34. Peringatan

30 15 78
                                    

🍄Happy Reading🍄

.

.

.

Gadis kecil berkacamata itu berjalan santai menyusuri lorong asrama menuju kamarnya. Tidak banyak orang yang dia temui sebagaimana jam sekarang masih menunjukkan kelas sedang berlangsung. Hanya saja kelas milik Ayi sedang kosong karena sang dosen yang mengatakan tidak masuk. Sekadar titip tugas dengan batas waktu yang begitu menyenangkan, minggu depan kumpul. Hal paling menyenangkan sedunia bagi Ayi.

Bibir kecilnya sedari tadi bergerak tak menentu. Mengeluarkan senandung dengan langkah kaki yang sedikit melompat-melompat kecil. Kalau orang yang melihat itu sudah pasti mengira kalau Ayi adalah anak berusia belasan tahun yang tengah menemui kakaknya.

Tepat di depan pintu, kala knop sudah ditarik pelan. Lantas ditutup kembali namun seketika dirinya terbelak. Mendapat sesonggok manusia yang sedang berbaring di atas ranjang penuh ketenangan.

"Diva?"

Untuk memastikan kalau dirinya tidak salah lihat. Ayi lantas mendekat dan membiarkan tas di balik punggung jatuh kelantai.

Mendapati wajah penuh damai gadis tomboy yang sudah menghilang beberapa hari lamanya, mulut Ayi seketika terbuka.

"DIVAAAA??!

"Bangsat!"

Aksi yang begitu tiiba-tiba, loncat di atas kasur dan tanpa aba-aba lansung mendusel pipi. Posisi Diva yang masih berbaring menjadi korban layaknya bantal guling. Ayi terlalu semangat sampai sebelah kakinya sudah naik di atas perut Diva dan tangan yang memeluk erat. Kepalanya naik turun dengan pipi yang menempel, menggeseknya layaknya seekor kucing.

"A-Ayi ... gue-"

"Diva udah pulaanggg!"

Gerakan yang terus menerus berulang. Antara kesal dan sesak, tapi lebih jelasnya Diva risih ditempeli layaknya permen karet mencoba untuk menghentikan aksi menggelikan ini.

"Lepas, heh!" Berhasil lepas dan kini dirinya bangun terduduk.

Ayi ikut bangun dengan senyum lebarnya. "Kapan sampai? Kamu dari mana? Ke sini sama siapa? Ketemu Nayla gak tadi? Kamu ini hilang ke mana coba? Apa ada terjadi sesuatu? Kamu sakit? Terus sudah makan gak? ...."

Seharusnya Diva pulang ke asrama tepat di jam malam. Mendengar kicauan yang lebih berisik dari burung ini membuatnya ingin kembali ke apartemen.

"Diva ma-" Mulut Ayi seketika dibekap. Membuat sang empu mengerjap lucu beberapa kali.

Diva mengusap wajahnya dengan pelan. Kala menatap Ayi yang masih setia di tempatnya penuh dengan pandangan yang berbinar.

"Pertanyaan lo satu-satu bisa gak? Berisik."

Tangan Diva disingkirkan. "Kamu dari mana?"

"Apartemen abang."

"Ngapain di sana?"

"Tidur."

"Ke sini sama siapa?"

"Orang."

"Kenapa baru pulang?'

"Karena pengen."

"Kamu sudah makan."

"Sudah."

"Kamu sakit?"

"Gak."

"Terus ikut terapi apa?"

"Te-" Diva seketika terdiam. Menatap wajah Ayi lamat-lamat yang tengah menunggu jawabannya. "Dengar dari mana kalau gue terapi?"

College or ConfessWhere stories live. Discover now