46. Kecup Dimana-mana

45 12 83
                                    

🍄Happy Reading🍄

.

.

.

Bolak-balik seperti sebuah setrika, Ayi menjadi tontonan Nayla dan Dhira yang mengikuti langkahnya.

Gadis kecil itu terus mondar-mandir seraya menggigit kukunya. Mukanya penuh cemas. Beberapa kali berpaling menatap jam dinding yang saat ini sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Tiba-tiba Ayi berhenti.

"Hiiihhh! Kebiasaan banget, sih!!" kesalnya. Nayla dan Dhira masih setia diam menonton di tempatnya masing-masing.

"Katanya cuman sebentar? Ini dari malam belum balik juga. Awas aja kalo mukanya keliatan," gerutu Ayi lagi. Kembali mondar-mandir dengan ponsel yang kini menjadi pandangan menunggu Informasi.

"Mungkin Diva tidur di apartment abangnya," sahut Nayla.

"Tapi setidaknya ngasih kabar gitu loh!! Apa susahnya tinggal buka pesan terus ngetik kalo gak pulang? Jari Diva udah hilang apa gimana?"

"Hush! Serem ih," tegur Dhira.

Ayi sudah tidak memperdulikan keduanya lagi. Kembali terlarut dengan pikiran cemasnya pasal Diva yang tak kunjung pulang dari kemarinnya.

Ceklek!

"Gue puㅡ"

Puk!

"Gak usah balik!?"

Wajah Diva yang menjadi korban lemparan bantal kini mengadah menatap Ayi yang rautnya penuh emosi.

"Apa nih?"

"Apa apa apa ... Dari mana?!"

"Eh buset? Garang amat neng. Santai, masih pagi jangan berisik. Nanti tetangga keganggu."

Diva bahkan dengan santainya melangkah masuk dan menaruh barangnya di atas kasur. Tidak memperdulikan Ayi yang sudah menatapnya garang padahal tidak menakutkan sama sekali.

"Habis dari mana, Div? Kok baru pulang?" tanya Dhira.

Diva menghela napas sejenak. "Lagi tenangin anak jantan. Pengen pulang tapi dikukung jadinya ikut ketiduran."

Nayla melotot. "Lo tidur bareng jantan? Div, lo aman? Gak ada yang lolos?"

"Apa sih? Ngomong apaan lolos-lolos? Aman gue. Cuman tidur doang gak ada yang lain."

"Ya tapi kan tetep aja. Lo tidur sama yang beda gender. Apalagi lo udah dewasa." Dhira mengangguk membenarkan.

Diva membalas mengibaskan tangannya di depan wajah. "Cuman tenangin doang. Orangnya lagi punya masalah berat terus nangis. Jadi ya gue bantu usap-usap aja."

"Usap kepalanya kan? Bukan yang lain-lain?" selidik Nayla.

"Nay, tolong nih. Lo gak lupa kan di sini ada bocil?"

Yang ditegur mengedip beberapa kali. Lepas bertukar pandang pada Dhira yang menatapnya, kini Nayla berpaling pada Ayi yang tengah plonga-plongo menatap ketiganya bergantian. Bahkan tepat saat Ayi melakukan kontak mata dengannya. Terpampang jelas wajah polos anak itu meminta maksud pemahaman.

College or ConfessDove le storie prendono vita. Scoprilo ora