50. Am Yours

55 14 128
                                    

🍄Happy Reading🍄

.

.

.

Perginya Diva setelah dijemput Yuda kini menyisahkan Ayi dengan dua teman perempuan lainnya. Sejenak hanya gadis itu yang nampak biasa saja nikmat menyantap makanannya. Namun, ketika Nayla melepaskan sebuah dehaman dan membuatnya menoleh, gerakan mengunyah itu menjadi terhenti.

Di depannya, baik Nayla dan Dhira kini duduk menegak dengan kaki yang bersilang tegak. Tatapannya mendadak menyipit dengan kesan ingin mengintrogasi. Meski begitu, kegiatan Ayi yang menyuapi diri tidak berhenti meski harus bergerak dengan pelan-pelan.

"Apwa?"

"Kunyah dan telan dulu baru ngomong," tegur Dhira. Suruhannya yang membuat Ayi kembali  makan dengan begitu lahap.

"Ayi—" ucapan Nayla tak berlanjut karena yang dipanggil masih fokus makan. Mendesah berat dan memanggilnya sekali lagi tapi tetap saja Ayi tidak memberi responnya lagi.

"Ayi! Woi! Makan mulu kerjaan lo," sahut Nayla.

Dhira yang duduk di sampingnya seketika terkejut dan menutup telinganya sebelah. Sedangkan Ayi, kepala gadis itu kembali mengadah dan menatap Nayla dengan pandangan polosnya.

"Disuruh kunyah dulu," katanya.

"Kunyah bukan berarti makan, Yi."

"Tapi makan memang harus mengunyah, kan?"

"Ma—Ya iya sih, bener," gumam Nayla. Dhira menatap keduanya cuman geleng-geleng kepala. "Tapi serius! Ini gue mau wawancarai lo, nih!!"

"Swilahkwahn."

Nayla mencibir. Kedua tangannya kini berlipat di dada. "Lo beneran udah ciuman sama si Melvian?"

"Uhum."

"Di bibir?"

"Ywah."

"Nempel?"

"Hwom."

"Dihi—"

"Nay," Dhira memotong. Kala gadis itu menoleh padanya, Dhira kembali menggelengkan kepalanya. Memberi tanda untuk tidak melanjutkan. Dehaman pun terdengar.

"Kapan, di mana, dan bagaimana bisa lo ciuman sama si Melvian?"

Ayi minum sejenak hingga tuntas. Mengeluarkan sendawa dan kini duduk bersandar pada sofa sembari menepuk perutnya.

"Ahh~ Kenyang~"

"Ayiiiii."

"Oh? Ya? Tadi Nayla nanya apa?"

Nayla seketika mengusap wajahnya dengan kasar. Sudah lelah dirinya dengan kelakuan gadis polos ini. Dhira terkekeh dan berniat mengambil alih.

"Kamu beneran ciuman sama Melvian, Yi? Mouth to mouth?"

Ayi mengangguk. "Berciuman itu hal biasa, kan? Apalagi di umur kita yang sekarang. Aku sudah dewasa," katanya.

"Dewasa konon. Umur lo cuman angka. Ngaca noh, kelakuan lo kek gimana. Bocah," sindir Nayla. Tapi Ayi hanya memberinya delikan bahu ke atas.

"Memang hal wajar, sih. Tapi memangnya kamu dan Melvian sudah menjalin hubungan? Seperti sepasang kekasih?" tanya Dhira lagi.

Ayi berkedip beberapa kali. Duduknya menegak dengan kaki yang bersila. "Apa teman gak boleh berciuman?"

"Jadi lo sama Melvian cuman teman?!" seru Nayla seketika. "Lo—Bisa-bisanya lo dicium sama anak kecebong satu itu! Liat aja gue cubit mulutnya kalo ketemu!"

College or ConfessOnde histórias criam vida. Descubra agora