansonia berpikir, akhirnya Lansonia paham dengan apa yang sudah Arsenka ucapkan. “Tidak, kau nanti malah akan membuatku sakit. Bukankah kau tidak suka padaku, kenapa kau ingin melakukannya bersamaku?”

Lansonia membuat Arsenka teringat akan pernyataan bahwa dirinya adalah orang yang tidak Arsenka sukai, agar Arsenka tidak melakukan hal tersebut bersama dengan dirinya.

Tangan Arsenka menarik pelan tangan Lansonia. Namun, berhasil membuat perempuan yang berstatus sebagai istrinya jatuh ke atas tempat tidur tepat di sampingnya. Raut wajah Arsenka kembali berubah sambil memperhatikan Lansonia dengan tatapan yang begitu intens, sementara Lansonia masih menatap Arsenka dengan tatapan yang bingung.

Memperhatikan raut wajah Arsenka yang sore hari ini terlihat memancarkan aura penuh pesona, membuat Lansonia mulai goyah dalam pertahanannya. Secara perlahan langkah demi langkah mereka lakukan sampai akhirnya semua kancing yang ada di pakaian mereka sudah terlepas bebas.

Arsenka melepas kemejanya yang membuat semerbak wangi tubuhnya tercium dengan begitu jelas masuk menelusuri indra penciuman Lansonia, wangi tubuh Arsenka begitu memabukkan saat tercium.

Melihat senyuman milik Arsenka yang sudah mulai berubah tampak seperti iblis beparas dewa berhasil membuat Lansonia lupa akan dunianya, ia lupa akan dunia dalam waktu yang sangat singkat, sebab pesona Arsenka begitu melebihi batas normal.

Dendam yang ada dalam diri masing-masing seolah mendadak hilang dan terlupakan dengan begitu saja saat diri mereka menyatu dan menimbulkan sebuah kenikmatan yang begitu mendalam untuk diri masing-masing.

Raut wajah Arsenka yang terpahat rapi membuat Lansonia lupa kalau orang yang ada di hadapannya adalah sosok iblis yang sudah membuat dirinya berpisah dengan orang yang dia sayang dan juga membuat dirinya tidak bisa berada di alam yang sama dengan sosok wanita yang sudah membuatnya ada di dunia.

*****

09:35 pm.

Lansonia masih belum tertidur, entah kenapa dirinya tidak bisa tertidur malam ini. Dirinya masih terus memikirkan kejadian yang sudah dia perbuat tadi, ada sebuah rasa bersalah yang terasa begitu besar dalam dirinya setelah ia tanpa sadar terlarut dalam suasana yang sudah Arsenka ciptakan.

Dengan langkah yang sempoyongan, dirinya menyusuri ruangan ini dan kemudian melangkahkan kakinya keluar. Ia merasa tidak begitu yakin kalau ia hapal dengan tempat ini, tapi kali ini ia melangkahkan kakinya mengikuti ke mana hatinya ingin pergi.

Sosok laki-laki bertubuh tinggi tengah berdiri di depan sebuah kolam renang, ia melangkahkan kaki menuju ke tempat di mana laki-laki itu berada. Memperhatikan laki-laki itu beberapa saat sebelum akhirnya ia memberanikan diri untuk menepuk pelan pundak laki-laki yang berada di hadapannya.

Melihat wajah laki-laki yang terukir dengan begitu indah membuat Lansonia tidak berhenti untuk terus menatapnya, ia terus menatap wajah laki-laki yang sudah dia rindukan. Mengingat wajah laki-laki ini membuat ia teringat akan kenangan antara dirinya dan juga laki-laki itu.

“Kenapa kau menghianatiku?” tanya laki-laki itu dengan suara yang begitu datar. Ia masih menatap lurus perempuan yang ada di hadapannya, memperhatikan Lansonia dengan tatapan yang masih menunggu jawaban dari pertanyaan yang sudah dia tanyakan.

Mendaptakan pertanyaan ini membuat Lansonia terdiam bingung, ia kesulitan menjelaskan semuanya. “A—aku—aku tidak berniat untuk me—

Kalimat Lansonia terhenti sebab laki-laki itu kembali berucap. “Apa kurangnya aku untukmu?” tanya laki-laki ini yang lagi-lagi membuat Lansonia terdiam. “Selama ini aku selalu menuruti keinginanmu, tapi kamu malah memilih untuk bersama dengannya?” lanjut tanya laki-laki itu.

Hening.

Dalam waktu yang cukup lama, tidak ada kalimat, bahkan kata yang terlontar dari mulut Lansonia. Dirinya merasa sangat kaku untuk memberikan sebuah jawaban, karena mau sampai kapan atau seperti apa dirinya memberikan penjelasan, dia tetap berada di posisi yang salah.

“Kenapa kau kembali menemuiku, bukankah kau su—

Lagi-lagi kalimat Lansonia terhenti. “Aku ingin membuatmu menyesal sudah meninggalkanku, apalagi demi laki-laki seperti dia.” Semakin lama cara laki-laki itu memandang semakin berubah dan membuat Lansonia begidik ngeri.

Tatapan laki-laki itu benar-benar membuatnya membeku dalam rasa bersalah dan juga perasaan tidak enak, dia berusaha semaksimal mungkin untuk menetralkan perasaannya, tapi ternyata begitu sulit.

“Maksud kamu laki-laki seperti dia apa? Dia laki-laki yang baik untukku, makanya aku lebih memilih dia dibandingkan denganmu.” Lansonia berucap seolah apa yang sudah dia ucapkan adalah sebuah jawaban yang sangat benar, jauh dari kesalahan yang sudah dia lakukan.

Mata Lansonia membulat melihat sesuatu yang baru saja cowok itu pegang, ia sekarang tengah memegang sebuah pisau yang terlihat sangat tajam.

Laki-laki itu melangkah semakin mendekat ke arah Lansonia, entah kenapa sekarang dirinya merasa kesulitan untuk berjalan, apalagi untuk berlari.

“Tidak! Tidak, jangan bunuh aku.” Lansonia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan penuh permohonan, ia tidak ingin kalau harus mati sebab sudah dibunuh oleh laki-laki itu. Terlebih saat ia tahu kalau laki-laki itu sebenarnya sudah .... “Tidak, jangan! Stop! Kumohon ... jangan!”

“Jangan!”

Huh hah huh hah!

Napas Lansonia benar-benar terengah-engah setelah dirinya baru saja keluar dari mimpi yang semula membuat jantungnya berdebar tidak kencang, ia menarik napas dan membuangnya berulang kali sambil menetralkan perasaannya yang benar-benar tidak tenang.

“Kau mimpi apa?” tanya seorang laki-laki yang baru saja keluar dari alam tidurnya sebab merasa kaget mendengar suara teriakan yang begitu kencang terlebih suara itu berasal dari arah yang begitu dekat dengannya.

Lansonia memperhatikan Arsenka dengan tatapan yang kebingungan. Semuanya sekarang bercampur menjadi satu, mulai dari tidak mengerti, lelah, sampai bingung bagaimana dirinya bisa menjawab pertanyaan yang sudah Arsenka ucapkan barusan.

LOVE IS DANGEROUS : DEBILITATINGWhere stories live. Discover now