22. Maheswari

32 15 96
                                    

🍄Happy Reading🍄

.

.

.

Langit senja terpapar dari balik kaca jendela asrama milik keempat gadis muda. Jendela yang dibiarkan terbuka lebar itu memberikan warna orange yang menerangi kamar remang pencahayaan. Pukul lima sore, kegiatan mereka hanya dipenuhi dengan segala rupa bentuk aktivitas santai. Namun kali ini dengan jumlah anggota yang berbeda. Mereka kekurangan salah satu anggota yang mana seharusnya mereka beranggotakan empat. Diva tidak di asrama.

Terbilang sudah dua hari Diva tidak tidur di asrama. Membuat suasana kamar mereka jelas terasa berbeda. Dulu yang tiap harinya harus mendapat wujud manusia kebo susah untuk dibangunkan, kini kasurnya tertata rapi tanpa kusutan. Tidak ada teriakan membangunkan menyuruh untuk gadis tomboy itu segera mandi. Dan bahkan yang lebih kontras, tidak ada lagi pertengkaran layaknya kucing dan tikus anatara Diva dan Ayi. Gadis kecil berkaca mata itu menghabiskan harinya tanpa Diva dengan selonjoran di sofa sembari menguyah keripik kentang. Menjadi malas berbicara bahkan terkesan lembek seperti kertas.

"Ayi," panggilan Nayla yang hanya di jawab dehaman singkat dari pemilik nama. Ayi sekarang ini tengah fokus dengan tayangan kartun pada tv kamar.

"Lo sudah makan empat bungkus keripik kentang, belum makan nasi. Ini gue sudah buat nasi goreng. Sini makan dulu," ucap Nayla.

"Gak lapar," tolak Ayi.

Selalu begitu. Menolak kala diajak untuk mengisi perut dengan makanan berat, mana setiap saat hanya sibuk mengunyah jajanan ringan.

Nayla mendesah kasar. Sudah lelah sebenarnya terus mengajak anak itu untuk makan, bergantian dengan Dhira. Berakhir percuma dirinya kembali memakan masakannya seorang diri.

"Ayi, kita pesan McDonald's yuk! Kemarin aku sempat lihat ada promo ayam jumbonya. Lumayan loh!" sahut Dhira.

Ayi sempat berhenti menyuapi diri dengan keripiknya. Menolehkan kepalanya kebelakang sejenak untuk menatap mata binar milik Dhira yang dia tahu juga tengah membujuknya untuk makan.

Dirinya kembali menatap tv, "Buat kamu saja."

"Rayita," Dhira bangkit dari atas kasurnya dan menutup buku kuliah. Berjalan menghampiri Ayi yang masih setia selonjoran di sofa. Dirinya kemudian duduk di sana.

"Gak usah sedih-sedih, dong. Diva pastinya bakal baik-baik saja. Kan Abang Radit sering kasih tahu kondisinya Diva. Kalau kamu malas makan begini nanti gantian malah kamu yang sakit. Makan, ya?" tutur Dhira.

"Aku gak lapar."

"Itu jawaban kamu dari dua hari yang lalu juga begitu. Bisa tahan, ya, cuman makan keripik beginian? Gak bagus makan jajan terus kalau isi perut gak ada makanan berat. Nanti sakit perut."

"Benar, tuh," sahut Nayla. Anak gadis itu dengan cepat menyelesaikan santapan masakannya dan menaruh bekas piring di wastafel. Ditinggal begitu saja demi ikut mendudukkan diri bergabung pada sofa bersama keduanya.

"Lo kapan besarnya kalau makan saja masih malas?" kata Nayla. Ayi hanya menatap ucapan teman sekamarnya itu biasa.

"Iya," jawab Ayi.

College or ConfessWhere stories live. Discover now